WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Entah sejak kapan tapi Zidan kini tengah tidur telungkup di dada ayahnya. Matanya sesekali mengedip-ngedip dan sesekali terpejam lagi seperti mau tidur lagi. Jay yang sudah bangun hanya mengusap-usap punggung dan kepalanya. Anaknya masih lemas. Tiara yang ada disampingnya pun terlihat baru bergerak melakukan peregangan.
"Zidan bangun bang?." Tiara memiringkan badannya dan ikut mengusap anaknya. Zidan terbangun lagi dan hanya menatap sang ibu. Mulutnya bergerak-gerak menyedot jempolnya sendiri.
"Ga tahu tadi bangun terus tidur."
"Haus sayang? semalem ga bangun, cape ya udah main seharian sama kakak Keyla.." Tiara mengajak ngobrol Zidan. Dia menarik pelan jempol Zidan perlahan lalu mengecup bibir anaknya.
"Sini bang kasih bantal biar aku susuin."
"Aku?."
"Ya Zidanlah..." Tiara tersenyum. Kini Zidan dibaringkan lagi oleh Jay untuk disusui Tiara. Dengan cepat anaknya melahap susu yang ada didepannya. Dia benar-benar haus ingin menyusu. Sejak kemarin dia begitu tenang tertidur.
"Mau kemana?."
"Aku ambil Handphone dulu, lupa ngabarin mommy kemarin." Jay berjalan mencari Handphone dan benar saja ketika melihat layar handphonenya, banyak panggilan Jesica yang tak terjawab. Dia langsung menelpon kembali ibunya.
- Assalamualaikum bang.
- Walaikumsalam Mom, maaf mom aku ga angkat telepon mommy kemarin, aku ada dirumah Tiara.
- Iya mommy udah tahu.
- Kok tahu?.
- Iyalah mommy khawatir nanya sana sini, Abang ya kalau ga pulang tuh ngabarin gitu loh bang.
- Iya mom maaf...
- Hari ini pulang ga?.
- Pulang, aku pulang sama Tiara, sama Zidan.
- Syukur kalo gitu, Jangan macem-macem lagi bang.
- Iya mom, ya udah aku cuman mau ngabarin itu aja
- Cepet pulangnya, kasian Keyla ga ada temen.
- Iya mom, aku mandi dulu kalo gitu.
- Iya.
- Assalamualaikum
- Walaikumsalam.
Jesica mengakhiri teleponnya.
"Hey pria kolor ijo.." Ledek Tiara saat Jay sudah meletakkan Handphonenya.
"Aku ga suka celana ini.."
"Daripada hijau terang, mending itu bang."
"Zidan tidur lagi?." Jay sudah berada di belakang Tiara.
"Iya kayanya..."
"Kamu mau tidur lagi? masih jam 5.." Jay mengecup pundak Tiara dan masuk kedalam selimut lagi bersama Tiara.
"Engga, Abang mau tidur? nanti aku bangunin jam 7."
"Engga, aku temenin kamu sama Zidan." Jay dengan cepat memeluk lagi Tiara. Dia ingi bermanja-manja ria dipagi hari ini.
"Mau sarapan apa bang?."
"Aku pingin makan lontong kari.."
"Tumben.."
"Iya, aku cari dari kemarin belum ketemu. Aku pingin."
"Disini juga aku ga tahu dimana yang jualnya."
"Ya udah nanti aku cari.."
"Ih..kaya orang ngidam deh..ab...." Tiara tersadar sesuatu dan menghentikan ucapannya. Dia refleks mengambil handphonenya sampai Zidan terlepas dari susunya. Zidan protes namun kembali Tiara berikan lagi apa yang dia inginkan. Jadi Tiara segera mencari Icon kalender dan menekannya.
"Ternyata engga.."
"Kamu kenapa?."
"Aku kira aku hamil."
"Hamil?, aku bikin kamu hamil lagi?."
"Belum, nanti aja kapan-kapan.."
"Iya, aku ngerti." Jay mengelus-elus pinggang Tiara dibawah selimutnya.
"Bibi jam 8 datang, aku suruh langsung kerumah aja ya atau gimana?."
"Kesini aja dulu, nanti Zidan disini terus pulang kita jemput lagi."
"Bang..."
"Iya..."
"Apa sebaiknya aku berhenti kerja?."
"Hah?, kamu ga nyaman disana? aku bisa cari posisi buat kamu.."
"Bukan, aku ga butuh itu. Apa Abang pingin aku berhenti?."
