Baixar aplicativo
17.65% I don't know you, but I Married you / Chapter 92: Terus bertengkar

Capítulo 92: Terus bertengkar

- Kamu darimana sih?kok belakangan sibuk banget?

- Ada reuni alumni di SMA terus aku jadi panitianya jadi aku ikutan nyiapin acaranya.

- Kan kemarin-kemarin bukannya udah?

- Ya kan kemarin persiapannya sekarang udah mau mendekati hari H nya.

- Aku kan nanya baik-baik kenapa kamu marah gitu?.

- Habis aku udah bilang beberapakali sama kamu aku jadi panitia tapi kamu terus nanya ini itu sampe aku harus ngirim foto segala.

- Kan aku pingin liat aja, aku kan ga ada disana

- Ya terus aku harus gimana?aku harus live gitu setiap kali sama temen aku?.

- Ya seengaknya kabarin aku dong. Aku telepon kamu ga angkat aku WA kamu pagi kamu baru bales malem.

- Aku kan ga 24 jam pegang HP Jay..

- Tapi kamu upload foto di medsos kamu sementara Chat aku ga kamu bales.

- Kok kamu sampe segitunya?aneh deh.

- Aku cuman pingin tahu Ra, aku kan ga ada disana.

- Ya tinggal kesini liat sendiri.

- Kamu kenapa sih?berubah akhir-akhir ini.

- Bukan aku yang berubah tapi kamu, Kamu ngajak berantem terus tiap hari. Aku cape Jay..

- Aku ga pingin berantem.

- Udah ah aku cape..

- Ra..Ra...

Jay memanggil dibalik telepon tapi tak ada jawaban lagi disana sepertinya Tiara marah lagi. Belakangan ini mereka memang sering bertengkar karena hal-hal yang sebenarnya sepele sementara Jay sendiri tak tahu harus berbuat apa.

"Lo ga balik?ntar dimarahin Daddy Lo jam segini belum pulang." Tanya muel yang ada disampingnya.

"Gw lagi bingung El..."

"Kenapa?"

"Gw sama Tiara berantem."

"Lagi?ga bosen?"

"Dia marah tiap gw tanya dia lagi dimana sama siapa kok lama balesnya."

"Iyalah Lo protektif banget."

"Lo ga ngerasain LDR sih El.."

"Bukannya Lo mau nyusul?"

"Ya kan ga dalam waktu dekat ini lagian mommy belum nyetujuin."

"Ya udah suruh Tiara yang kesini."

"Apa boleh?"

"Ya tanya aja dulu."

"Eh ada Javier..tumben ikut nongkrong." Seseorang datang menghampiri mereka.

"Kak Cindi disini juga?"

"Iya tadi duduk disana merhatiin kesini kaya kenal gitu ga tahunya bener muel sama Javier."

"Jay kak.."

"Enakan manggil Javier beda dari yang lain."

"Sama siapa kesini?"

"Sama temen-temen juga tuh pada masih ngobrol.."

"Ya udah disini aja ngobrolnya supaya tambah rame.." Ajak muel lalu perempuan bernama Cindi itu memanggil teman-temannya dan mereka pun kini makan satu meja.

"Kenapa sih kaya banyak pikiran vier?"

"Iya lagi galau nih Jay, berantem sama pacarnya." Muel memberitahu.

"Pacar?siapa?"

"Namanya Tiara orang Jogja."

"Oh LDR kenal dimana?"

"Anaknya temen mommy."

"Berantem kenapa?"

"Salah paham aja."

"Udah ga usah terlalu dipikirin seneng-seneng aja dulu." teman Cindi yang bernama Mira ikut berkomentar sementara Jay hanya tersenyum.

"Gw bikin update dulu ah.." Muel mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam kegiatan mereka.

"Udahlah vier cewek butuh nenangin diri jadi kasih waktu aja."

"Iya kak.."

"Kakak kamu lanjut sekolah dimana?"

"Kakak milih kerja di perusahaan Daddy soalnya dia cape katanya."

"Masih sama si David?"

"Enggalah, udah jahat gitu masa kakak mau, aku aja ga ridho."

"Dia dibully tahu gara-gara ketahuan itu, sebenernya anak-anak kampus udah tahu sih sifat dia cuman ga ada yang berani aja."

"Kenapa?"

"Soalnya David ancem mereka gitu."

"Ngancem gimana kak?"

"Nyebarin video gitu."

"Video?video apa?" Jay tak mengerti.

"Video sex mereka."

"Video sex?" Jay bingung.

"Jay HP Lo bunyi tuh?" Muel langsung memotong dan dengan segera dia mengangkatnya.

- Kamu dimana?jam segini belum pulang.

- Eh iya mom kelupaan, aku lagi bareng muel.

- Pulang Jay udah malem.

- Iya mom, aku pulang sekarang.

Jay mengakhiri panggilannya dan segera bersiap.

"El, gw harus pulang mommy nanyain."

"Anak mommy?" Mira meledek sambil tertawa kecil.

"Gw duluan ya.." Jay berpamitan dan segera pulang.

***

Tak ada angin tak ada hujan Jay langsung bangkit saat mendapatkan pesan dari Tiara. Pesan yang mengejutkan.

