Baixar aplicativo

Capítulo 15: Clueless

...

Charles melangkah keluar dari kamar Fleur setelah dia mengantar wanita itu,dengan wajah lelah, salah seorang pengawal mengikuti langkahnya dan bersama-sama mereka melewati lorong istana yang terang benderang.

"Apa Yang Mulia Raja baik-baik saja?" tanya Charles.

"Ya, sir. Dia berada di kediaman Ratu," pengawal yang bernama Anthony itu menjawab tenang.

"Ini adalah penyerangan tidak terduga, kita kecolongan."

"Anda benar," Anthony menyetujui. "Para calon pengawal baru bahkan dipaksa bagun untuk berjaga juga malam ini."

Charles menaikkan sebeblah alis, "Pengawal baru yang datang minggu ini?" Anthony mengangguk. "Ya, jiwa-jiwa muda yang akhirnya akan datang untuk mengabdi dan siapa tahu menggantikanku."

"Memangnya anda berniat pensiun sir?"

"Tidak," Charles tertawa. "Aku masih setiap pada istana ini dan Ra-"

Ucapan Ajudan itu terhenti, saat di ujung lorong yang terhubung ke taman belakang muncul Louis dan Gwen. Berjalan terburu dengan sebuah perkelahian kecil. Dua orang itu ribut, namun langsung diam dan berdiri kaku saat melihat Charles dan Anthony di depan mereka.

"Selamat malam Your Grace," nada suara Charles tajam. "Apa yang anda lakukan tengah malam begini di lorong? Sendirian? Tanpa pengawal?"

Gwen terlihat salah tingkah, namun dia dengan cepat berhasil menguasai diri dan berdeham; tampak tenang, "Kami mencari udara segar."

"Begitu? Lantas mengapa His Grace," Charles memicing pada badan Louis yang basah dan tetes air yang jatuh dari ujung coatnya. "Basah kuyup?"

"Aku terjatuh ke kolam belakang," jawab Louis cepat.

"Maaf?"

"Aku terjatuh ke kolam belakang," ekspresi pria itu tenang. "Aku dan Gwen sedang mencari udara segar saat mendengar Ratu diserang, jadi aku panik saat berlari dan tanpa sengaja aku tercebur ke kolam."

"Ah," nada suara Charles tak terbaca. "Kalau begitu anda harus segera menuju kediaman anda agar tidak sakit bukan?"

Gwen tersenyum tipis, "Ya. Kami sudah akan pergi jika saja anda tidak menghalangi kami."

Charles membungkuk dalam, "Maafkan saya jika begitu Your Grace. Saya hanya ingin anda berhati-hati karena serangan kali ini sangat tidak terduga, dan penjahatnya bisa menyerang siapa saja, lebih lagi saya menduga jika ternyata orang dalam adalah pelakunya," Charles tersenyum samar saat melihat Gwen menegang dan Louis menatapnya tajam. "Ya. Kan? Kita semua harus berhati-hati karena kita tidak tahu siapa terget selanjutnya. Bisa saja Yang Mulia Raja? Itu berbahaya bukan? Kita harus waspada sekali. Karena terkadang dinding istana ini bisa menghancurkan kita, dengan mudah."

Louis tersenyum tipis dan melirik Charles. "Tentu saja pengalaman membuatmu lebih paham hal ini bukan Charles. Aku sangat menghargai kepedulianmu itu."

Gwen tersenyum mengiyakan, dia meraih lengan suaminya dan menatap Charles. "Aku dan Louis akan kembali ke kediaman kami. Tolong anda juga berhati-hati, dan juga selamat malam."

Charles dan Anthonya menunduk saat Duke dan Ducces Elrt itu melangkah pergi. Mereka berdiri tegak saat keduanya sudah melewati lorong, dan dengan senyum misterius Charles menatap belokan di mana mereka menghilang.

"Mengapa anda menduga pelakunya adalah orang dalam,sir?" tanya Anthony kemudian.

