Di sebuah ruangan nan gelap dan mencengkam hanya di terangi cahaya yang muncul dari kolam yang berada di tengah-tengah ruangan tersebut yang memancarkan cahaya merah yang suram. Tak ada perabotan di ruangan tersebut, hanya ada dinding batu dan sebuah kolam merah darah dengan ratusan kelopak bunga mawar hitam serta sebuah tengkorak manusia yang terus mengeluarkan air ke dalam kolam yang menambah rasa ngeri.
Gemercik air tiba-tiba terdengar dari kolam tersebut dan munculah sesosok berambut putih keluar dari dalam kolam, ia mengibaskan kepalanya untuk menghilangkan air merah tersebut di wajahnya dan mengusah rambut putih panjangnya. Matanya terbuka dan terlihatlah warna merah darah yang sama seperti warna air dalam kolam, ia menyapukan pandangannya dan tidak ada perubahan pada tempatnya berlatih biasanya ketika ia berlatih akan menyebabkan daerah sekitarnya terbakar atau hancur akibat kekuatannya. Kekuatannya sangat besar dan hanya sedikit yang bisa menandinginya namun sayangnya ia terkurung dalam hutan terlarang.
Ia meraih tepi kolam dan keluar dari sana, tubuhnya yang putih pucat bagai mayat terlihat jelas seolah tanpa tanda kehidupan, bahkan tubuhnya terasa dingin bila di sentuh walaupun ia memiliki elemen api sebagai elemen utamanya. Ia menyentuh dadanya tepat pada jantungnya berada dan keluarlah sebuah pakaian di tangannya kemudian ia segera mengenakannya. Berbeda dengan orang lain yang memiliki cincin ruang atau elemen ruang untuk menyimpan barang-barang mereka, ia menggunakan batu yang tertanam di jantungnya sebagai media penyimpanan sebab batu itu memiliki banyak fungsi yang hebat dan karena batu inilah ia terkurung dalam tempat ini.
Ia tidak pernah menyesalinya ketika saat itu, karena ia membutuhkan kekuatan batu ini untuk membalaskan dendamnya. Namun, sekarang ia sangat ingin menghancurkan kutukan ini agar bisa bersama Gia dan selalu berada di sisinya.
oOo
"Cepat! Cepat! Sebelah sana belum di pasang!"
"Apakah kau tidak memiliki selera? Memadukan warna emas dengan kuning?"
"Hei yang di sana jangan diam saja, cepat kerjakan bagian kalian!"
"Hati-hati letakan barang itu, awas saja jika pecah."
"Keluarkan mutiara cahaya dari gudang, dan letakan pada setiap sudut!"
"Astaga apakah kau bodoh meletakan mawar hitam disana, kau ingin menakuti Ratu kita?!?!"
"Buang benda mengerikan itu dan ganti dengan yang lebih indah."
"Jangan letakan lukisan tengkorak di sana, itu menyakiti mataku."
Pandangan semua orang mengarah pada Zhouming yang tengah memerintahkan mereka untuk mengatur ulang istana kegelapan, atas perintah Raja Hantu ia menjadi pemimpin saat mendekorasi ulang. Sebenarnya mereka sangat kesal di perintah Zhouming yang sangat cerewet dia tidak seperti Guangli yang kalem namun tegas ketika mengatur pasukan.
"Apa lihat-lihat? Ingin protes? Sana protes dihadapan Master!" Zhouming merasakan tatapan mereka terhadapannya tetapi tidak takut, ia malah menaikan dagu dan bersikap sombong.
Tentu saja mereka tidak berani, siapa juga yang berani menghadapi Raja Hantu yang terkenal gila seatero istana, mereka tidak ingin ikut gila sepertinya. Jangan percaya rumor yang beredar di luar yang mengatakan Raja Hantu adalah sosok yang hebat, kuat, mengerikan, dan mendominasi, semua itu adalah kebohongan dan fakta sebenarnya dia agak gila walaupun memiliki kekuatan yang hebat.
Sebenarnya Zhouming ingin berbagi penderitaan dengan yang lain, karena ia telah di hukum masternya untuk merawat Xiao Bai padahal bukan salahnya sendiri melainkan dengan Banzhou tetapi ia dapat melarikan diri dari hukuman. Merawat Xiao Bai tidak mudah dan sangat mempertaruhkan nyawa sebab naga masternya itu suka main-main dan makan apapun yang ada sehingga siapapun yang memberinya makan harus berhati-hati atau dirinya sendiri yang akan menjadi makanan Xiao Bai.
oOo
"Master." Guangli menatap Masternya yang tengah melemparkan pakaian ke ranjang karena bingung ingin memilih pakaian yang cocok untuk menyambut ratu mereka.