# Kita Putus aja.

Hanya tiga kata itu yang membuat Jay sekarang panik. Putus?kenapa harus putus?apa yang salah?semuanya kemarin baik-baik saja meskipun mereka sedikit berdebat. Jay langsung menekan icon panggilan namun tak ada jawaban dari balik telepon.

# Kenapa?

Jay langsung mengetikkan pertanyaannya yang sekarang bersarang dikepalanya. Dia terus mencoba melakukan panggilan tapi Tiara belum juga menjawab. Sesekali dia terdiam dan memikirkan apa belakangan dia melakukan kesalahan?apa ada keinginan Tiara yang tak dia lakukan?.

"Aku harus kesana." Jay mencari-cari tiket ke Jogja tapi semuanya sudah habis tak ada satupun yang tersisa. Dia melempar ponselnya mengepack bajunya ke dalam tas kecil lalu berganti baju. Dia mencari ibunya namun tak ada dikamar atau pun dimana pun.

- Iya Jay..

- Mom aku mau ke Jogja ya.

- Hah?kok mendadak?.

- Ini penting mom.

- Naik apa?.

- Bawa mobil.

- Engga-engga, nanti aja.

- Mom please.

- Ngapain sih sampe kaya gitu?emang sama siapa?.

- Sendiri.

- Tuh apalagi sendiri.

- Mom aku udah gede, aku bisa kok nyetir sendiri kesana.

- Nih ngomong sama Daddy kamu.

- Kenapa Jay?

- Dad aku mau ke Jogja ya naik mobil.

- Sama siapa?kok dadakan sih Jay?.

- Sendiri. Pokoknya ada yang penting.

- Tiara kenapa?.

Kenan langsung menebak Jay dengan pertanyaan yang pasti karena itulah Jay ngotot sekarang.

- Tiara putusin aku.

- Telepon aja dulu, tanya baik-baik.

- Udah, tapi dia ga angkat.

- Nanti mommy bantuin tanyain ke tante Dena. Kamu dirumah dulu ya.

- Duh dad, aku ga bisa nunggu.

- Jay dengerin Daddy, jangan terburu-terburu ngambil keputusan.

- Daddy tuh ga ngerti.

- Ya udah Daddy anter aja ya, kamu ga boleh sendiri.

- Kenapa aku ga boleh sendiri?aku ini udah gede!!.

Jay menutup teleponnya dan langsung pergi tanpa mendengarkan orang tuanya.

"Jay...Jay..." Kenan memanggil anaknya di telepon.

Kenapa Mas?"

"Kita pulang sekarang. Nih anak kayanya nekat." Kenan yang sedang berada dikantornya langsung pergi bersama Jesica menuju rumahnya.

"Kenapa sih Mas kok ngebut?"

"Jay nekat sayang mau ke Jogja."

"Mas aku lagi hamil." Jesica mengingatkan dengan cepat Kenan menurunkan kecepatannnya.

"Jay kenapa sih Mas?"

"Dia diputusin Tiara katanya, kamu telepon Dena deh kenapa ga angkat telepon Jay, kenapa putus."

"Hah kok bisa?"

"Ga tau kayanya berantem deh."

"Ya udah aku telepon." Jesica langsung meraih ponselnya.

- Halo Ka.

- Lo lagi sama Tiara?

- Tiara lagi di kampus ka.

- Tiara sama Jay ada masalah?

- hah?engga kok terakhir Jay kesini biasa-biasa aja.

- Bisa ga Lo telepon Tiara suruh dia angkat telepon Jay.

- Ada apa sih ka.

- Tiara mutusin Jay terus anak gw sekarang ngotot mau ke Jogja.

- Hah?seurius Lo?

- Iya Na, tolong ya. Jay naik mobil lagi kesananya.

- Oke-oke ntar gw telepon anaknya, kalo ada kabar ntar gw telepon balik.

- Makasih na.

- Iya sama-sama.

"Tiara katanya lagi dikampus mungkin ga diangkat karena ada kelas kali Mas."

"Jay pasti panik. Jay ga boleh sendiri."

"Mas..jangan ikutan panik." Jesica memijat pelan kepala belakang suaminya.

"Di telepon dia bilang, aku ini udah gede sambil bentak Mas coba."

"Sabar, Jay kan baru ngalamin kaya gini." Jesica mencoba menenangkan walaupun sebenarnya dia panik juga dengan kenekatan Jay kali ini. Sesampainya dirumah tak ada mobil Jay di garasi. Kenan beranjak masuk ke dalam kamarnya yang tampak berantakan akibat Jay mencari baju secara acak.

"Bi...Jay mana?"

"Tadi pergi tuan.."

"Sayang kamu disini aja ya, Mas susul Jay ke Jogja."

"Yakin Mas?"

"Yakin.."

"Mending Mas bawa Pak Kahar deh jadi nanti ada yang bawa mobil Mas pulang. Mas sama Jay aja pulangnya."

"Ya udah iya, Mas ke depan dulu." Kenan langsung mencari supirnya.

"Tadi Jay ada bilang sesuatu ga bi?"

"Engga sih Bu, cuman keliatan panik aja mundar-mandir terus pegang hp terus."

"Ya udah, saya ke atas dulu ya bi." Jesica menuju kamarnya dan menyiapkan baju untuk Kenan. Setelah semua siap dia berangkat bersama supirnya menuju Jogja.

***To be continue


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C92
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login