"Karena," Charles tersenyum sambil membenarkan letak kacamata tuanya yang berbingkai emas. "Pelakunya memang ada di sini, kita hanya perlu melihat sedikit keganjilannya."

...

Reed terbangun pukul empat pagi karena merasa sangat haus dan lapar, Demi Tuhan, dia hanya makan sandwich saat sarapan-karena Richard menyeretnya ke instal dalam agenda perkenalan konyol-dan dia tidak sempat makan siang serta makan malam. Matanya menyipit saat menyadari keadaan kamar yang terang benderang, dan terlonjak saat melihat bayangan hitam yang terbentuk di luar jendela; dia jelas masih sangat ketakutan.

Wanita nomor satu di Chevailer itu kemudian menoleh ke samping, dan tersenyum tanpa sadar saat menemukan Richard yang terlelap di sisinya; memeluknya erat.

Pria itu tertidur menghadap menghadap arahnya, dan sekali lagi dia bertelanjang dada. Dengan perlahan Redd bergerak untuk beralih posisi menghadap Richard, dia meringis saat merasakah lehernya tertarik dan langsung menutup mata ngeri saat tangannya yang menyentuh leher memastikan meraba tekstur kasar perban dan perekat. Redd membuka mata saat merasakan lengan yang melingkari pinggangnya mengerat, dia mendongak dan melihat Richard masih tertidur lelap.

Wajahnya pucat dan ada kerutan yang terlihat menganggu keningnya. Jari Redd kemudian naik, menyentuh keningnya dan mengelus rambutnya perlahan; mencoba membuat Richard bisa tidur lebih tenang. Redd tersenyum lembut, dia merasa begitu nyaman saat dia tahu ada Richard di dekatnya; dan sungguh dia tidak tahu mengapa.

Pernikahan mereka bahkan baru tiga hari sekarang, tetapi dia seolah sudah melewati banyak hal.

Apa barusan semalam mereka mengatakan cinta?

Redd terkikik pelan, astaga. Takdir memainkan kisahnya dengan begitu apik sekali. Takdir bisa membuat seseorang yang asing dan bahkan tidak pernah dia bayangkan menjadi suaminya, menjadi hidupnya dan cintanya. Itulah mengapa orang berkata, jangan berusaha terlalu berat. Jika dia takdirmu dia akan datang padamu. Bagaimanapun caranya.

Wanita itu menghela napas, dia mencengkeram lengan Richard kuat saat bayangan kejadian beberapa jam lalu lewat lagi. dia takut, iya, sangat takut. dia hanya tidak menyangka ada seseorang yang akan membunuhnya, lebih lagi juga akan membunuh Richard. Itu terlalu jahat dan Redd tidak pernah bisa menyangka hal itu.

"Ada apa?" Redd mendongak saat suara serak dalam khas orang baru bangun tidur menyapa telinganya, Richard membuka matanya sayu dan memandangnya. "Mengapa kau terbangun? Apa kau ketakutan?"

Redd menggeleng, "Aku," suaranya parau. "Aku tidak bisa tidur lagi."

Pria itu tersenyum lembut dan memeluknya lebih erat, "Mengapa?"

"Tidak tahu."

"Tidak apa-apa, semuanya aman sekarang."

"Richard," Redd berbisik. "Pria itu bilang dia akan membunuhmu."

"Pria?"

"Ya. Penjahat itu pria."

Richard menunduk, kali ini matanya terbuka lebar dan dia terlihat sadar sepenuhnya. Keningnya berkerut dan pandanganya bertanya, "Si berengsek itu pria?"

"Ya."

"Sudah aku duga," Richard berucap dingin. "Apa yang dia katakan padamu?"

"Dia bilang dia harus membunuhku untuk membunuhmu."

"Sialan itu bilang begitu?" Richard menaikkan alis dan Redd mengangguk, "Oh. Maka akan aku pastikan dia mati sebelum dia menyentuhmu lagi."

