Baixar aplicativo
68.33% I don't know you, but I Married you / Chapter 356: Rindu Dirga

Capítulo 356: Rindu Dirga

"Eh senyum telus, belum mau bobo cantik. masih mau main ya.." Dariel mengurung Karindra dalam dekapannya. Sesekali dia mencium tangan mungil anaknya sementara Ara baru selesai mengisi Ravin yang kini tidur dengan manis di box bayinya.

"Sini...giliran Karin ya yang belum." Ara dengan perlahan mengais anaknya. Memberikan susu karena sepertinya Karin juga haus.

"Pelan-pelan sayang, abang-abang udah tidur jadi ga akan berebut.." Dariel memperhatikan gerakan mulut putri kecilnya. Dia benar-benar paling suka mengajak ngobrol ketiga anaknya. Dariel berdiri melakukan peregangan kemudian dia turun kebawah. Mencari beberapa cemilan disana. Gerakannya terhenti sejenak. Senyumannya tak berhenti menghiasi wajahnya. Dariel tak bisa meredam kebahagiannya. dia sangat bahagia. Bahagia tak terkira. Dia ingin meluapkannya dengan berbagai cara. Baginya setiap pagi dan malam begitu terang. Tak ada lagi waktu untuk memikirkan keluarganya yang jahat. Pikirannya hanya berfokus pada Triplets dan Ara.

"Abang lapar ya, udah ini aku masakin nasi goreng." Ara melihat Dariel naik dengan toples cemilan digenggamannya.

"Ga usah sayang tadi ibu udah bikinin sop dan Abang juga udah makan. Udah nyusuin kamu aja yang makan." Dariel duduk disamping Ara. Menemaninya menyusui si kecil ditemani cemilan asin ditangannya. Volume tv dia kecilkan takut-takut anaknya terganggu.

"Abang jangan kerja malem lagi.."

"Iya engga. Kemarin-kemarin emang harus ada yang diurusin sayang.."

"Oh iya Nayla bilang mau kesini besok."

"Iya, dia juga kasih tahu Abang sekalian ngasih dokumen yang harus Abang tanda tangan mungkin siang bareng Jonathan."

"Karin kepanasan bang.."

"Panas?bentar.." Dariel mencari kipas kecil dan mengibaskannya pelan. Mata Karindra tertutup. Dia sudah tidur tapi mulutnya masih bergerak pelan dan semakin lama semakin terasa hilang hisapannya. Ara menarik perlahan payudaranya dari bibir mungil Kiran. Setelah itu mengusap pelan kening anaknya agar tetap tertidur dengan nyaman dan tenang. Setelah yakin Karindra tertidur Ara menidurkannya di box bayi miliknya. Dia memandangi ketiga bayi-bayinya yang seperti malaikat baginya. Malaikat kecil tanpa sayap yang membuat hari-harinya begitu berwarna sekarang.

"Kalo papinya kapan ya dikelonin?" Dariel sudah berdiri disampingnya.

"Sabar bang.." Ara senyum-senyum sambil merangkul pinggangnya. Dariel mencium puncak kepala istrinya.

"Bajunya jangan pake yang seksi-seksi gitu loh. Abang nafsu nanti sayang..."

"Seksi apa?emang baju tidurnya gini bang..." Ara sambil melihat ke arah dirinya sendiri seolah memastikan bahwa tak ada yang salah dengan pakaian tidurnya walaupun belahan dadanya sedikit terbuka. Itupun tujuannya untuk membuat dia mudah dalam menyusui.

"Masih lama ya?"

"Sabar 2 mingguan lagi."

"Ya udah kamu makan dulu sayang atau mau Abang ambilin?"

"Ga usah aku ambil sendiri aja. Abang tungguin anak-anak aja diatas."

"Siap mami..." Dariel duduk kembali disofanya sementara Ara turun ke dapur. Dia mengambil beberapa centong nasi dan tak lupa lauk pauk yang sempat dimasakkan oleh Tante Vani. Ara beruntung punya mertua dan ibu yang pengertian. Selesai itu Ara makan disana dengan lahap. Barubjuga beberapa sendok matanya sedikit teralihkan oleh panggilan yang masuk. Itu Dirga. Lagi-lagi lelaki itu menelponnya.

