Baixar aplicativo
91.33% KEMBALI PADAMU / Chapter 137: Tertangkap

Capítulo 137: Tertangkap

Herlambang sudah lengkap mengumpulkan bukti kejahatan Handoko. semakin di gali, kejahatannya semakin banyak.

Handoko, Hendro dan Ane di tangkap polisi namun Handoko berhasil kabur dalam perjalanan menuju kantor polisi,

Herlambang segera menghubungi Jovan agar penjagaan di perketat dan Norien, tentu saja di awasi walaupun masih diperlakukan baik oleh keluarga Jovan karena menganggap Norien hanya korban, Ara meminta Natan mengantarnya ke rumah Anggara karen Ara sangat khawatir dengan keluarganya,

"Tenang yank, baiklah kita kesana," Natan menenangkan Ara yang gelisah sambil terisak, "Bagaimana aku bisa tenang Nat, kalau pelakunya sebenarnya belum tertangkap." Natan mengelus rambut Ara lalu memeluknya memberi ketenangan, "Kita percayakan ke pihak yang berwajib, semoga semuanya segera berlalu,"

Natan menuju lemari pakaian, memakai rompi lalu jaket dan dia melakukan hal yang sama kepada Ara, Ara sempat protes, "Nat kenapa harus pakai baju double sich?" Natan hanya diam memakaikannya, "Nat..." Ara cemberut kesal, "Diam dan menurut saja!" Ara langsung terdiam mendengar Natan menjawab tanpa ekspresi.

Di perjalanan suasana menjadi tegang, karena Ara mendengar berita kalau rumah Anggara di serang sekelompok orang,

"Nat, papi, mami juga kak Anggara?" Ara mulai menangis lagi, besok Anggara dan Salsa akan menikah kenapa keadaan menjadi sangat kacau hari ini.

Betapa terkejutnya Natan dan Ara, saat melihat rumah Anggara sedang di serang kembali, terlihat Anggara juga sedang menahan serangan.

Natan menatap Ara, "Yank, tunggu di mobil yach, kunci pintunya kamu duduk di belakang kemudi, kalau ada apa - apa, tancap gas pergi dari sini!" Ara menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mau pisah denganmu," Ara terlihat sedih, "Aku berjanji akan kembali," Natan menatap mata Ara untuk meyakinkan, yang tadinya Ara memeluk erat, pelukannya melonggar dan terpaksa mengangguk. "Lapor polisi yach!" Natan segera keluar dan bergabung dengan Anggara di sela- sela perkelahian terdengar letusan tembakan membuat Ara gemetar, "Kak awas...." Natan segera berlari melindungi Anggara dengan memeluk anggara, Ara melihat jelas dari baju Natan terlihat warna darah, mata Ara membulat dan air matanya langsung jatuh, ada dua letusan yang mengenai tubuh Natan, di letusan yang ketiga Ara segera lari memeluk Natan, Ara memejamkan matanya menahan rasa sakit di lengannya.

"Nat kamu tak apa- apa?" suara Ara terbata- bata, Natan terkejut dan berbalik, terlihat Ara berkeringat dingin dan gemetar, Natan segera membawa Ara menjauh dan memberi pertolongan pertama di bantu anak buah Anggara, sedangkan Anggara mencari orang yang menembakan senjatanya, dan matanya terpana melihat orang yang selama ini dikasihaninya, dicintai sebagai seorang adik, merawatnya di kala sakit, memberikan kasih sayang dengan memenuhi semua permintaannya masih memegang pistol mengarahkan kepadanya, setelah melukai Natan dan Ara,

"Kamu mau bunuh aku, orang yang selama ini menyayangimu dari kecil hanya untuk memenuhi ego orang tuamu yang membuangmu?" Anggara tersenyum sinis tapi di matanya sudah menggenang air mata, air mata kekecewaan.

