Setelah menepi akhirnya mereka sampai disebuah hotel mewah dan tentu saja itu membuat Kiran agak sedikit bernafas lega karena dia terbebas dari mual-mual dikapal. Keyla yang masih tidur saat sampai hanya bisa Kay gendong dan dia baringkan lagi diranjangnya.
"Bu..na..." Panggil Keyla dengan mata tertutup. Seketika Kiran ikut berbaring disana untuk kembali menidurkan Keyla sementara Kay keluar menemui Erik.
"Pak Arbi nyuruh orang buat nyari cari nyonya Ran.."
"Biarin aja. Besok kita langsung berangkat aja ya."
"Iya bos.."
"Ya udah kamu istirahat aja dulu sama yang lain, makasih." Kay sambil tersenyum dan kembali ke dalam. Rasanya tak sabar untuk menunggu besok dan kembali kerumah keduanya. Australia. Kay ingin mengajak Keyla kembali ketempat di mana dia lahir. Dia ingin bernostalgia disana bersama Kiran.
"Keyla tidur lagi?." Kay berbisik pelan sambil melihat Keyla yang tidur dalam dekapan Kiran.
"Iya, ngantuk."
"Ayahnya juga ngantuk nih..." Kay ikut masuk kedalam selimut. Diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi.
"Ya udah tidur.."
"Keyla dipeluk masa aku engga?." Kay memberi kode, tidak lama badan Kiran bergerak kearahnya dengan hati-hati. Dia menggantikkan dirinya dengan bantal guling disamping Keyla. Merasa posisinya pas Kay tersenyum sendiri, dia langsung mendekap Kiran. Wajahnya dia tenggelamkan didada istrinya sementara tangannya memeluk erat.
"Aku boleh pegang Handphone aku?."
"Mau apa?."
"Aku ada banyak janji, gara-gara ini pasti banyak yg di cancel, aku harus konfirmasi dulu."
"Ya udah boleh, kamu boleh pegang Handphone kamu tapi...setiap kali ada hubungannya sama ayah harus ngomong dulu sama aku."
"Iya, aku cuman hubungin rekan bisnis aku kok."
"Iya, ambil aja HP kamu terus simpen lagi aja sama kamu."
"Mas ga mandi?."
"Nanti pagi aja.." Kay mulai memejamkan matanya sementara Kiran mengelus-elus pelan rambut suaminya.
"Dari rekaman aku denger Mas suruh Sachi kerja di cafe.."
"Iya bantu-bantu tim penjualannya.."
"Oh..."
"Kamu keberatan?."
"Engga, aku nanya aja. Itukan perusahaan Mas ya terserah..."
"Aku ngerasa bersalah aja. Gara-gara keluarga aku, dia hamil sampe ngelahirin disana bahkan dia harus pisah sama Ansel buat nuntasin kasus dia."
"Itukan salah dia sendiri, ga sepenuhnya salah Mas.."
"Tapikan tetep aja ada campur tangan Daddy pasti disana."
"Terus suruh dia tinggal di apartemen juga karena ngerasa bersalah?." Kiran membuat Kay segera menaikkan wajahnya. Nada bertanya istrinya sekarang terdengar berbeda. Kini wajah mereka saling bertatapan.
"Aku kasian sama Ansel. Ga mungkin dia pulang ke lingkungan itu lagi. Dia masih kecil, aku ga tega sayang. Aku yakin dengan dia liat langsung kejadian kemarin aja bikin psikis dia ke ganggu. Anggaplah gara-gara aku David kaya gitu. Ansel cuman korban yang ga tahu apa-apa..."
"Oh...baik banget.." Kiran memainkan bola matanya kearah lain.
"Cemburu nih..." Kay malah menggodanya.
"Engga, udah biasa. Cewek mana sih yang ga naksir Mas?."
"Aku tuh suruh dia kerja ditempat aku supaya dia dapet penghasilan, jadi...aku ga ngerasa bersalah lagi. Kalo dia udah bisa jalanin hidupnya mandiri dan lebih baik lagi ya udah akukan jadi tenang.."
"Iya-iya.."
"Apa sih yang bikin kamu ga percaya?."
"Aku tuh bukan ga percaya. Kalo bahasannya cuman perkara cewek ya..udah biasa dari dulu juga yang ganggu Mas ya seputaran itu tapi...pernah ga mikir mereka tuh lagi manfaatin?, udah gitu nanti baper, bisa ga kalo baik sama orang liat-liat dulu?."
