BAB 1
Percakapanku dengan Biung, tentunya telah menjadi memori tersendiri dalam setiap tarikan napasku. Entah aku yang terlalu berpikir jauh, atau aku tipikal pemuda yang selalu menjunjung tinggi apa pun yang telah Biung lakukan kepadaku. Sebab bagiku Biung adalah segalanya. Entah jika semua orang akan menganggapku sebagai anak Biung, atau anak manja yang selalu bersembunyi di ketiak orangtuanya. Tapi, apa pun ucapan itu aku sama sekali ndhak peduli. Sebab bagiku, ndhak ada pahlawan nyata dalam hidupku kecuali Biung.
Biung, yang telah melahirkanku pada titik terendahnya sebagai manusia yang pikirannya sedang kacau saat itu, dan Biung adalah perempuan yang paling berjasa kepada hidupku lebih dari siapa pun.