Baixar aplicativo
44.13% My version, Lucia [Hunter x Hunter] / Chapter 64: 64 - Killua x And x His Target

Capítulo 64: 64 - Killua x And x His Target

Killua : Luci?

Lucia tersenyum lebar lalu dengan sengaja berteriak keras memanggil Killua yang sedang berjalan santai mendekatinya.

Lucia : Oniichan!! Kebetulan sekali ya! Hehehe... (melambai-lambaikan tangan)

Killua sudah berada tepat dihadapan Lucia. Lucia melihat Illumi sudah tidak ada di hadapannya. Tepatnya Illumi bersembunyi di balik pohon besar. Lucia tersenyum licik.

Lalu di dalam hatinya dia berkata, "Pulau Zebil ini sangatlah besar dan aku tidak tahu pasti Killua berada di mana. Meskipun sangat risk-an, tapi rencana dan ideku untuk menemui Killua adalah pilihan yang sangat tepat".

Lucia yang tahu hal seperti ini pasti akan berhasil membuatnya terbebas dari Illumi, karena dilihat dari perjanjian di antara mereka** dan juga Illumi tidak ingin identitasnya yang diketahui oleh Killua pun terpaksa mundur.

(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 12)

Killua : Kau kok bisa berada disini, Luci? (menyeringai)

Lucia yang sibuk dengan pikirannya pun mengabaikan pertanyaan Killua. Dia malah memberikan sebuah pertanyaan ke Killua.

Lucia : (Aku jamin sekarang Illumi pasti sangat kesal dan kecewa. Tapi aku tidak perduli sih) Ah, oniichan sepertinya kau dibuntuti oleh seseorang ya?

Killua : Begitulah...

Lucia : Kenapa tidak langsung mendatanginya dan bunuh saja?

Killua : Kau benar tapi aku sengaja tidak melakukan itu. Aku TERUS menunggu karena ku pikir dia akan datang menyerang dan membuatku sedikit senang. Untunglah aku bertemu denganmu, Luci. Aku sudah sangat bosan sekali. Ah! Karena kau sudah ada disini, bagaimana kalau kita sedikit bermain? (tersenyum menyeramkan)

Killua sengaja mengatakannya dengan suara lantang. Dia juga menekankan kata "terus".

Lucia : Setuju! (ikut tersenyum menyeramkan)

Killua : Hey, kau membuang-buang waktumu saja. Aku tahu kau menunggu kesempatan untuk menyerangku tapi maaf aku tidak akan memberikanmu kesempatan untuk itu. Tapi jika kau menunjukkan diri, aku akan membiarkanmu menyerang terlebih dahulu tanpa perlawanan. Bagaimana? Tawaran yang cukup baik, bukan? (tersenyum menyeramkan)

Imori tersentak kaget. Lucia tersenyum mendengar perkatakan Killua yang bisa memancingnya keluar. Tapi ternyata dia cukup keras kepala untuk terus bertahan di tempat persembunyiannya yang sudah jelas ketahuan.

Imori : (Pfft. Fufufu... Kau takut ya?! Ayo tunjukkan lagi rasa ketakutanmu itu! Karena kau ketakutan, sehingga kau memanggil temanmu itu? Aku adalah orang yang sangat berhati-hati. Meskipun sekarang ada temanmu itu, itu tidak akan berpengaruh! Aku akan terus pergi mengikutimu walaupun dengan waktu yang lama. Lagipula bagaimana pun juga kau dan temanmu itu tetaplah bocah, kalian pasti akan memilih untuk tertidur pada saat kalian kehabisan tenaga. Dan pada saat itu juga aku akan menyerang kalian! Fufufu... Aku ini orang yang sangat berhati-hati lho.)

Meskipun Imori mengulangi perkataannya, "Aku ini orang yang sangat berhati-hati". Akan tetapi dia merasa tidak nyaman dan gelisah. Imori bercucuran keringat. Dia merasa ketegangan yang luar biasa.

Killua : Haaaah... (menghembuskan nafas panjang) Ayolah... Baiklah kalau kau tidak mau keluar dari sana, maka dari itu aku yang akan ke sana ya!

Imori : Eh?! (tersentak kaget)

Killua menitipkan skateboard miliknya ke Lucia. Lalu dia mulai berjalan santai mendekati Imori. Imori yang panik pun merasa lega saat kedua kakaknya, Amori dan Umori muncul dari belakang.

