"Tujuanku?" ulangnya sambil tertawa. "Saat ini tujuanku satu-satunya hanya mengkomersilkan darah sintetis yang sedang kukembangkan—"
Kucengkeram lehernya dengan tangan kiriku lalu mendorongnya ke pintu kaca di punggungnya. Tentu saja aku tidak melakukannya terlalu keras, karena aku tidak akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup jika Ia terluka sedikit saja.
Aku sedikit terkesan saat Ia tidak terlihat terkejup sedikitpun, malah sebuah senyuman samar muncul di wajahnya. "Mendengar penjelasanmu barusan, sepertinya bukan aku yang harus menjelaskan langkahku berikutnya, Nicholas..."
"Apa?" balasku dengan desisan marah, kutahan diriku untuk tidak menekan lehernya lebih jauh lagi.
"Langkah terbaik kalian selanjutnya adalah bergabung dengan klanku, bukan?" tanyanya dengan senyuman yang lebih jelas. Dengan cepat kutarik tanganku dari lehernya, karena tinggal sepersekian detik lagi aku hampir mematahkan lehernya.