Natan berganti pakaian dan merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya, setelah ketemu Arabelle selama Satu tahun ini membuat Natan yakin Arabelle beda dari yang lain, beda dengan gadis- gadis atau tante- tante yang selalu menggodanya karena tau orang tua Natan kaya, juga tentunya ketampanan Natan di atas rata- rata,
"Ara... semakin hari sepertinya aku makin memikirkanmu..." Natan mengacak - ngacak rambutnya dan akhirnya tertidur,
***
Pagi- pagi Natan sudah siap kesekolah, memakai baju putih Abu- abu dan jaket jeansnya, Natan minum susu dan roti bakar secepat kilat lalu turun keparkiran dan melaju dengan mobil sportnya menuju sekolahan, beruntung si centil Yuna tak tau kalau dirinya bawa mobil, dia berdiri membawa bunga dan tas kecil, entah apa lagi yang dia bawa... Natan tersenyum geli melihat Yuna gelisah menatap keluar gerbang sekolah, Natan buru- buru masuk kekelasnya, untung aja Yuna tidak sekelas dengannya. kalau satu kelas, Natan sudah di pastikan setres di buatnya, saat masuk kedalam kelas mata Natan tertuju ke bangku Ara dan menatap Ara sekilas lalu duduk di samping Adam.
"Mata pelajaran bu Nova, Tan..." Natan menepuk jidatnya,
"Ayo tuker bangku." Tanpa lama- lama Natan melengkah menuju bangku Ara,
"Ra gantian duduknya pelajaran IPA." Ara mengangguk lalu mengambil tasnya pindah kedepan,
"Makasih Ra ..." Ara hanya tersenyum,
"Pagi anak - anak...."
"Pagi bu..." bu Nova melihat anak- anak diruangan itu.
"Tunggu- tunggu sepertinya ada yang salah, pandangan saya jadi suram." dia setengah bergumam tapi sebagian anak bisa mendengarkan dan tertawa...
"Eits Ara... kenapa dirimu jadi duduk di sini?"
"Saya ngidam duduk di sini." Jawab Ara asal bunyi, bu Nova melotot,
"Kamu masih SMA kok ngidam?" Ara diam saja tak menjawabnya lagi,
"Lalu sitampan kemana?" Ara menunjuk Natan.
"Di belakang bu...." Bu Nova berjalan kearah Natan,
"Tampan kenapa pindah? Nova jadi tidak dapat melihatmu." suaranya manjanya membikin Natan batuk- batuk, Nova? ... ya Tuhan tante- tante satu inih... Natan mengacak rambutnya frustasi,
"Saya tiba - tiba rabun dekat bu, jadi kalau duduk di depan, saya tidak bisa liat ibu...." jawab Natan sekenanya, yang ada di ruangan itu tak kuasa tertawa,
"Oh pantesan kamu selama ini tidak terpesona sama Nova, baiklah tetap duduk di sini dan pandang Nova!" Natan sampai mengelus dadanya,,,
Bu Nova balik lagi kedepan kelas dan mulai mengajar,
"Guru gila..." gumam Natan, Adam yang mendengar terkekeh,
"Korbanmu, siapa suruh terlalu tampan?"
Bibir Natan manyun...
"kamu manyun aja sexy apalagi mendesah..." Natan melotot dan memukul bahu sahabatnya,
"Kamu gay?"
"Kalau aku gay, sepertinya kamu sudah aku tubruk dari tahun lalu." Adam mengedipkan sebelah matanya, Natan bergidik ngeri,
***
"Kakak aku kangen...."
Lexa memeluk tubuh Natan saat Natan turun dari mobilnya, Natan mengacak- ngacak rambut Lexa dan mencium kening Lexa,
"Kakak kemana aja?"
"Kakak banyak kerjaan sayang..."
"Apakah kalo aku seusia kakak akan sesibuk kakak?"
"Tergantung, kamu mau bantu perusahaan apa tidak." Lexa sejenak berfikir lalu menggelengkan kepalanya,
"Lexa liat papa, mama dan kak Natan aja capek gimana Lexa yang menjalaninya?"
"Kalau untuk keluarga tidak ada capeknya sayang." Natan menggandeng Lexa kedalam rumah, diruang keluarga sudah ada Alan, Herlambang dan Raya,
"Hai mam, pah, kek..." sapa Natan sambil mencium tangan mereka satu - persatu,
"Tidak ada kamu beberapa hari ini rumah terasa sepi..." Herlambang memeluk Natan,
"Maaf kek, ada urusan yang mesti Natan tangani, beberapa cabang Restauran akan Natan buka jadi agak sibuk."
