Baixar aplicativo
60% JALAN TERJAL (Hiatus) / Chapter 6: Tak kesengajaan

Capítulo 6: Tak kesengajaan

Mata Sylvia menangkap sosok Rose dari ujung jalan, beberapa detik dia tertegun dan hampir tak percaya tapi dia sangat yakin, jika gadis dengan dress dan angkle boot tadi adalah temannya, Sylvia mencoba mengikuti langkah Rose dengan jarak yang cukup jauh. kedua kali malam ini Sylvia tak percaya dengan penglihatannya

89'S CLUB

Gadis ini tak percaya saat melihat gedung dihadapannya, bagaimana mungkin pelajar seperti dia dan Rose bisa memasuki club hiburan malam, apa tadi dia salah lihat, ah tapi dia melihat jelas, temannya itu masuk kesini, Sylvia mencoba melangkah, dia penasaran

Dua orang pria berotot dengan kacamata hitam menghadangnya.

" identitasnya nona ! "

Sylvia terlihat bingung, kedua pria itu menuntun kedua lengannya untuk meninggalkan tempat itu, gadis itu hanya pasrah, dengan raut menggerutu Sylvia hendak meninggalkan tempat itu.

" Kau sedang apa ? " Sylvia kaget mendengar suara seorang pria yang telah berdiri di depannya, wajahnya terasa asing untuk Sylvia. Pria itu menyadari kebingungan Sylvia.

" namaku Vicko, tadi aku melihatmu dari kejauhan, aku tidak ingin ikut campur, tadinya kupikir kau butuh bantuan .. "

Sylvia cepat menggeleng, dia tak mengeluarkan sepata katapun, langkahnya cepat meninggalkan pria asing itu.

" syombong amat ! " gerutu Vicko kesal. Dia mencuri lirik ke arah pintu club malam itu, tapi yang dia dapat hanya benteng kedua bodyguard penjaga pintu, pria itu segera melangkah menjauh.

Vicko menyalakan mobilnya, menginjak gas, segera ingin meninggalkan tempat itu, tapi spionnya menangkap bayangan Sylvia yang menyebrang jalan dengan seorang nenek di sisinya, Vicko memasang wajah bingung, apa yang sebenarnya gadis itu lakukan ? batinnya bertanya sendiri. Sylvia menghilang di ujung jalan, Vicko melanjutkan perjalanannya. kenapa akhir akhir ini Sylvia membuatnya peduli. Vicko sendiri heran.

Sementara

Rose menutup rapat ruangan privat dengan interior mewah, gadis itu membuka dua kancing atas dress merahnya, dia sengaja mengekspos bagian dadanya.

" sini sayaang.. " Tuan Abra memberi aba-aba dengan tangannya, menyuruh gadis seksi itu mendekat dan naik ke pangkuannya.

" perkenalkan ini Pak Vincent, dia pemilik gedung apartement di pusat kota, kau ingin yang seperti apa sayang ? " Rose duduk di pangkuan Tuan Abra dengan manja, dengan menyibakkan rambut lalu tangannya meraih album hijau tua dengan banyak contoh ruangan di dalamnya, gadis itu asyik berdiskusi dengan kolega tuan Abraham.

" pilih lah yang kau suka sayang, Vincent tolong jangan kecewakan putriku yah.. " pintanya sambil menuang sebotol wine, dan menyodorkan gelasnya pada Rose

gadis itu menegaknya dengan perlahan, mulutnya yang dibuat penuh membuat tetesan wine di ujung bibir seksinya, tetesan itu mengalir di sudut dagu yang lancip, jatuh tepat dibelahan dada, tingkahnya membuat Vincent segera membuang pandangan, siapa yang tahan dengan godaan sensual gadis itu.

Tuan Abra menjangkau ujung rambut Rose menjambaknya kasar, tangannya memberi aba-aba kepada yang lain untuk keluar.

" Vincent, tinggalkan saja katalognya di sini! " perintah tuan Abra yang segera di saut anggukan oleh Vincent. Rose tersenyum penuh arti.

" Selain apartment, apa lagi yang kau inginkan ? " tanya tuan Abra sembari mendaratkan kecupan dari sudut bibir hingga pangkal dada gadis itu, dia sepertinya sayang dengan tetesan wine yang terbuang.

Rose tahu betul bagaimana keinginannya agar terkabul, dia tak pernah tanggung mengharapkan sesuatu. Melayani tuan Abra bukanlah apa-apa bagi Rose, gadis itu ingin memiliki semua yang dia impikan.

" Aku belum menginginkan apa-apa lagi, ini kusimpan untuk yang selanjutnya " bisiknya ditelinga pria paruh baya itu, kuping itu memerah, memanas. tak tahan dengan bisikan menggoda gadis belia itu.