Redd menunduk, "Aku takut sekali. Aku pikir aku akan mati waktu itu."

"Maafkan aku," Richard mengecup kepalanya. "Harusnya aku tahu, aku begitu lengah hingga tidak sadar bahwa akan ada orang yang mengincarmu dan mencoba mencelakaimu. Ini salahku, maafkan aku."

"Alexander, sudah aku bilang aku akan menyeretmu keluar jika kau berkata maaf lagi."

Richard tertawa lembut, "Baiklah."

"Richard," Redd berbisik saat hening panjang yang nyaman tercipta di antara mereka.

"Ya?"

"Aku lapar, ayo kita ke dapur istana?"

Perlu waktu beberapa saat bagi Richard untuk merespon, sebelum dia tertawa dan menepuk kening Redd pelan. "Aku pikir ada apa, ternyata kau minta makan."

Redd meringis, "Maaf. Aku lapar."

"Baiklah, baik." Richard berucap, sebelum bangkit dan turun dari ranjang.

"Mengapa kau selalu melepas atasanmu saat tidur?" tanya Redd saat Richard memakai kemejanya yang baru dia ambil dari lantai dan mengancingkan kancinya.

Richard berhenti, menaikkan alis. "Karena jika tiba-tiba kau ingin melakukan sesuatu yang lain. Aku tidak perlu membuka kemejaku dan tinggal melakukannya. Mudah kan?"

Ratu Chevailer itu mendelik, "Dasar Mesum."

Redd melengos saat Richard tertawa dan menatapnya jahil. dia masih cemberut saat merasakan tangan Raja Muda itu menelusup ke lutut dan punggungnya, lalu dengan cepat menariknya dan mengendongnya.

"Aku tidak menyuruhmu untuk mengendongku, mengapa kau cari kesempatan?"

"Aku tidak melihat kau berusaha menolaknya, kau baru sembuh mengapa kau cari gara-gara?"

Redd menggerutu, "Aku menolaknya cuma aku tidak kuat."

"Wah," Richard terkekeh. "Aku amat senang sekali mendengarnya."

Ratu itu mendengus tidak percaya sambil melirik Richard tajam, tetapi dia langsung memekik tertawa saat Raja itu mengecupi wajahnya. "Hentikan, astaga!!"

Richard tertawa dan mengangkat wajah. dia kemudian mengetuk pintu kamar dengan kakinya dan tak lama pintu itu dibuka oleh para penjaga.

"Yang Mulia?" penjaga itu bertanya heran saat melihat Rajanya keluar dengan Redd digendongannya.

"Kami mau pergi ke dapur istana," ucap Richard.

"Dapur? Tanpa pengawal?"

"Tidak," Richard berucap tegas. "Bawa dua anak buahmu, ikuti aku dibelakang."

Pengawal tadi membungkuk patuh dan dia mengikuti langkah lebar Richard menuju dapur setelah dua penjaga lain bergabung bersamanya.

"Apa tidak apa mereka berdua mengikuti kita?" bisik Redd pelan. "Mereka pasti belum tidur sama sekali."

"Itu namanya pengabdian nona muda."

Redd mencebik, dia lalu memutuskan untuk diam saat mereka memasuki dapur dan Ratu itu memerah saat mendengar suara ribut yang berasal dari para pelayan.

Richard tidak menurunkannya sama sekali dan Redd bisa melihat beberapa pelayan yang sepertinya tengah memasak sarapan berdiri berjajar di depan Richard.

"Aku ingin kalian mengirimkan makanan padaku ke halaman belakang, Ratu kita baru diserang dan aku ingin membawa dia menenangkan diri sejenak. Bawa secepatnya, dan juga selamat pagi untuk kalian semua."

