Mu Qianxun langsung menangis.
"Kakak kelima, kamu akan kehilangan adik kecilmu."
Hati nurani Gu Mobei sama sekali tidak tergugah.
"Lebih baik kehilanganmu daripada dihajar oleh bos."
Kali ini, Mu Qianxun benar-benar putus asa.
"Aku merasa benar-benar terbuang di Biduk. Kalian semua menyakiti hatiku yang muda dan rapuh ini."
Begitu mendengarnya, Gu Mobei tidak bisa menahan tawa.
"Pikiranmu memang sangat rapuh. Kusarankan supaya kamu menjaganya agar tetap kuat. Jika tidak, ketika bos datang, kamu tidak akan memiliki cukup kekuatan untuk menghadapinya."
Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Mu Qianxun.
Rupanya hati Gu Mobei benar-benar sekeras batu.
Sungguh, Mu Qianxun tidak berani membayangkan.
Ketika bos tiba, hujan darah macam apa yang akan dihadapinya.
Memikirkannya saja sudah membuat Mu Qianxun takut.