Umori : Apa yang kau lakukan, Imori?

Imori : Umo dan Amo niichan! (merasa senang dan lega)

Umori yang berada di balik pohon melihat ke arah depan. Pandangan matanya dengan pandangan mata Killua pun secara tidak sengaja bertemu. Imori merasakan firasat buruk.

Amori : Imori, apa kau takut dengan tuh bocah? (menyindir)

Imori : Te-tentu saja tidak! (tersenyum kaku)

Umori : DASAR BODOH!!! MELAWAN BOCAH PUN KAU TAK SANGGUP?! (marah dan berteriak)

Dengan cepat Imori mencari-mencari alasan, belum sempat menjelaskan situasi yang sebenarnya. Umori menendang adik bungsunya, Imori dengan sadis keluar dari persembunyian.

Imori : Bu-bukan begitu, kau salah Umo niichan. A-aku hanya merasa kasihan padanya, a-aku tidak ingin menyakiti anak kecil (tergagap)

Umori : JANGAN BANYAK BACOT! SANA MAJU!!!

Imori : Gyaaaaaa!!!

Imori keluar dengan posisi telungkup karena dia ditendang oleh Umori. Wajahnya mendarat ke tanah. Sekarang Imori berada tepat di depan Killua. Imori kaget pun langsung bangkit. Dan sedikit mundur ke belakang untuk menjaga jarak. Dia juga memasangkan kuda-kuda bertarung. Jarak di antara mereka berdua cukup dekat.

Killua hanya diam, dia menatap lawannya dengan malas. Meskipun Imori merasa takut dan tegang, dia berusaha menutupinya dengan tersenyum licik di wajahnya. Akan tetapi, dia terus sibuk dalam pikirannya.

Imori : (Apa dia ingin berkelahi?! Aku tak akan kalah! Bagaimanapun juga dia hanyalah seorang bocah ingusan! Tapi kenapa dia begitu tenang?!) *sedikit gemetaran*

Lucia tertawa saat mendengar semua perkataan Imori yang dia katakan di dalam pikirannya.

Lucia : Meskipun kau mengatakan oniichan itu seorang bocah, terus kenapa kau gemetaran saat mau melawan seorang bocah, hey paman 198? (tersenyum)

Imori : E-eh?! A-apa? (kebingungan dan panik)

Killua : 198? Maji?! (Serius?!) *mata berbinar-binar*

Lucia mengangguk lalu tersenyum.

Killua : Wah, nomornya dekat sekali. Suatu kebetulan yang luar biasa sekali ya. Entah kenapa hari ini banyak sekali kebetulan. Jangan bilang suatu kebetulan juga salah satu dari kedua orang itu ada nomor targetku? (merasa senang)

Amori dan Umori menatap Killua dan Lucia dengan tatapan tajam dan rasa benci.

Lucia : Pfft. Paman, jika tidak ingin terluka sebaiknya menyerah saja dan serahkan nomor ID kalian secara baik-baik (tersenyum)

Killua : Jangan membuang-buang waktu, lebih cepat lebih baik (tersenyum)

Umori : Amo niisan, lihat aura keduanya.

Amori : Yah... Imori, Umori atur formasi. Waktunya untuk serius. Mereka berdua bukanlah bocah biasa.

Imori : Eh?

Amori : Dengar, kalian berdua cukup fokus dan menyerang bocah rambut pendek itu, biar aku yang urus bocah rambut panjang. Mengerti?

Imori dan Umori mengangguk tanda menggerti. Imori dengan cepat berlari ke sisi kanan. Dan Amori tetap di tempatnya. Sedangkan Umori maju perlahan-lahan ke sisi kiri. Mereka membentuk formasi segitiga dan mengepung Killua dan Lucia yang berada di tengah-tengah.

Amori : (Tidak penting seberapa kuatnya mereka. Mereka tidak akan sempat untuk menyerang kerja sama tim kita)

Umori : (Dengan formasi ini, dia kalah jumlah dan dia tidak akan bisa menduga aku dan Imori secara bersamaan akan menyerang)

Imori : (Hanya tinggal menunggu. Kami akan mengeroyokmu sampai habis!)

