" aku ke toilet sebentar "
Bersamaan dengan suara handle pintu yang terbuka, Bumi keluar ruangan menuju kamar mandi
Edo dan sohibnya memasuki pintu di susul Langit yang paling akhir, saat di palang pintu bahu Bumi dan Langit bersenggolan sekali lagi
" aduh ! "
" ah ! "
Langit menahan langkahnya mendengar suara Bumi yang meringis, ternyata rambut lurus Bumi menyangkut di aksen ring jaket Langit yang d gantungnya di bahu
Langit segera mengangkat jaketnya mendekatkan ke kepala Bumi, dia tak mau gadis itu semakin meringis sakit
" jangan bergerak, aku akan melepasnya " bisik Langit berusaha menenangkan dan membuat Bumi seketika mematung, jika dia terus bergerak tarikan rambutnya semakin terasa
" Edooo… "
" haii.. Bungaaa.. "
Lima orang lainnya sibuk dengan obrolan mereka di sofa sana, mereka saling menepukkan tangan dan saling sapa ramah, tak peduli dengan Langit dan Bumi yang tertinggal di depan pintu masuk
Langit mencoba mengulir rambut Bumi, dengan berlahan dia mencoba melepas helai demi helai, Bumi menundukkan kepalanya hingga rambut depan menutupi hampir semua wajahnya
" maaf ya, aku tak sengaja " ujar Langit mencoba menyairkan suasana kagok mereka, Bumi tak menjawab, dia hanya ingin rambutnya segera terlepas
" sudah "
Mendengar kata singkat dari suara berat di depannya Bumi segera menarik kepala dia menyeka rambut yang menutupi wajahnya, gadis itu merubah raut meringisnya dengan senyuman kecil, dia merasa lega akhirnya kepalanya bisa terbebas, mengingat dia sedang kebelet dengan buru buru Bumi meninggalkan posisinya, dia berlari kecil

Langit masih saja tertegun, dia tak menyangka jika di balik rambut hitam itu adalah wajah yang tadi dia lihat, mereka bisa bertemu lagi di sini, suatu hal yang kebetulan sendiri
Langit tersenyum lucu sendiri, dia tak mengerti kenapa, tapi rasanya hatinya seketika merasa senang
" Langiit.. sini ! " panggil Edo menyadarkan Langit
Dengan segera Langit menoleh, dia membuat senyum ramah dan menghampiri meja yang sudah makin ruh dengan tawa canda mereka
" kenalin nih namanya Langit ! " seru Edo disautin wajah melongo gadis gadis yang lainnya
" Langit ? wah cocok sama Bumi ! " seru Miya di balas anggukan Bunga, mereka tertawa kompak tak peduli dengan raut heran Langit dan teman lelakinya, mereka pikir gadis gadis ini sedang meledek pemuda tampan itu, maklum saja ada banyak cara supaya bisa lebih dekat kan
" Langit namaku Bunga, ini temanku Miya dan Arina, sebenarnya masih ada satu lagi, tapi dia sedang ke toilet " terang Bunga, satu persatu saling mengulurkan tangan bergantian
Langit menerima uluran tangan gadis gadis cantik di depannya, mereka memiliki seragam yang berbeda, tapi jelas dari semuanya bahwa pakaian mereka, cara mereka berbicara dan perlengkapan sekolah mereka bukanlah gadis biasa dari keluarga yang juga biasa, berbeda dengan gadis tadi
Langit tersenyum tipis lalu mendaratkan diri bergabung di sebelah Edo
Miya mengeluarkan kue dari kotaknya dan memasang kan lilin di atas nya
Bunga meraih remote dan menyalakan lagu pavorite nya di screen besar di depan sana
" kita tunggu satu orang lagi ya " pinta Miya pelan melihat mata mata yang sudah tak sabar dengan pesta kecil antara mereka
Tak lama kemudian Bumi masuk dengan merapihkan pakaiannya, dia mengukir senyum tipis menyapa sekeliling, tapi senyuman itu cukup mencuri perhatian, pemuda yang duduk di kii atau kanan Edo perlahan berdiri terkesima, membuat Edo mengeryit dan menepuk pelan kaki mereka, meminta keduanya kembali duduk, mereka terlihat malu karena tingkah spontan itu meriuhkan suasana
" ciiiieeeee.. " kompak yang lainnya membuat Langit dan pemuda satu lagi terpesona malu
" ayo tiup lilinnya "
Suasana semakin riuh dan ramai, acara kecil itu meninggalkan banyak cerita dan kesan, pertemuan singkat mereka akan membawa pertemuan selanjutnya
