Sama seperti saat Su Xiqin melihat ke arah orang berpakaian hijau tersebut, orang itu juga melihat balik ke arah Su Xiqin sehingga mata mereka saling bertemu. Orang itu membeku dan terkejut sesaat, kemudian menarik pandangannya dan melangkah pergi dengan langkah cepat. Sosok yang berpakaian hijau itu adalah Su Xixue dan orang yang di sebelah Su Xixue adalah Bai Yanshen. Bai Yanshen juga berjalan dengan cepat tanpa melihat ke arah Su Xiqin. Setelah kedua orang itu benar-benar pergi, barulah Su Xiqin mengalihkan pandangannya.
Setelah selesai makan, Su Xiqin dan Zhang Jing langsung kembali ke kantor dan tidak kembali lagi ke Zhuo Sheng. Su Xiqin sempat curiga dengan apa yang terjadi di antara Bai Yanshen dan Su Xixue. Namun, setelah ia teringat bagaimana ia dulu memutuskan hubungan dengan Su Xixue, itu bukan lagi hal yang misterius. Sedangkan mengenai Bai Yanshen, ia mengira bahwa seharusnya Bai Yanshen telah jatuh cinta kepada Su Xixue. Lagi pula, jika Su Xixue bisa tidur dengan seseorang seperti Mo Xigu, bagaimana bisa ia melewatkan orang seperti Bai Yanshen? batinnya.
———
Waktu begitu cepat berjalan hingga tanpa terasa hari Minggu telah tiba. Su Xiqin tidak mau pergi ke keluarga Mo bersama Mo Xigu. Ia pergi membeli buah-buahan dulu, lalu pergi ke rumah keluarga Mo bersama Mo Jintian. Begitu Su Xiqin sampai, pelayan langsung membantu membawakan buah yang ia bawa.
"Tuan Muda sudah datang. Wah… Tuan Muda semakin tinggi!" kata pelayan sambil tersenyum.
"Apakah Ayah ada di rumah?" tanya Su Xiqin sambil tersenyum ke arah pelayan, lalu berjalan dengan Mo Jintian.
"Setelah tahu Tuan Muda akan kemari, Tuan tidak pergi kemana-mana. Tuan terus berada di rumah dan sibuk memasak," jawab pelayan, masih sambil tersenyum.
Mendengar kata makanan, Mo Jintian langsung melebarkan matanya. Matanya berbinar-binar dan bersinar seperti bintang. "Kakek memasak makanan apa?"
Pelayan itu tersenyum, lalu menjawab, "Kue buah kesukaan Tuan Muda. Ada juga rasa stroberi."
"Apa Paman Chen yang memasaknya?" tanya Mo Jintian sambil mengangkat alis.
"Benar."
Mata Mo Jintian langsung menunjukkan tatapan berkilauan penuh suka cita. Entah apa yang saat ini ia bayangkan. Baru saja mereka berdua masuk ke ruangan, terdengar suara seorang pria yang memanggil, "Xiqin, Jintian, kalian sudah datang."
"Kakeeekkk..." Mo Jintian berteriak kencang pada Mo Jinghan.
"Ayo, kemarilah..." kata Mo Jinghan sambil melambai kepada pria kecil itu dengan wajah bahagia.
Su Xiqin menatap Mo Jinghan dan menutup matanya sejenak. "Ayah..."
Mo Jinghan yang sedang bermain dengan cucunya pun mendongak ke arah Su Xiqin dan berkata, "Xiqin, duduklah."
"Xiqin, kamu sudah kemari," kata seorang wanita dengan suara lembut dari arah belakang. Su Xiqin menolehkan kepalanya, lalu mengangguk ke arahnya.
Wanita itu adalah Fu Minghe, wanita yang dinikahi Mo Jinghan. Ia mengenakan rok ketat sutera berwarna ungu yang membuat kulit putihnya semakin jelas. Rambutnya dikuncir dengan asal dan beberapa helai jatuh di dekat telinga. Ia sungguh menawan dan begitu elegan. Ia tidak terlihat seperti wanita berusia hampir lima puluh tahun, tapi seperti baru berumur empat puluh tahun.
Mo Jinghan tidak pernah kesepian. Bahkan, ketika ibu Mo Xigu dulu pergi meninggalkannya, ia segera menemukan wanita cantik untuk menggantikannya.
"Ayo duduk," kata Fu Minghe sambil berjalan mendekat dan tersenyum seperti biasa. Su Xiqin memandang Fu Minghe sejenak, lalu duduk di sofa. Kemudian, Fu Minghe beralih menatap Mo Jintian sambil tersenyum dan berkata, "Mo Jintian sudah tumbuh lebih besar."
"Neneekkk..." teriak Mo Jintian ketika melihat neneknya.
Setelah itu, Mo Jinghan memberesi mainan Mo Jintian dan meletakkan tas susu Mo Jintian di atas meja. Lalu, ia memanggil Su Xiqin dan berkata, "Su Xiqin, masuklah ke ruang kerja."