Baixar aplicativo
16% Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 28: Kesedihan Sebuah Hati

Capítulo 28: Kesedihan Sebuah Hati

" Papa jahat! Kenapa Papa malahin om alen?" teriak Reva.

" Papa nggak marahin om! Papa cuma panik nyariin reva!" kata Tata yang mengambil reva dari lewis, lalu dia membawa reva masuk ke dalam kamarnya.

" Sekali lagi lo berani membuat onar di keluarga gue, gua nggak akan segan-segan menghajar lo!" ancam lewis. Valen hanya diam, dia tahu jika Lewis pasti akan marah, tapi dia sangat menyayangi reva, mungkin karena dia anak Tata jadi dia begitu menyayangi anak itu. Mereka memang tidak pernah akur dari dulu, walau apapun telah dicoba untuk dilakukan.

" Reva! Dengar papa!" kata Lewis saat dia berada di dalam kamar Reva.

" Lewis!" sahut Tata memohon.

" Diam, Ta! Aku adalah kepala keluarga disini!" kata Lewis marah.

" Papa nggak mau reva deket-deket lagi sama Om Valen! Reva dengar?" tanya Lewis. Reva ketakutan melihat wajah papanya. Lalu dia menangis ke pelukan mamanya.

" Mmaaaaa! Leva atut cama papa! Papa jahat!" rengek reva.

" Kamu nggak adil, lewis!" kata Tata.

" Apa maksudmu?" tanya Lewis dengan pandangan menusuk.

" Kalau kamu tidak ingin anakmu ketemu dan dekat sama omnya, kenapa kamu bawa kami kembali kesini?" tanya Tata dengan mata berkaca-kaca.

" Kau..."

Lewis lalu masuk ke kamarnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu dia memakai pakaiannya, langkahnya terhenti di pintu kamar anaknya.

" Jaga dia jangan sampai aku melihatnya dekat-dekat dengan dia!" kata lewis, lalu pergi meninggalkan Tata dan Reva, Tata hanya menangis mendengar ucapan Lewis. Kenapa kamu menyiksa dirimu dan keluargamu, lewis? batin Tata.

" Al?" panggil Mamanya saat sedang sarapan.

" Ma, Al mau pamit! Sepertinya Al akan tinggal di apartemen saja!" ucap Valen. Tata hanya diam mendengar ucapan Valen.

" Kenapa nak?" tanya mamanya.

" Biar saja! Dia mana betah tinggal dirumahnya sendiri!" sahut papanya.

" Al akan datang kalo mama kangen ato mama bisa ke tempat Al!" kata Valen tanpa menghiraukan ucapan papanya.

" Kalo kamu merasa sudah bisa hidup sendiri, nikahin anak orang! Jangan anak orang dibawa kesana-kesini tanpa ada kepastian!" kata papanya lagi.

" Pa!" kata Mama Valen.

" Om Alen mau temana?" tanya Reva yang turun dari kursinya dan lari mendekati Valen.

" Om akan kerja dulu, ya! Reva harus jadi anak yang nurut sama mama, ya!" kata Valen lalu mencium kening Reva, sebutir air mata lolos dari mata Tata melihat mereka, tapi segera dihapusnya. Kemudian Valen pergi setelah mencium mamanya.

Tiap hari Sumi pergi untuk membersihkan apartement Valen sejak Valen tinggal disana.

" Sumi!" panggil mama Valen yang sedang duduk di teras belakang.

" Ya, buk!?" tanya Sumi.

" Bagaimana?" tanya Rani panggilan mama Valen.

" Banyak kaleng bir ditempat sampah, buk! Sepertinya mas Valen hampir tiap hari minum bir!" jawab Sumi.

" Apa dia tidur sendiri?" tanya Rani penasaran. Tata sedang bermain dengan Reva dihalaman, tapi dia bisa mendengar percakapan mereka.

" Iya! Saya melihat mas valen selalu tidur sendiri sambil memakai kemeja dan celananya!" jawab Sumi.

" Kamu kenapa, sayang? Sudah seminggu ini kamu seperti ini!" ucap Rani sedih.

" Apa Sonya tidak pernah kesana?" tanya Rani.

" Mana ada wanita yang boleh datang ke situ, Buk!" kata Sumi. Lewis yang telah mempacking ranselnya menghampiri mamanya.

" Ma! Lewis pergi dulu untuk satu minggu! Titip Tata dan reva!" kata Lewis.

" Iya, nak!" jawab mamanya. Lalu dia menghampiri Tata dan reva.

" Jaga Reva! Aku cuma satu minggu!" ucap Lewis.

