"Apa kau meledekku, Weni?" tanya pak Gibran sedikit tercengang.
"Umh, maafkan aku pak. Bukan maksudku untuk menertawaimu. Tapi kau sungguh sangat terlihat lucu, ini bukan seperti dirimu yang selalu terlihat berkelas saat sedang bertugas di sekolah/"
"Aku tetaplah manusia biasa, aku juga seorang laki-laki yang normal. Mungkin bagimu ini sangat lucu, tapi…"
"Hem, aku mengeti." Bu Weni memotong ucapan pak Gibran begitu saja, dia terlihat kembali tenang saat ini.
"Baiklah, jangan banyak bicara lagi, bapak harus segera meminum obat ini, agar segera pulih nantinya."
"Kenapa kau terus mengalihkan setiap pertanyaanku sejak tadi? Kita sedang berada dalam satu ruangan yang sama, dan hanya ada kita berdua saja saat ini. Kau tidak perlu malu," ujar pak Gibran kembali mengulang tanya. Dia seakan semakin di buat penasaran oleh bu Weni bagaimana dia sesungguhnya.