Anya menutup ponselnya sambil mengusap mata basahnya. Ia menyesal telah menerima panggilan video Artha yang sepertinya tampak jauh lebih galau dari sebelumnya. Dan lelaki itu kembali berusaha membuat pendiriannya berubah agar memperjuangkan kembali cinta mereka berdua.
Sebenarnya bagi Anya, mudah saja membuat mereka berdua kembali bersama. Akan tetapi ia masih memikirkan pihak lain yang kelak akan terluka atas keputusan mereka berdua. Dan Anya tidak mau itu. Cintanya tidak seegois itu dan pendiriannya itu lah yang membuatnya menjadi sosok yang menyebalkan bagi Artha dan yang lainnya.
Melirik arloji di pergelangan tangan kirinya, Anya teringat seperti biasa ia harus pergi menjemput Amoka pulang sekolah. Segera mengenakan mantel merah dan syalnya, Anya berpamitan pada karyawannya sebelum pergi dengan sepedanya.
Meluncur kencang dengan sepedanya, Anya menerobos jalanan Utrecht menuju sekolah Amoka yang hanya ditempuh sekitar sepuluh menit perjalanan dengan sepeda kayuh.