"Aku mau bertanya padamu Rien? apa salah aku mencari keluargaku yang terpisah? siapa yang salah diantara aku dan keluargamu? setelah hampir memusnahkan seluruh keluargaku membuat papi dan mami koma, dan membuat aku melindungi adikku yang terluka parah karena di lempar dari mobil bersamaku dan kamu tau? keluargamu masih mengejar aku karena akulah saksi mata atas kejadian kecelakaan mobil itu, aku terpaksa meninggalkan adiku pada seseorang yang baru aku kenal dan untungnya dia benar- benar lindungi adiku, kalau tidak aku akan menyesal seumur hidupku. Aku tanya siapa yang salah?" teriak Anggara,

"Rien... siapa yang salah ku tanya? seorang Ayah yang merelakan anaknya untuk berada di sisi orang yang di bencinya hanya agar terpuaskan dendamnya atau aku yang di bencinya yang merawat anak itu dengan kasih sayang? dengan semua yang aku punya mengobati sakitnya agar dia tetap bertahan hidup?"

"Rien... kamu tidak pernah tahu betapa aku tersiksa selama ini, menutup matapun aku tidak tenang aku selalu mimpi buruk, sebelum aku bertemu Ara, aku tidak pernah tidur dengan nyenyak hanya memandang bunga mawar putih kesayangannya yang membuatku sedikit tenang. sekarang, kamu mau membunuh semuanya? mengulang kejahatan yang orang tuamu lakukan dulu, silahkan!" Anggara tertawa tapi air matanya menetes, setetes demi setetes di pipinya, hatinya sakit melihat gadis yang bersamanya sejak kecil berubah sifatnya sejak dia menemukan Ara.

Norien tubuhnya gemetar hebat. Terlintas kenangan- kenangannya bersama Anggara dan orang tuanya yang dengan tulus menyayangi dan merawatnya kemudian setelah ada Ara muncul Hendro dan Handoko yang tiba- tiba datang mengakui bahwa mereka keluarga sebenarnya dan meminta bantuannya untuk melenyapkan orang yang memberikan kasih sayang kepadanya selama ini.

Ara yang masih di situ menangis menyaksikan pemandangan di hadapannya, dan kemudian Ara pingsan lalu di bawa ke Rumah Sakit bersama Natan yang juga sudah mulai lemas. Keduanya berakhir di ruang operasi."

Sedang Anggara masih berdiri di hadapan Norien. Anggara menatap Norien yang sedang kalut, di saat terakhir ketika Norien hendak melepaskan tembakan Anggara menendang tangan Norien,

"Akh...." itu yang keluar dari mulut Norien dan pistolnya terlempar jauh, anak buah Anggara segera menangkap Norien.

"Ma'af Rien, kali ini aku tidak bisa melindungimu lagi, kamu telah memilih jalan ini yang sebenarnya pilihanmu banyak, ma'af...." wajah Natan memerah, pipinyapun sudah basah dengan air mata, "Ma'af aku terlalu tamak, ma'af aku terlalu egois selalu ingin yang pertama dan lebih, aku tidak bisa terima tiba- tiba ada Ara yang tadinya akan aku jadikan pendampingmu tapi berubah menjadi adikmu, aku tidak siap kala aku tau aku bukan bagian dari keluarga ini..." Norien tertunduk dan menangis,

"Tapi sampai sekarang kamu masih di rumah ini, aku sengaja membeli rumah yang lain untuk Ara agar kamu tidak merasa tersisih di rumah ini tapi, ini yang aku dapatkan sungguh luar biasa... kamu tau sekarang anak- anak Handoko telah masuk kedalam penjara, termasuk kamu tapi apa yang terjadi Handoko tidak membelanya dia kabur sendiri tanpa peduli anak- anaknya." Tangisan Norien semakin keras. Anggara membeku menandar ke pohon yang ada di sekitar rumah sambil menutup kedua telinganya berharap suara Norien tidak terdengar tetapi masih saja terdengar menyakitkan, setelah Norien tidak ada lagi, Anggata melihat ke sekitarnya, polisi dan pihak kesehatan datang membantu.