"Engga, aku ga papa. Jadi dokter kan hebat, bisa nolong orang.."
"Kemarin aku cerita-cerita sama Ran. Dia juga sama punya cita-cita, punya mimpi ini dan itu tapi dia mendadak berhenti karena milih ngurusin Kay. Eh...hari ini dia bisa ngejar itu lagi bahkan lebih sukses dari sebelumnya."
"Aku terserah kamu. Kamu kerja aku ga papa, kamu berhenti aku juga ga papa."
"Bang...aku tuh butuh saran gitu."
"Kalo kamu tanya aku, aku...lebih seneng kamu diem dirumah, jalan-jalan sama Zidan atau kita bisa pergi kemanapun sama-sama."
"Tapi liat Kak Ara, dia bisa kok kerja sambil ngurus anaknya, ya...meskipun dibantu sama orang lain."
"Karena kakak selalu ngerasa ga enak sama keluarga Seazon yang lain kalo dia berhenti."
"Kan ada Abang.."
"Aku juga ga ngerti, padahal kak Dariel ga papa..."
"Aku pikirin lagi deh.." Tiara terdiam lagi.
"Sayang..." Jay kali ini lebih menurunkan tangannya lagi kebawah.
"Apa bang?."
"Zidan udah tidur belum?."
"Iya, dia udah merem lagi.."
"Bagus kalo gitu, Jeje bangun.." Jay menarik pelan celana dalam istrinya.
"Kemarin padahal udah.."
"Mau lagi..." Jay berbicara seolah meminta makanan.
"Bentar dong bang, aku masih nyusuin.." Tiara sedikit protes karena Jay terus menarik kebawah celananya.
"Aku juga mau disusuin.." mulai menenggelamkan dirinya kebawah selimut. Tiara hanya bisa melebarkan pahanya untuk mendukung aksi Jay. Tampaknya Jay sedang sangat bernafsu, tak biasanya dia begini.
"Bang...bentar...ahh...." Tiara menarik pelan kepala Jay.
"Kenapa?."
"Pindahin Zidan kepinggir bentar.." Pinta Tiara. Jay bangkit dan memindahkan Zidan dengan penuh kehati-hatian. Dia tak mau Zidan terbangun disaat seperti ini. Dia bahkan menarik guling lagi untuk membatasi dirinya dan Zidan.
"Udah.." Jay kembali menjatuhkan dirinya kepelukan Tiara. Dia menciumnya. Dari kening turun ke pipi lalu ke bibirnya.
"Tiap hari tidurnya gini dong.." Pinta Jay sambil membenarkan rambut Tiara.
"Aku kira Abang ga pernah nafsu liat aku.."
"Aku? kamu bilang aku ga nafsu? oke. Awas ya." Jay senyum-senyum lalu menghujani lagi Tiara dengan ciumannya. Tangan Tiara mengalung di leher suaminya agar dia tak menjauh. Jeje sudah semakin menegang. Tanpa melepaskan tautannya, Jay mulai menurunkan celana dalam yang sangat dia benci. Celana itu kini sudah membebaskan Jeje yang butuh pelepasannya.
"Ehmm...." Suara Tiara saat Jeje masuk lagi kedalam dirinya. Ciumannya benar-benar tak mau Jay lepaskan.
punggulnya kini bergerak naik dan turun.
"Ahh....ahh..." Jay mendesah pelan saat bibirnya terlepas. Wajahnya dia angkat untuk memandangi Tiara, begitupun istrinya yang tanpa malu membalas tatapan Jay. Kini tangannya meremas pelan otot-otot lengan Jay yang terlihat keluar akibat menahan bobotnya. Kalo sedang bercinta begini, Tiara tak pernah melihat sosok anak kecil dalam raut wajah Jay. Dia justru melihat seorang pria dewasa yang tampan. Tiara kini mencoba duduk dibantu oleh Jay. Giliran dia yang menggoyangkan pinggulnya dengan teratur. Jay mencium puting payudara bekas Zidan tadi. Tercium aroma-aroma bekas susu disana. Sepertinya itu enak tapi Jay tak berani untuk menghisapnya.
"Ga papa bang, jangan keras-keras tapi.." Tiara seperti tahu isi hati Jay menyodorkan payudaranya ke arah mulut suaminya. Jay dengan perlahan melahap payudara itu sampai terdengar bunyi yang begitu menggoda. Mereka berdua sedang menggila sekarang.
***To Be Continue