"Apakah mereka sudah selesai mengatur ulang?��� Bukannya menjawab ia malah bertanya pada Guangli akan pekerjaan anak buah lain dan tetap fokus mencari pakaian untuknya.
Guangli menatap ke arah pintu yang terbuka sehingga ia dapat melihat pemandangan anak buahnya yang berlalu-lalang karena sibuk memindahkan benda-benda. "Mereka hampir selesai."
"Bagaimana hasilnya?"
"Cukup bagus, mewah dan mengesankan." Kali ini Guangli setuju dengan selera Zhouming yang cukup bagus mendekorasi dan mengubah istana kegelapan ini yang awalnya suram nan mengerikan menjadi tempat yang mewah dan mengesankan.
"Akanku berikan dia hadiah nanti." Ia tidak cukup pelit memberikan sesuatu pada bawahannya yang telah bekerja sangat memuaskan.
"Menurutmu apakah ini cocok?" Ia meraih pakaian dari lemari dan dalam sekejap mata sudah mengenakannya ke tubuhnya.
"..."
"Tidak tidak ini terlalu gelap." Ia melirik ranjangnya dan mengambil sebuah pakaian. "Kalau ini bagaimana?"
"..."
"Cukup bagus tapi aku tidak suka warnanya." Ia mengambil pakaian lain. "Kalau ini?"
"..."
"Atau yang ini?"
"..."
"Warna ini akan membuatku mempesona."
"..."
"Bagaimana kalau ini?"
"..."
Melihat Guangli hanya diam saja tak mengomentari penampilannya, ia berdecak kesal ketika mengingat sesuatu. "Benar juga, kenapa aku bertanya denganmu, kau tidak memiliki selera pakaian sama sekali." Ia melirik pakaian Guangli yang selalu gelap.
"Kalau begitu saya akan memanggil Meifu." Ia tidak sakit hati karena sudah banyak mengatainya tidak memiliki selera apalagi Meifu yang suka mengenakan pakaian-pakaian cantik.
"Kalau begitu panggil saja dia, kau tidak berguna di sini."
Guangli dengan senang hati keluar dari kamar gila tersebut sebelum dirinya ikut menjadi gila seperti masternya.
(Gue nyesel kasih deskripsi menyeramkan pas awal -_-)
oOo
"Master apakah anda memanggil saya?" Seorang pria cantik(?) memasuki kamar Raja Hantu.
"Waktu yang tepat, bantu aku memilih pakaian." Raja Hantu memandang Meifu seolah memiliki harapan karena ia tahu di antara anak buahnya, dialah yang memiliki selera pakaian terbaik.
Meifu terkekeh mendengar permintaan Masternya dan dengan senang hati ia akan membantunya karena tangannya sudah gatal sejak dulu untuk merubah pakaian Raja Hantu yang monoton hampir mirip Guangli, yang selalu mengenakan pakaian berwarna putih.
"Dengan senang hati," ujarnya sambil tersenyum dan berjalan menuju ranjangnya untuk memilah pakaian yang cocok unntuknya.
"Coba anda kenakan pakaian ini." Ia menyerahkan sebuah pakaian pada Raja Hantu.
"Tidak, ini terlalu polos." Ia menyerahkan pakaian lain.
"Terlalu suram." Ia mengambil pakaian lain di ranjang.
"Tidak tidak jangan ini." Ia mengambil pakaian di dekatnya.
"Ini terlalu cantik hingga melebihiku, aku tidak bisa membiarkannya." Meifu menangis dalam hati meihat pakaian yang ia pilih malah menonjolkan sisi kecantikan Raja Hantu, ia tidak bisa membiarkannya mengalahkan kecantikannya karena sudah cukup Raja Hantu tampan saja. "Tolong ganti yang ini master."
"Ah terlalu formal." Meifu sangat bingung memilihkan pakaian yang cocok untuk Raja Hantu ketika bertemu dengan nona Gia, menurutnya pakaian yang di kenakannya harus menonjolkan sisi wibawanya agar tidak mengetahui sifat sebenarnya.
"Bagaimana kalau ini."
"Sudah kuduga anda tidak bisa lepas dari pakaian putih." Meifu sangat lelah memilihkan pakaian untuknya, awalnya ia berniat menyingkirkan pakaian putih yang selalu di kenakan Raja Hantu dan memintanya mengenakan pakaian berwarna lain. Namun, sayangnya pakaian yang cocok untuk pertemuan Raja Hantu dan nona Gia adalah warna putih walaupun memiliki aksen ungu.
