Baixar aplicativo
89.05% I don't know you, but I Married you / Chapter 464: Ingin bertemu Zidan

Capítulo 464: Ingin bertemu Zidan

"Assalamualaikum..." Suara Kay dan Kiran terdengar seketika Kenan dan yang lain menoleh kearah sumber suara.

"Apa...ama..." Keyla berlari kecil dan memeluk Kenan dan Jesica bergantian.

"Walaikumsalam, eh..ada princess Keyla. Ama kangen.." Jesica mencium pipi Keyla sementara Kenan terhalang oleh Kris yang bersandar di dadanya.

"Sini cun Apa.." Kenan menyodorkan pipinya. Seketika Keyla mengecupnya.

"Sehat Daddy, mommy?." Tanya Kiran sambil menyalami mertuanya.

"Sehat dong.."

"Mas Kris manyun aja, kenapa?." Kay mengacak-acak rambut adiknya.

"Dia lagi bete, pingin naik pesawat ga diijinin sama Mommy." Kenan menjawab sambil melihat lagi ke arah Kris yang marah dengan Jesica.

"Kenapa mom?."

"Masih sekolah bang, masa mau bolos."

"Ya udah ga usah manyun, nanti kalo Abang sama kakak Ran pergi, ajakin Mas.." Kay membujuk namun Kris hanya diam.

"Tuh denger kata Abang, udah ga usah manyun terus. Mas kalo libur pun Daddy sama mommy ajakin naik pesawat, bulak balik tujuh kali juga ayo..." Canda Kenan membuat Kiran tertawa kecil.

"Mas Kris anaknya pundungan, ga diturutin dikit ngambek." Jesica mengomel lagi.

"Ya...sebelah dua belaslah sama mommy dulu." Ucap Kenan tak berani menatap Jesica membuat istrinya itu mencubitnya.

"Hari ini aku sama Ran nginep disini.."

"Wah..seru dong ada si centil.." Kenan begitu gemas dengan Keyla.

"3 hari kita disini dad..." Kay langsung salah fokus dengan kedatangan Jay.

"Papa Jay..." Keyla memeluk kaki Jay. Pria itu tersenyum sambil mengusap-usap rambutnya.

"Loh, ga kerja?."

"Engga.." Jay lalu duduk bersila di dekat ibunya. Matanya tertuju ke depan tepat ke kaya tv nya.

"Mana Zidan?." Tanya Kay lagi membuat Jesica dan Kenan menatap kearahnya secara bersamaan.

"Lagi dirumah Mama-nya." Jay menjawab dengan sedih. Tangannya terus memegangi Handphonenya seolah tak mau benda itu jauh darinya. Dia masih menunggu balasan Tiara.

"Kamu ga ikut?."

"Bang.." Jesica memberikan kode. Kay kini memberikan kode juga bertanya ada apa.

"Engga. Aku ga boleh ikut." Jay menunduk. Dari jawabannya kini Kay dan Kiran tahu ada sesuatu yang tak beres.

"Mas, duduk yang bener. Daddy pangku Keyla dulu."

"Ga mau.." Kris merengek.

"Kenapa?."

"Daddy disini aja."

"Sama mommy aja sana.."

"Engga mau."

"Ish...masa gitu sih?."

"Nanti juga butuh nyamperin." Jesica hanya senyum-senyum melihat tingkah Kris.

"Keyla sama Ama aja.."

"Ran bawa oleh-oleh nih.." Kiran sambil menyodorkan beberapa tas belanja dengan merk terkenal. Jelas ini angin segar bagi Jesica.

"Berapa hari kemarin disana Ran?."

"Cuman 4 harian mom."

"Makasih loh ini."

"Iya sama-sama Daddy." Jawab Kiran dengan senyuman tulusnya. Tiba-tiba Jay beranjak dari kursinya.

"Bang mau kemana?."

"Mau kerumah Tiara, dia bolehin aku ketemu Zidan." Jay sambil memegangi Handphonenya terus seakan memastikan bahwa teks yang dia baca benar.

"Ya udah hati-hati, jangan macem-macem."

"Iya mom.." Jay kini berjalan cepat mencari kunci mobilnya. Dia tak sabar bertemu anaknya.

"Kenapa sih mom? ada apa sama Jay dan Tiara?."

"Mereka berantem."

"Sampe Tiara pulang mom?."

"Iya Ran, kaget mommy juga."

"Berantemnya gara-gara apa? kayanya seurius."

"Jay cemburu sama rekan kerja Tiara yang ternyata istrinya itu pasien Tiara. Dia marah dan ga sadar melintir tangan Tiara belum lagi waktu itu Tiara sama Zidan jatuh dari tangga gara-gara berebut koper."

"Hah?!! Kok bisa?." Kay dan Kiran tak percaya.

"Tahukah kamu bang, Jay kalo udah marah gimana, main pukul bisanya." Kenan mengingatkan kelakuan Jay.