Killua : Luci, docchi? (Luci, yang mana?) *tersenyum menyeramkan*

Lucia : Docchi mo ii (Yang mana pun ok) *tersenyum licik*

Killua : Kalo begitu, aku yang tengah (Amori). Kamu yang kanan (Imori) ya. Biarkan saja yang di kiri (Umori) *tersenyum menyeramkan*

Lucia : Oke! (tersenyum licik)

Pada saat Umori dan Imori akan bergerak untuk menyerang. Dalam hitungan detik, Killua dan Lucia sudah menghilang dalam hadapan mereka. Seketika mereka bertiga kebingungan dan refleks mencari ke sekeliling tapi mereka tersentak kaget saat Killua dan Lucia sudah berada di belakang mereka masing-masing.

Killua : Jangan bergerak! (tersenyum menyeramkan)

Lucia : Sekali bergerak, leher kalian akan terpotong karena kuku kita ini lebih tajam dari sebuah pisau (tersenyum licik)

Amori dan Imori bercucuran keringat. Terlihat sangat jelas rasa ketakutan pada wajah mereka berdua. Umori kebingungan, dia hanya bisa terpaku diam melihat leher kedua saudara kesayangannya menggeluarkan darah. Dia tidak bisa berkata apa pun.

Killua : Serahkan nomor ID kalian (tersenyum)

Imori dan Amori menggeluarkan nomor ID mereka dan menyerahkannya dengan pasrah.

Killua : 197 ya. Ah meleset! Aku memang payah dalam menebak sesuatu. Luci, kamu dapat nomor berapa? (tersenyum)

Lucia : Pfft. 198 (tersenyum)

Killua langsung melihat ke arah Umori dengan mata kucingnya. Umori sedikit ragu-ragu.

Killua : Hey...

Umori : Ugh (tersentak kaget)

Killua : Jadi kau punya pasti yang nomor 199 ya?

Umori : Yahh... (merasa khawatir)

Killua : Choudai? (Ayo serahkan?)

Umori enggan memberikan tetapi dia melihat kedua saudaranya terancam pun terpaksa memberikan nomor IDnya. Dia melemparkan nomor IDnya ke arah Killua. Killua menangkapnya dengan mudah.

Killua : Sankyuu (Thank you) *tersenyum lebar*

Killua dan Lucia melepaskan Imori dan Amori yang terduduk di tanah begitu saja dengan pasrah.

Lucia : Oniichan, serahkan kedua nomor yang tidak diperlukan padaku?

Killua : Nih...

Killua melihat ke arah tiga bersaudara Amori.

Killua : Masih ada 3 hari yang tersisa jadi berjuangnya untuk mendapatkan nomor ID dari para peserta lainnya ya.

Tiga bersaudara Amori : . . . . . (wajah pucat)

Lucia dan Killua : (serentak) Kalau begitu, kita pamit ya. Bye!

Setelah itu, seketika Lucia dan Killua menghilang bagaikan asap dari hadapan mereka bertiga. Amori yang merasa sangat kesal pun meninju ke arah tanah. Sedangkan Imori dan Umori hanya bisa menunduk sedih dengan pasrah.

Amori : Kusoooooo!!!! (Sialaaaannnn!!!!) *berteriak keras*

Kembali di bagian Gon.

Meskipun hari sudah berganti. Gon tidak bergerak sedikitpun sama sekali dari tempatnya. Dia terus merenungkan kesalahannya di dalam pohon besar bagaikan seekor tupai yang terperangkap. Gon cemberut. Dia terus berpikir dan menenangkan dirinya.

Kembali di bagian Lucia dan Killua.

Killua dan Lucia berhasil keluar dari pohon yang super besar.

Killua : Luci, menurutmu Gon sedang ngapaen ya?

Lucia : Gon? Hmm... Mungkin dia sedang bersedih dan merasa kesal disuatu tempat.

Killua : Eh? Begitukah?

Lucia : Bagaimana kalau kita pergi mencarinya?

Killua : Oke!!

-Bersambung-

Bagaimana dengan cerita pada episode kali ini, Readers? Semoga sukses membuat kalian penasaran dan berteriak keras ya. Hahaha... #kabur 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

Ya, seperti biasanya jangan lupa KOMENTAR dan tentu saja VOTE supaya Author semangat ya! Terima kasih banyak 🙏😊 Mohon ditunggu kelanjutannya ya ❤


Load failed, please RETRY

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C64
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login