Raja Hantu melirik pakaian yang di kenakannya, ia menganggukan kepala dan sangat senang dengan pakaian yang di pilih Meifu yang mirip dengan seleranya. Dengan pakaian ini dia yakin Gia pasti akan langsung jatuh cinta terhadapnya.
oOo
"Banzhou Raja Hantu itu seperti apa?" Gia berjalan di belakang Banzhou dan sesekali melihat keadaan hutan terlarang yang di rumorkan mengerikan.
"Raja Hantu adalah orang yang baik, jujur, dermawan, dan sangat kuat." Ia berbohong dengan mata terbuka menggambarkan Raja Hantu, ia tidak bisa menjelekannya di hadapan nona Gia yang malah akan berdampak buruk untuknya.
"Benarkah?" Gia sedikit tidak yakin mendengar jawaban Banzhou, sangat bertolak belakang ketika ia menghadapinya.
"Tentu saja."
"Hei aku dengar hutan ini sering membuat orang menghilang dan tidak kembali ya." Gia telah mendengar rumor buruk hutan ini yang sering menelan korban.
Banzhou menghentikan langkahnya dan terdiam, ia mengingat kehidupannya sebelum memasuki hutan ini dan menjadi bawahan Raja Hantu. Ia hanyalah anak dari keluarga miskin, ayahnya bekerja sebagai petani dan terkadang memburu hewan sedangkan ibunya bekerja di kebun untuk merawat tanaman mereka, ia adalah anak ketiga dari empat saudara dan ia memiliki hidup seperti anak-anak biasa sebelum tes kekuatan berlangsung.
Di desanya anak berumur 5 tahun wajib mengikuti tes kekuatan agar mengetahui apakah mereka bisa berkultivasi atau tidak dan mengetahui elemen yang mereka miliki. Suatu hari ia mengikuti tes tersebut bersama ibunya dan kakak keduanya karena ayahnya tengah bertani di sawah dan kakak pertamanya tengah menjaga adik kecilnya.
Dengan bimbingan kepala desa ia meletakan tangannya pada batu Fujin yang biasanya di gunakan untuk mengetes kekuatan dan elemen, jika berwarna merah berarti api, biru berarti air, hijau berarti angin, kuning berarti petir, coklat berarti tanah, dan putih berarti salju. Semakin bercahaya batu Fujin maka kekuatan yang di miliki semakin besar dan tak jarang pula ada anak yang memiliki elemen ganda.
Sedangkan dirinya tidak dapat membuat batu Fujin merespon yang artinya ia tidak memiliki kekuatan dan tidak bisa berlatih. Oleh karena itu, orang tuanya menjualnya pada pedagang budak karena mereka tidak ingin memiliki anak tidak berguna sebab kakak-kakaknya memiliki kekuatan walaupun tidak besar. Untungnya ia bisa melarikan diri dari pedagang budak dan tanpa sadar memasuki hutan terlarang.
Ia terjebak dalam hutan selama beberapa hari dan mengandalkan buah-buah yang ia ketahui dapat di makan untuk bertahan hidup, namun suatu hari ia tidak sengaja memakan buah beracun dan membuatnya sulit bernafas hingga rasanya ingin mati. Tetapi muncul seseorang yang menolongnya dan itu adalah Raja Hantu, walaupun ia terkadang gila dan tidak bisa ia pahami tetapi ia memiliki hati yang baik.
"Kenapa berhenti?" Gia menaikan salah satu alisnya karena heran Banzhou berhenti, apakah mereka sudah sampai?
Banzhou tersadar dari lamunannya setelah mendengar pertanyaan nona Gia. "Tidak apa-apa." Kemudian ia melanjutkan perjalanan.
Gia mengendikan bahunya karena sadar bahwa Banzhou berbohong padanya, ia mengabaikannya karena itu bukan urusannya.
"Kita sudah sampai." Banzhou mengeluarkan tokennya dan meletakan pada pohon hingga membuat pohon tersebut terbelah menjadi dua dan munculah sebuah portal.
Gia menatap portal yang muncul di depannya, sudah jarang di dunia ini memiliki master array yang dapat membuat sebuah portal karena untuk menjadi master array dibutuhkan bakat khusus sejak lahir dan tidak semua orang memilikinya.
Gia mengikuti Banzhou yang telah memasuki portal tersebut, dan terlihalah sebuah istana gelap yang menyapa pandangannya.
"Selamat datang di istana kegelapan."
-TBC-