"Maksud kamu Sachi mungkin gitu?."
"Ya aku ga tahu, aku kan ga terlalu kenal sama dia dari dulu."
"Aku yakin dia cuman lagi kepepet aja kemarin. Dia udah dipukulin, diancam-ancam pasti tertekan." Ucapan Kay hanya dijawab angguk-anggukkan oleh Kiran seakan sudah lelah untuk berdebat tentang Sachi. Kay tak berbicara lagi tapi langsung bangkit dan melepaskan pakaiannya. Dia berdiri disana memperlihatkan sisa-sisa lukanya kemarin bahkan memar di punggungnya yang cukup besar terlihat.
"Ini buat kamu, buat Keyla. Ga pernah sedikit pun aku mikirin orang lain." Kay dengan wajah serius. Kali ini Kiran yang bangkit dan duduk disamping tempat tidurnya sendiri.
"Aku percaya. Aku tuh ga pernah mau masalahin soal perempuan bahkan dalam pemikiran terburuk pun aku pernah bayangin Mas pergi sama perempuan lain tapi...kalo pun itu beneran aku bakalan biasa aja. Dari awal pacaran aku tahu resikonya gimana. Sama kaya Mas dengan Sachi. Dari awal ini bukan masalah Mas pernah tidur sama dia, ini masalah orang-orang yang manfaatin situasi Mas, apalagi kalo mereka tahu hubungan Mas sama ayah. Aku tuh cuman ngejaga itu aja terutama dari Keyla. Kalau cuman aku yang denger ayahnya pergi sama perempuan lain aku ga papa, tapi kalo Keyla gimana?. Kalo dia udah gede, udah ngerti nanti dia gimana?."
"Iya-iya maaf, aku bakalan jaga jarak sama Sachi. Ga bakalan aku berdua-duaan sama dia. Aku ngerti maksud kamu.."
"Aku aja selalu nolak kalo Bas pingin ketemuan berdua di cafe. Aku lebih baik nyari tempat yang banyak orang."
"Oh..jadi dia pernah ngajak ke cafe berduaan?."
"I..iya.." Kiran jadi gugup.
"Kalo aku ga suka ada laki-laki lain gangguin istri aku. Awas ya kamu berani pergi berduaan sama bas atau laki-laki lain manapun terus bawa-bawa Keyla lagi, aku ga kasih ampun, aku kejar abis-abisan laki-lakinya."
"Iya, aku ga pernah Mas.." Kiran sekarang yang berada di posisi Kay tadi. Wajah Kay sedikit merah karena amarah. Mengetahui situasinya menjadi tak menyenangkan Kiran segera ikut berdiri dan menciumi Kay. Bibir Kay mulai menyunggingkan senyum. Dibanding berdebat hal yang tak jelas tadi Kay sebenarnya menginginkan hal lain yang sudah dia dambakan sejak berminggu-minggu dan kalau bisa hasrat itu harus keluar sesegera mungkin.
"Kamu curang.."
"Seksi banget kalo lagi gini..." Bisik Kiran dengan jemari yang bermain diperut kotak suaminya.
"Tadi aja marah-marah ga jelas, sekarang goda-godain.."
"Yang godain tuh siapa?, yang buka baju duluan siapa?."
"Ga ngerti-ngerti sih dikasih kode, udah dipeluk-peluk daritadi."
"Sini aku peluk.."
"Mau dimana? sofa?, tempat tidur?, balkon?, atau....kamar mandi?."
"Apaan sih?."
"Ayo..mumpung Keyla tidur nih. Adiknya dibuat dulu.."
"Kenapa sih pingin kasih adik buat Keyla?."
"Supaya ada temen, kasian Keyla main sendiri."
"Alesan aja bapaknya.."
"Ayo dong Bun.." Kay merengek bagaikan anak kecil atau jika dibandingkan tepat sepert Keyla.
"Aku mual banget dari kemarin..."
"Apa udah ada dedenya? tapi.... kemarin-kemarin kan kita..."
"Apa?, ngerasa bukan anaknya? pingin tes DNA?."
"Emang beneran kamu hamil?." Kay pemasaran. Sepertinya gejala-gejala itu sudah terlihat pada Kiran.
****To Be Continue
Maaf ya lama...
Bentar lagi yang kangen Abang Jay bakalan muncul nih..