Baixar aplicativo
90.21% I don't know you, but I Married you / Chapter 470: Sebaiknya kita.....

Capítulo 470: Sebaiknya kita.....

"Tiara....apa sebaiknya kita...pulang?." Jay membuat Tiara melihat kearahnya. Tahu Tiara membalas tatapannya, Jay menunduk sejenak.

"Aa..aku ga maksa, kalau kamu masih pingin disini. Aku ga papa." Jay segera menambahkan kalimatnya.

"Udah malem, Zidan pasti cape dan ga nyaman kalo sekarang kita gendong lagi ke mobil."

"Oo...oke. Kalo gitu...aku pamit pulang." Jay segera berdiri sambil mengusap-usap celananya entah apa maksudnya. Dia memutar badannya sejenak untuk melihat Zidan seakan mengatakan bahwa dia pamit. Jay berjalan kearah pintu dan sempat tersenyum melihat Tiara.

"Apa....ga sebaiknya Abang nginep aja?." Ucapan Tiara membuat langkah Jay terhenti bahkan tangannya yang akan memegang gagang pintu kini sedikit ragu.

"Nginep?." Jay mengulanginya lagi. Dia tak percaya jika Tiara mengajaknya menginap dirumah orang tuanya. Apa itu artinya Tiara sudah tak marah?. Wanita itu kini mendekati Jay.

"Apa ga kangen tidur sama Zidan?." Tiara menatap suaminya. Rasanya bukan Zidan, seharusnya Tiara mengganti nama itu dengan dirinya. Bukankah dirinya yang lebih menginginkan untuk tidur dengan Jay?. Bahkan selama dirumahnya Tiara tak ingin disampingnya kosong. Kalau bukan Dena sang ibu, ada Zidan yang selalu terbaring disisinya.

"I..iya aku nginep." Jay menjawab malu-malu. Dia tak memungkiri senang dengan tawaran itu.

"Ya udah, Abang mandi sebelum tidur. Biar aku yang masukin mobil."

"Ga usah, aku aja kebawah nanti aku langsung mandi." Jay buru-buru membuka pintu sebelum Tiara nekat mengambil kuncinya.

"Pak maaf, tolong buka pagernya ya.." Jay sambil berlalu untuk masuk kedalam mobilnya. Dia mulai memarkirkan mobilnya kedalam garasi. Disana ada dua mobil milik mertuanya. Jay mencoba memakirkannya dengan rapi.

"Makasih ya pak." Ucap Jay lagi setelah keluar dari mobil.

"Sama-sama Den.." Sang Satpam dengan senyuman. Jay kembali masuk kedalam rumah dan naik ke atas. Dikamarnya Tiara masih membereskan semua perlengkapan Zidan yang terpakai tadi dan melihat-lihat belanjaannya. Dia duduk dengan santai di sofa. Jay mendekatinya dan ikut duduk disamping Tiara.

"Udah masukin mobilnya? cukup ga?."

"Udah, masuk kok." Jay dengan sedikit canggung. Dia melihat kearah Tiara lagi. Wanita itu masih sibuk dengan gerakannya.

"Ya udah Abang mandi." Tiara mengulang lagi instruksi awal tadi. Bukannya berdiri dan menuju kamar mandi, Jay malah meraih pinggang Tiara dengan tangannya. Wajahnya dia letakkan di pundak Tiara.

"Maafin aku..." Jay mengusap halus lengan Tiara lalu mencium bahunya. Dia mengecup-ngecup bahu itu dengan lembut. Dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Aku nyakitin kamu, aku nyakitin Zidan. Maaf..." Jay semakin menenggelamkan kepalanya di pundak Tiara.

"Apa udah ga sayang lagi?."

"Aku sayang. Aku sayang kamu, sayang Zidan." Suara Jay terdengar samar.

"Maafin aku, aku janji aku bakalan nahan diri aku kalau aku kaya gitu."

"Ga usah, itu lebih bahaya."

"Aku ga mau sampe khilaf lagi. Aku ga mau kamu sama Zidan pergi." Jay semakin mengeratkan pelukannya. Tiara tersenyum kecil. Dia meraih kepala Jay.

"Liat aku.." Pinta Tiara. Jay menghadapkan wajahnya pada Tiara dan duduk tegak.

"Kita ga akan ninggalin Abang, kita lagi kasih pelajaran kalo Papanya Zidan kaya gitu akibatnya apa. Enak ga ditinggalin aku, ditinggalin Zidan?." Tanya Tiara membuat Jay menggelengkan kepalanya.

"Kalo Abang udah tahu itu ga enak pasti Abang ga akan ngelakuin lagi."