"Ampun deh nih cowok." Gerutu Ara lalu mereject panggilannya. Dia tak suka dengan sikap Dirga kepadanya. Sejujurnya setelah kejadian di Jogja Dirga masih mencoba menghubunginya. Awalnya Ara pikir Dirga hanya ingin meminta maaf sehingga dia sempat merespon pesan pria itu tapi lama kelamaan obrolannya justru mengarah pada masa lalu mereka. Sejak itu Ara menjadi cuek dan enggan membalas semua pesan ataupun panggilannya. Dirga benar-benar pria nekat dan tak tahu malu. Kalau Dariel sampai tahu mungkin dia akan berpikir Ara berselingkuh lagi. Sudahlah. Ara harus mengambil tindakan dia tak suka selama bertahun-tahun diganggu pria itu. Kini Ara memblokir nomor handphone Dirga agar pria itu tak bisa lagi menghubunginya seenaknya. Untung handphonenya selalu dia bawa kemana-mana kalau Dariel melihatnya bisa panjang urusan lagian tak ada sedikitpun niat Ara untuk melakukan kesalahan yang sama. Dia tak mungkin membuat Dariel meninggalkannya lagi terlebih mereka sudah punya anak sekarang.

***

Dirga melempar handphonenya dengan kesal. Dia tak bisa menghubungi Ara lagi. Ah...kenapa jadi begini sih?.Dirga bergumam sendiri dalam hati. Sebenarnya dia sudah berusaha move on dari Ara dan pergi dengan wanita lain tapi nyatanya wajah Ara masih saja terbayang. Mungkin karena masih ada rasa penasaran padanya makannya hal itu selalu menghantuinya. Dirga kadang punya penyesalan tersendiri. Coba saja dia mengenal lebih cepat Ara mungkin sekarang dia yang ada di posisi Dariel. Sebelumnya dia mendengar jika Ara kesulitan hamil dan hal itu membuat Dirga mendoakan agar rumah tanggannya jadi kacau sehingga Dirga bisa masuk kedalam hati Ara tapi nyatanya mereka malah semakin mesra saja. Dirga sekarang bak psikopat yang selalu melihat gerak-gerik Ara bahkan tak segan mencari tahu kabar tentang dirinya. Rasanya ciuman itu masih terasa dibibirnya. Dia hanya ingin bersama Ara sekali lagi. Hanya sekali. Dia ingin merasakan seharian dia sayangi Ara. Itu saja. Setelah semuanya didapatkan Dirga mungkin akan jauh lebih ikhlas menerima Ara yang sudah menikah. Sudah memiliki anak atau tepatnya memiliki keluarga yang bahagia. Di sisi lain Dirga juga memiliki ketakutan jika perbuatannya diketahui oleh Kenan atau ayahnya Dimas. Jika mereka berdua sampai tahu bisa kacau lagi tapi....rasanya dia tak bisa melupakan rasa penasarannya pada Ara. Dibanding nanyanya Tiara Dirga masih tertarik pada Ara. Baginya Tiara hanya anak kecil yang tak sengaja dia pacari. Jaket yang dibelikan Ara selalu dia gantung dan dia pake. Sebelum tidur dia selalu memandangi jaket itu sambil mengingat bagaimana moment saat Ara membelikan barang itu untuknya. Di hari yang sama pula mereka berciuman. Selain jaket Dirga juga masih menyimpan foto-foto Ara. Foto-foto yang menyiratkan keakbraban mereka dulu. Dulu rasanya begitu indah beda dengan sekarang. Dirga menghela nafas memalingkan badannya ke kanan. Apa ini sudah akhirnya?bagaimana lagi dia harus berusaha melupakan Ara?. Dirga bingung. Andai saja dia diberikan kesempatan sekali saja untuknya. Andai saja waktu bisa putar kembali mungkin dia ingin mendekati Ara dengan cara yang lebih baik. Apa ini yang dinamakan tergila-gila?.Entahlah Dirga masih menerka-nerka sendiri. Dia seperti seseorang yang tengah berada di persimpangan jalan yang menujukkan jalan ke kebenaran dan kesalahan. Dia masih bingung jalan mana yang akan dia pilih. Dia tak ingin membuat Ara membencinya tapi dia juga tak bisa melepaskan Ara begitu saja. Salah dan benar kini tak ada bedanya di mata Dirga. Dia sulit memisahkan keduanya. Dia terlalu dibutakan oleh cinta. cinta yang menjerumuskan dan menyiksanya sendiri. Ya...mungkin hanya dia sendiri yang tersiksa sementara orang yang dicintainya hidup bahagia dengan pria lain.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C356
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login