Richard melangkah keluar dengan cepat setelahnya, mengabaikan saat para pelayan membungkuk dan membalas salam selamat paginya, dia kemudian membawa langkahnya menuju ke lorong istana yang terbuat dari batu cokelat dan memiliki jendela bulat tanpa kaca di sisinya, yang mana langsung menunjukkan taman istana yang terawat dan dipenuhi bunga warna-warni.

"Tempat apa itu?" tanya Redd yang mengintip dibalik lengan Richard yang mengendongnya.

"Taman. Taman istana."

"Taman?" Redd bertanya heran. "Lalu taman lavender yang dulu itu?"

"Itu taman. tetapi dia masuk bagian sebagai hutan istana. Letaknya ada diluar istana, sementara taman ini ada di dalam."

Redd mangut-mangut, dia lalu merasakan pelukan Richard yang melonggar dan perlahan kakinga mulai menyentuh rerumputan taman yang tebal. Agak limbung dia berdiri dan mencengkeram lengan Richard, mencari pegangan.

"Astaga. Aku tidak tahu jika aku akan menderita pusing separah ini."

Richard terkekeh, dia kemudian menarik wanita itu dan duduk di rumput yang agak basah karena embun. Perlahan dia membawa Redd duduk di pangkuannya dan memeluk wanita itu. Mengajaknya untuk melihat lagit pagi bersama. Langitnya jelas masih agak gelap, matahari belum muncul tetapi ada semburat ungun dan merah yang menghiasi langit.

"Mana makananku Richard? Aku mengajakmu keluar untuk makan. Bukan duduk di sini seperti orang gila."

"Sabar," bisik Richard.

"Ya Tuhan, tetapi aku kelaparan sekali."

"Untuk orang yang baru diserang dan nyaris mati, kau tidak menunjukan tanda trauma sama sekali. Kau bahkan sudah bisa berkelahi dan baik-baik saja, kau menakutkan. Kau sembuh seperti anjing kecil."

"Sialan, jangan samakan aku dengan anjing."

Richard tertawa, "Lihat kau sangat mirip anjing kecil sekarang."

"Diam!"

Raja Muda itu tertawa dan mengecup kepala Redd, memeluknya lagi. "Kau tidak tahu betapa takutnya aku melihatmu terluka, aku takut sekali."

"Aku ini kuat, aku tidak akan mati hanya karena pisau jelek itu "

"Ya. tetapi pisau jelek itu nyaris membunuhmu."

Redd meringis dan terkekeh. Selanjutnya hanya hening lagi, dan tidak ada dari dua orang itu yang berusaha untuk memecah hening. "Richard, soal yang kemarin." Redd diam. "Kau bilang kau mencintaiku, itu sungguhan?"

Richard menunduk mendengar kalimat Redd, dia menempelkan bibir di telinga Redd, "Mengapa kau bertannya begitu?"

"Ya. Pernikahan kita baru tiga hari, tetapi kita sudah ... ya kau tahu."

Richard tertawa, "Jadi kau tidak percaya padaku?"

"Aku hanya bertanya,sir."

Redd tersenyum kecil, dengan lembut dia membelai rambut Redd dan berbisik.

"Apa kurang jelas bagimu untuk melihat? Apa kau bahkan tidak bisa menyadarinya? Harusnya tanpa berkata kau tahu itu, karena aku rasa aku sudah menunjukannya."

"Kau ini bicara apa?"

"Aku bicara hal yang harusnya bisa kau pahami dengan mudah."

"Huh?"

"Tidak," Richard tertawa. "Jangan bicarakan hal yang berat."

"Apa? Tidak bus-"

Kalimat Redd terpotong saat seorang penjaga berlari panik ke arahnya dan berdiri di hadapan mereka. Penjaga itu membungkuk dan Redd menyingkir dari pangkuan Richard dengan cepat.

"Yang Mulia." Penjaga itu menarik napas. "Pelaku penyerangan sudah ditangkap, dan sebagai tambahan dia sudah meninggal."


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C15
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login