"Iya, aku kapok." Jay mengaku. Kini tangan Tiara mendorong kepala Jay untuk mendekat dan dalam sekejap Tiara mencium bibirnya.

"Aku maafin." Ucap Tiara dengan bibir menyunggingkan senyum.

"Tapi inget ya bang, aku cuman kasih kesempatan sekali. Suatu hari nanti Abang gitu lagi aku sama Zidan ga sekedar pulang kerumah tapi aku ga akan pernah balik lagi sama Abang. Aku sama Zidan bakalan pergi."

"Jangan! Demi Allah, aku ga akan nyakitin kamu sama Zidan lagi, pake cara apapun." Jay kini bersumpah.

"Iya, aku percaya Abang ga akan kaya gitu lagi." Tiara mengusap lembut pipi Jay. Dia benar-benar menunjukkan kalau dia sudah tak marah lagi dengan Jay. Suaminya itu bisa bernafas lega sekarang.

"Maaf, maaf. Gara-gara aku. Apa masih sakit ?."

"Sedikit, tapi kalo buat peluk Abang bisa." Goda Tiara. Jay meraih tangan Tiara yang sakit. Dia mengarahkannya pada bibirnya. Mengecupnya disana.

"Aku pingin kamu jujur tentang semua pasien kamu."

"Ga semua pasien bisa aku laporin ke Abang tapi Abang bisa tanya aku itu siapa, pasti aku jawab. Ga ada acara nyari sendiri lagi apalagi sampe buntutin."

"Iya engga. Aku bakalan tanya langsung sama kamu."

"Aku udah pernah bilang Abang berhak cemburu tapi tanya dulu aku bisakan? biar Abang yang nilai sendiri jawaban aku bener apa engga. Jujur apa engga." Ucapan Tiara membuat Jay mengangguk-ngangguk.

"Kalo udah manggut-manggut gini bikin lucu nih mukanya."

"Aku sayang kamu." Jay mendekap istrinya dengan erat seakan mereka sudah berpisah cukup lama.

"Aku juga sayang Abang." Balas Tiara. Kini tanpa perlu waktu lama Jay kembali mencium istrinya. Melumat bibirnya yang sudah lama tak dia sentuh. Dia menginginkan Tiara sekarang, lebih dari apapun. Jay butuh pelepasannya setelah sekian lama dia tak melakukannya.

"Tiara..Mam..." Dena menghentikan ucapannya saat melihat pemandangan didepannya.

"Mama Mertua..." Jay kaget dan melepaskan pegangannya dari Tiara atau lebih tepatnya tautan bibirnya dulu.

"Mama..kira ga ada Jay, maaf...Kalian lanjut aja, jangan lupa kunci pintunya ya." Dena sambil perlahan mundur untuk kembali ke lubang besar yang menujukkan jalan dimana dia harus keluar.

"Duh ampun deh Mama ga ketuk pintu dulu..." Tiara kini berdiri untuk melakukan apa yang diperintahkan ibunya. Dia mengunci pintu kamarnya.

"Aku mandi dulu deh, udah itu Abang..." Tiara sambil berjalan menuju kamar mandi. Dia sedikit gerah akibat berjalan-jalan tadi. Dia membuka bajunya satu persatu secara perlahan. Setelah itu berjalan menuju Bathtub untuk berendam. Belum juga masuk suara ketukan pintu terdengar. Tiara berjalan lagi untuk membuka.

"Iya, kenaap bang? Zidan bangun?."

"Kenapa kita ga mandi bareng?." Jay dengan wajah malu-malu sementara Tiara sedikit menaikan alisnya.

"Buka aja bang pintunya takut Zidan nangis ga kedenger." Tiara secara tidak langsung menyetujui sambil berjalan lagi ke dalam. Jay menurut. Dia membuka pintu lebar-lebar kemudian mengikuti Tiara. Dilihatnya Tiara membuka kembali handuknya dan masuk ke dalam bathtub. Jay segera membuka kancing kemejanya satu per satu, sepertinya hanya dengan melihat Tiara seperti itu, Jeje sedikit berdiri. Itu terbukti saat Jay menurunkan celana miliknya. Tampaknya Jeje sedikit menegang.

"Oke sabar..Jeje harus belajar sabar juga.." Jay bergumam sendiri seperti mengajarkan sesuatu pada miliknya kemudian mendekati Tiara.

"Apa boleh aku ikut berendam juga?." Jay berdiri tepat di samping Tiara dengan menangkup miliknya. Dia malu jika Tiara tahu Jeje sudah menegang. Mata Tiara justru teralihkan oleh tangan itu. Tindakan yang seperti itukan jadi terlihat mencolok.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C470
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login