Tuan Abra menjambak kasar rambut gadis yang menghabiskan dua jam untuk menatanya,

dia mengisi lagi gelas yang kosong, pria itu mengucurkan isi gelas sambil menjambak rambut Rose hingga menengadah,

alkohol itu tumpah bukan hanya masuk ke rongga mulut tapi membasahi semua bagian wajah Rose, tuan Abra melanjutkannya lagi tanpa ampun, kini dia menuangnya langsung dari dalam botol, lalu dengan lahap pria itu menyeruput lagi tumpahan wine disekujur tubuh gadis itu.

Dia tak peduli, rintihan dan mungkin rasa sakit Rose adalah kepuasannya, seperti gayung bersambut, gadis itu tak pernah keberatan dengan semua tingkah kasar ayah sambungnya itu. Lanjutkan!

Keesokan hari,

Hari ini Sylvia mengikat rambutnya, mengekspos wajahnya yang telihat lebih berisi dari sebelumnya, jika diperhatikan dia memang cukup memikat, pipinya yang berisi, bibirnya yang juga berisi, dengan mata yang bulat, pantas saja banyak yang bilang dia cute.

gadis itu melangkah gontai menuju sekolahnya, tidak seperti biasanya kemana semangatnya hari ini. Dia masih memikirkan temannya, gadis itu mulai penasaran dengan kejadian tadi malam.

Jalanan masih lembab, membuat beberapa genangan disaluran air yang tersumbat, Sylvia tak memperhatikan langkahnya , dia tak menyadari sebuah mobil melintas dari balik punggungnya menerobos genangan air.

Seorang pria menangkap bahu Sylvia dengan cepat, dia membanting diri kearah lain dengan dekapan erat gadis di dadanya

Mobil itu melaju kencang membuat cipratan air kemana-mana.

Deg!

Suara jantung terdengar di antara dekapan erat pria itu, mereka saling bertatapan, tersadar dengan apa yang terjadi dan sebuah pelukan yang tak di sengaja, refleks mereka melepaskan diri dan saling menjauh, keduanya menjadi gugup dan kikuk.

" ah, terimakasih.. " ujar Sylvia, pria itu mengangguk saja, wajahnya sedikit memerah, dia menyadari tadi wajah gadis itu begitu dekat dalam pelukannya, tak disangka gadis pendiam itu terlihat polos dan mempesona,

Vicko membuang pandangannya, apa sih ! Aku menyukai Rose bukan dia! batin Vicko berontak.

Deg, deg , deg !

Vicko memegangi dadanya yang berdegup kencang.

Sylvia melangkah memasuki gerbang sekolah, gadis itu menoleh sesaat ke arah pria yang tadi menyelamatkannya dari cipratan air, dia memegangi dadanya yang bergetar.

" ada apa dengan ku ? " tanyanya bingung, ada perasaan aneh yang menerpanya tiba-tiba.

" hei, kau melamunkan apa pagi-pagi ! " Rose mengagetkannya. Sylvia menatap aneh wajah gadis dihadapannya, tumben sekali dia sudah di sekolah, biasanya Sylvia selalu yang pertama tiba disini, gadis itu menatap sekitar, sudah ramai siswa berdatangan, ah sepertinya dia telat dari biasanya.

" Tadi aku melihatmu mencuri lirik anak laki di ujung sana " goda Rose sambil mengadukan bahu mereka.

" Apa kau menyukai anak itu ? " selidik Rose dengan senyum menggoda.

" Aah kau pintar memilih yaa.. " godaan Rose hanya di balas gelengan oleh Sylvia,

gadis itu tidak ambil peduli hingga mereka berpisah di lorong kelas

Sylvia kelas satu sementara Rose seniornya di kelas dua.

Vicko menatap punggung kedua gadis di hadapannya, tingkah Rose yang centil membuatnya tersenyum kecil

dia juga memperhatikan Sylvia yang tak banyak merespons, pria itu merasa bingung,

bagaimana mungkin Rose yang ramah di cueki, gerutu batinnya

Vicko terlalu fokus menatap kedua gadis dihadapannya, hampir saja dia melewatkan kelas akselerasinya.

" Vicko, kau mau kemana ! " teriak teman nya dari dalam kelas, membuat pria itu membalikkan badan berlari memasuki kelasnya.

" namanya Vicko Sil ! " bisik Rose pelan sambil tertawa kecil, mereka mencuri dengar rupanya, Sylvia diam saja. Rose terseny lagi sambil melambaikan tangan sebelum mereka berpisah memasuki kelas masing-masing.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C6
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login