"Perusahaan mama sama Papamu begitu banyak, kenapa kamu malah membikin usaha sendiri?"
"Kalau aku cuma nerusin, itu tidak bisa mengukur kemampuanku kek, tenang saja perusahan mama tetep Natan bantu." Herlambang menarik nafas panjang, tapi ada rasa bangga juga karena cucunya mandiri dan di usia yang belum genap 16 tahun, bisnis di bidang kulinernya berkembang begitu pesat,
Alan dan Raya saling pandang lalu tersenyum,
lalu meninggalkan Natan dan Herlambang yang sedang berdebat, Raya dan Alan menuju kamar mereka, sedang Lexa tampak fokus melihat televisi,
"Yank... kangen..." Alan memeluk Raya dari belakang setelah pintu kamar tertutup, pelukan Alan erat sangat erat,
"Heyyy... pelukanmu seakan pelukan untuk perpisahan... aku selalu di sini dan tetap di sini untukmu." Raya memutar badannya dan memeluk Alan bahkan Raya berjinjit mencium bibir Alan, Alan membalas ciuman Raya,
"Aku menginginkanmu malam ini...
sepanjang malam ini... !" Raya hanya menganggukan kepalanya, tatapan matanya sudah berkabut meminta sentuhan lebih, malam itu begitu indah di rasakan Raya beberapa hadiah Alan berikan untuk Raya seperti cincin berlian, coklat, bunga dan 1 bingkai foto tapi tak ada fotonya,
"Yank kenapa ini tak ada fotonya hanya sebuah bingkai?"
"Nanti di isi dengan foto yang special, mungkin pernikahan..." Raya mengerutkan keningnya, tapi mengingat Natan sudah beranjak remaja, mungkin beberapa tahun kedepan akan ada foto pernikahan, Raya tidak bertanya lagi melainkan memeluk tubuh polos Alan dan Alan melanjutkan petualangannya benar- benar sampai pagi... hingga keduanya kelelahan dan tidak keluar ketika sarapan,
"Kek hari ini dan besok Natan tidak pulang ada peresmian 3 Restauran baru dan mungkin Natan akan sibuk mengurus semuanya." Herlambang hanya mengangguk,
"Apakah Lexa bisa ikut kak?" Natan menggeleng dan tersenyum,
"Tidak sayang, kamu harus menjaga kakek!"
"Asal kakak pulang bawa boneka banyak Lexa setuju..." Natan tersenyum dan tak tahan untuk tidak mencubit pipinya,
"Baiklah princess kakak, jaga kakek dengan baik!"
"Siap kakak tampanku...." mata Lexa membulat karena akan di janjiin hadiah oleh Natan,
"Papa sama mama mana kek? aku tidak melihatnya dari tadi."
"Mungkin kelelahan karena akhir- akhir ini mereka sibuk, biarkanlah mereka istirahat!" Natan mengangguk.
"Baiklah kek, jaga diri kalian baik- baik!" dari luar suara langkah kaki masuk ke ruang makan,
"Om Fanooo..." Lexa teriak dan memeluk Fano, Fano tersenyum sambil membalas pelukan Lexa,
"Om kenapa lama di Jermannya?" Lexa memang merasa kehilangan sosok Fano, selain Alan dan Raya, Fano yang paling memanjakan Lexa apapun kemauan Lexa pasti Fano turutin, Fano adalah sosok ayah kedua setelah Alan, kenapa Fano sangat sayang dan memanjakan Lexa? karena dalam proses Raya melahirkan Fanolah yang pertama melihat Lexa lahir kedunia,
"Kerjaan Om banyak sayang, untuk menebusnya Om akan lama di indonesia karena Om membuka kantor Om di sini juga, kita akan ada banyak waktu untuk bersama." wajah Lexa gembira, sangat sangat gembira,
"Lexa sayang Om..."Fano tertawa setelah bersalaman sama Herlambang dan Natan Fano duduk dan bergabung di meja makan, Lexa dengan cepat menyendokan nasi goreng dan menuangkan minum buat Fano lalu kedapur menyeduh susu dan di letakan dihadapan Fano juga,
"Ada Om Fano kak Natan tersingkirkan..." Lexa nyengir dan menjulurkan lidahnya, semua yang ada di ruangan itu sontak tertawa,
"Trimakasih kesayangan Om..." Lexa mengangguk dan tersenyum,
Natan bangun dari tempat duduknya dan menarik koper kecilnya,
"Natan pamit ..." semuanya mengangguk,