"Tapikan itu Tiara dad.."

"Ya makannya dia ga sengaja, mungkin dia lagi marah-marahnya."

"Coba kamu kasih saran bang. Kasih semangat gitu, dia sejak ga ada Tiara murung...terus. Ga mau kerja, ga mau apapun."

"Iya mom nanti kalo pulang."

"Ajak ngobrol gitu bang."

"Iya mommy." Kay menurut. Dia sedikit terkejut juga kala mendengar Jay seberani itu pada Tiara.

"Kamu juga Ran, ajak ngobrol Tiara. Kali aja ada apa gitu.."

"Iya mom nanti deh coba Ran ajakin pergi sekalian ngasihin oleh-olehnya juga."

"Kali aja dia bisa curhat sama kamu."

"Iya mom.."

"Daripada Daddy nunggunya lama." Jesica menyindir Kenan yang anteng mengobrol dengan Keyla, cucunya.

***

Setelah dilakukan pijat pada tangannya, Tiara merasa lebih baik. Beberapa bagian yang semula sangat terasa sakit mulai berkurang rasanya.

"Ra, mertua kamu nelpon. Katanya kenapa pesan Jay ga di bales." Dena memberitahu.

"Eh iya lupa ma.." Tiara segera mencari-cari Handphonenya. Ketika menemukannya dengan susah payah dia mengetik dengan tangan kiri.

# Iya boleh.

Tiara membalas pertanyaan Jay sebelumnya.

# Kapan?.

Jay secepat kilat sudah membalasnya bahkan kini ada tulisan online di status WhatsApp nya.

# Gimana Abang aja.

# Aku kesana.

Jay tanpa ragu langsung mengakhiri pesannya dan bergegas pergi. Tiara melihat ke arah Zidan yang sedang digendong oleh ibunya.

"Nanti ya sayang, Mama belum bisa gendong." Tiara mengecup pipi gembul Zidan. Suara dering handphone terdengar dengan segera Tiara mengangkatnya.

- Halo Ran..

- Dimana?.

- Dirumah mama.

- Pantes aku cari ke rumah mommy ga ada.

- Kenapa?.

- Jalan-jalan yuk,

- Kemana?.

- Ya kemana aja, sekalian nih aku bawain oleh-oleh dari London.

- Wih...baru pulang?.

- Iya, jadi ayo ketemu ajak Zidan.

- Ya udah nanti ya aku kabarin, bang Jay mau kerumah soalnya.

- Oke.

Kiran mengakhiri panggilannya.

"Siapa?."

"Ran, Ma.."

"Istrinya Kay?."

"Iya Ma.." Kiran mengambil cemilannya. Zidan tampak menggerakan mulutnya seperti ingin.

"Mau sayang?." Tiara sambil menyodorkan keripik singkongnya pada Zidan. Tangan anaknya tampak ingin meraih namun dia jauhkan lagi karena takut makanan itu melukai lidah Zidan. Cukup lama Tiara bermain-main dengan anaknya sampai anaknya itu lelah dan terlihat mengantuk. Sang pengasuh langsung memberikan ASI milik Tiara yang sudah dia pompa sebelumnya. Zidan yang puas bermain tadi pun terlelap. Dia tidur dengan begitu nyaman dan menggemaskan. Kedua tangannya terangkat di samping kepala. Mulutnya masih terlihat bergerak-gerak seakan sedang menyusu.

"Bibi boleh pulang, biar saya aja nanti yang urusin. Makasih ya buat hari ini." Tiara sambil tersenyum.

"Iya Bu.." Pengasuhnya pun pergi dan pamit pulang para majikannya. Tidak lama dia mendengar suara klakson mobil. Tiara yakin suaminya sudah datang. Bibi yang membukakan pintu segera menghampiri Tiara untuk memberitahu jika Jay menunggunya di depan.

"Oh iya Bu, bentar lagi saya ke bawah." Tiara merapikan tampilannya lalu bergegas menemui Jay yang sudah 3 hari tak dia lihat.

"Tiara.." Ucap Jay.

"Iya bang, Zidan lagi tidur. Mau nunggu?." Tiara terlihat masih berdiri. Mata Jay melirik ke arah tangan Tiara yang terlihat sedang diperban dengan kain berwarna coklat. Dia menunduk sejenak.

"I..iya aku tunggu aja sampe Zidan bangun." Jawab Jay.

"Ya udah nanti aku kasih tahu, mau minum apa?."

"A..air putih aja." Jay mendadak gagap.

"Ya udah bibi nanti anterin, aku masuk dulu."

"Aku...tunggunya...di luar aja.." Jay dengan hati-hati. Dia kemudian berdiri dan berjalan ke arah teras rumah. Disana ada kursi kayu. Jay duduk sambil memainkan tangannya sendiri.

**To be continue


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C464
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login