Setelah keadaan Aman Keluarga Jovan di bawa kerumah yang di tempati Ara, sementara Anggara dan anak buahmya pergi ke Rumah Sakit melihat kondisi Natan dan Ara,

"Bagaimana keadaan kalian?" Anggara menatap Natan dan Ara yang lengan kanannya sama- sama terluka, "Norien 2 kali menembakmu Nat, aku takut bagian lain yang luka," Anggara memeriksa Natan dengancemas, "Kami pakai rompi kak, jadi hanya lengan yang kena. Sasarannya sih jantung sepertinya tapi, Norien belum terlatih." Natan tersenyum, "Untung dia tidak mengarahkan tembakannya ke kepalamu, apa jadinya kalau kepalamu yang jadi sasaran?" Anggara menarik napas panjang,

"Paling Ara..." Natan menoleh ke arah Ara, "Natan.. jangan bercanda! kamu terluka tadi saja napasku seakan berhenti." Ara cemberut.

"Kita bisa langsung pulang besok pagi, selanjutnya di rawat di rumah, kalian kena tembak janjian." Anggara melihat luka tembak mereka di lengan kanan semua, "Ara sudah aku suruh diam di mobil," Natan menatap Ara sedih, "Mana mungkin aku membiarkanmu terluka kedua kalinya." Natan mengacak rambut Ara dan mengecup keningnya.

Dalam pengejaran Handoko tertangkap dan sempat bertengkar dengan Herlambang sebelumnya,

yang membuat Herlambang terkejut adalah alasannya kenapa ini semua di lakukan Handoko dan kenapa memusuhi temannya sendiri adalah karena Andien dan Renata, perempuan itu adalah sosok perempuan yang Handoko inginkan dan malah memilih sahabatnya, selain itu masalah bisnis semakin memicu kekesalan Handoko karena Herlambang dan Jovan bisnisnya semakin sukses. Sejak itulah Handoko bertekad mengusik dua keluarga itu, hanya yang paling menderita adalah keluarga Jovan tentunya yang memicu perceraian Herlambang juga adalah Handoko, dengan mengirimkan Ranti sebagai orang ke tiga di keluarga Herlambang.

"Walaupun kalian tidak sepenuhnya hancur tapi dalam prosesnya dari dulu sampai sekarang kalian tidak merasa tenang, kalian tersiksa." Handoko tertawa mengejek Herlambang, "Tapi pada akhirnya keluargamu yang hancur, sekarang apa yang kamu dapatkan?" Herlambang menatap geram, lalu melanjutkan kata- katanya. "Tidak ada... aku yakin sekarangpun kamu tidak bahagia." Handoko menyeringai tersenyum sinis, "Aku tahu... tapi setidaknya kamu juga pernah merasakan tidak bahagia..."

Herlambang menatap dengan amarah yang sudah memuncak, "Sialan, berengsek kamu Handoko..." dan "buuuk," pukulan mendarat dimuka Handoko, Handoko ambruk ke tanah lalu tertawa dan bangun kembali, "Kenapa? kamu baru sadar aku pelakunya? tapi, yang aku tau kamulah yang paling berengsek. Laki- laki yang tidak setia... Aku senang, sampai Ajalnya Renata dan kamu tidak bisa bersatu kembali." Herlambang terdiam membeku, semuanya itu benar adanya dia memang berengsek, Handoko segera memanfaatkan situasi dengan balik menyerang, "buuuuk." muka Herlambang juga jadi sasaran. Herlambang sempoyongan dan saat itu di manfaatkan Handoko untuk berlari. Tapi sebelum berlari, polisi segera datang menangkapnya. Handoko segera di bawa kekantor polisi.

****************************************

Ma'af sampai detik ini typo masih bertebaran di mana- mana 🙏

Terimakasih yang selalu mendukung tulisan ini 😘

yang belum jangan lupa kirim Ps, bintang juga tulis ulasan 😉


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C137
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login