" Langit tampan sekali yaa.. " ujar Miya malu malu membuat Bunga menggodanya terus menerus
" tapi sepertinya dia tertarik dengan Bumi, Langit dan Bumi, mereka cocok ya ! " seru Miya dengan wajah sedihnya, Bumi mengeryitkan dahi tak percaya dengan kalimat temannya, gadis itu segera menyanggah
" haha.. aku dan dia.. itu tidak mungkin lah, kau dan dia itu baru cocok ! " balas Bumi dengan wajah datarnya, dia hanya mencoba menjelaskan sesuai dengan apa yang bisa di cerna otaknya, dia dan pria tampan dan modis tadi ? itu mustahil
" bagaimana dengan Max ? " tanya Bunga
" kau suka dengan si bule itu ? " mata Miya membulat, tapi Bunga menggeleng cepat
" bukan bukan, lalu mau dikemanakan Arnold " Bunga terkekeh sendiri, dia sudah punya kekasih walau bukan sesama pelajar tapi hubungan mereka sudah cukup lama terjalin
" maksud ku Bumi dan Max ? " selidik wajah Bunga pada wajah datar Bumi, Miya ikut menatap Bumi dengan senyuman penuh arti, tapi tatapan mereka hanya mendapat tolehan sekilas Bumi tak begitu ambil peduli, dia memang tidak pernah memikirkan apapun itu selain sekolah dan keluarganya
" aku harus pulang " ucap Bumi di balas anggukan kecil Miya tapi tidak dengan bunga
" gadis imit nanti dulu dong ! " pinta Bunga dengan wajah nya dibuat memelas
" dia tidak bisa lama lama sayang, dia ada urusan penting ! " bela Miya membebaskan Bumi, gadis itu segera mendorong tubuh temannya untuk meninggalkan meja mereka, kebetulan anak lelaki sedang menikmati asap pave mereka di luar sana, jadi ini saat tepat untuk Bumi bisa pulang terlebih dahulu
Bumi meninggalkan ruangan itu setelah menghabiskan santapannya, dia berpamitan dan membuka pintu, mendapati Edo dan Max di depan sana dengan ragu Bumi melempar senyum kecil, Max segera berlari menghampiri Bumi
" aku duluan yaa " ujar Bumi pelan pada Max
" yaaa jangan dong, baru saja Langit menambah menu, tuh dia masih di depan " balas Max sedikit memaksakan, jarinya menunjuk Langit di meja pelayan
" maaf yaa tapi aku tak bisa lama lama " Bumi tetap pada pendiriannya, dia meninggalkan Max yang memasang wajah kecewa
Langit baru saja menyelesaikan pesanannya, dia membalikkan badan dan mendapati Bumi yang melangkah santai, tangan gadis itu memegang kedua tali backpack nya, dia menyadari tatapan Langit dan melempar senyum ragu
" a, aku duluan ya " sapa Bumi kali ini entah bagaimana dia sedikit tergagap, tidak seperti pada Max sebelumnya, gadis itu bahkan tak menyukai tatapan lama Langit, sorot mata pemuda itu membuat jiwa tenangnya tergoncang, seperti air danau yang ditepuk di atas permukaan, mau tak mau akan terguncang dengan sendirinya
" baiklah, hati hati di jalan " ucap Langit sedikit membungkuk, dia mendekatkan kepalanya ke depan wajah Bumi, sontak gadis itu menarik mundur kepalanya, itu terlalu dekat, dan senyuman itu terlalu mengandung banyak gula
" ini, buat mu ! " tangan Langit menyodorkan sekotak popcorn caramel dan minuman hangat
" ti, tidak usah, aku sudah kenyang " tolak Bumi halus
Tapi tangan Langit meraih telapak Bumi, dia memaksa gadis itu menggenggam pemberiannya di kedua tangan nya yang hanya sibuk menggenggam tali tas
" anggap saja hadiah dari ku " bisik Langit membuat wajah datar Bumi melongo, suara sayup di telinga nya semakib membuat gelombang percikan tenang di dalam hatinya semakin terganggu, jika tadi terguncang karena tepukan kali ini sesuatu yang berat seperti terlempar pada jiwa nya yang tenang, perasaan nya tiba tiba terganggu dengan tingkah asing Langit
" byee.. " lanjut Langit di kuping Bumi sambil melangkah menjauh
Bumi meneruskan langkah tertundanya tanpa menoleh, dia bahkan tak bisa mengangkat wajahnya yang tiba tiba terasa menghangat
Langit menoleh ke arah Bumi yang sudah terhalang oleh pintu, pemuda itu menepuk dahinya
" aku lupa tanya namanya ! "