" Iya! Kamu hati-hati! Cepet pulang!" kata Tata. Lalu Lewis mencium Tata dan berganti mengecup rambut Reva.

" Ta!" panggil mertuanya.

" Iya, ma!" jawab Tata menghampiri mertuanya.

" Besok mama sama papa akan menghadiri undangan dari teman bisnis papa ke luar kota untuk dua hari, kamu nggak papa kan kalo sendiri?" tanya mertuanya.

" Iya ma!" jawab Tata.

Keesokan harinya mama dan papa mertuanya pergi seperti yang telah direncanakan. Seharian ini Tata mengajak Sumi pergi jalan-jalan bersama Nanik, babysitter Reva yang baru datang setelah ijin pulang ke kotanya. Mereka pulang malam hari dan reva telah tertidur, lalu Tata meletakkan Reva dikamarnya, sementara dia membersihkan dirinya di kamar mandinya dan tidur bersama Reva.

Tata sedang membersihkan kebun yang ada di belakang dan Reva sedang bermain-main.

" Siapa yang menanam mawar putih ini, mbok?" tanya Tata.

" Mas Valen, mbak! Katanya dia sangat menyukai mawar putih!" kata Mbok Marni. Tata tertegun mendengar penjelasan Marni. Apakah kamu masih...ah! Kamu nggak pantas memikirkan dia lagi, Ta! Setelah apa yang kamu lakukan padanya! Dan lagi kamu telah memiliki seorang anak dari lewis!

" Buk!" panggil Nanik berlari dari dalam rumah.

" Ada apa?" tanya Tata kaget.

" Telpon dari Sumi!" ucap Nanik.

" Ada apa?" tanya Tata lagi. Tapi Nanik hanya menyerahkan ponselnya.

" Halo, sumi? Ada apa? ...Darimana kamu tahu dia sakit? ...Apakah sepanas itu? ...Nggak perlu! Biar saya kesana dulu untuk melihat!"

Tata menutup ponselnya dan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba hatinya diliputi kekhawatiran.

" Kamu jaga Reva jangan sampai ditinggal!" pesan Tata lalu dia membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian lalu pergi dengan mobil menuju apartement Valen. Apa aku telpon dokter keluarga aja ya? Tapi aku lihat dulu keadaan dia! batin Tata. Tata sampai di apartemen yang di sebut Sumi dan dia langsung menuju ke tempat Valen. Tata menekan bel, lalu Sumi muncul di depannya.

" Mana dia?" tanya Tata.

" Disana mbak!" tunjuk Sumi ke lantai atas. Tata naik ke lantai atas dan melihat Valen menggigil kedinginan.

" Val!" panggil Tata berlari mendekati Valen lalu memegang keningnya.

" Astaga panas sekali!" ucap Tata.

" Tolong ambilkan air di kamar mandi dan waslap Sum!" kata Tata. Tata melepas sepatu dan kaos kaki Valen, lalu melepas dasi dan kemejanya. Diselimutinya tubuh Valen dengan bedcover yang agak tebal, lali dia membuka membuka kancing kemeja Valen satu persatu. Dadanya berdetak sangat tak beraturan saat melakukan itu. Dada bidang dan perut sixpack Valen terpampang di depan mata Tata dan membuat Tata menelan salivanya.

" Ini mbak!" kata Sumi mengagetkan Tata.

" Iya!" jawab tata. Dengan lembut Tata mengompres kening Valen.

" Apa kita panggil Dokter Gerry saja mbak?" tanya Sumi.

" Jangan dulu! Biar aku coba kompres dia dulu semalam! Kalo kamu mau kembali ke rumah nggak papa! Biar aku yang tunggu dia disini!" ucap Tata spontan. Aduhhhh! Kok gue ngomong gitu? Nanti Sumi mikir macem-macem lagi! Aduh, Ta! Bego banget deh! batin Tata memejamkan mata dan bibirnya membentuk huruf o.

" Baik, mbak! Kalo ada apa-apa mbak telpon ke rumah, ya!" jawab Sumi biasa.

" Tolong jaga Reva, mungkin aku akan menginap disini!" ucap Tata. Sumi menganggukkan kepalanya lalu dia pergi meninggalkan Tata dan Valen.

" Kenapa kamu harus minum-minum? Apa ada yang kamu pikir?" tanya Tata pelan.

" Reyn!" panggil Valen. Tata yang berdiri di depan jendela terkejut mendengar ucapan Valen. Kenapa aku yang dia panggil? Kenapa bukan Sonya? batin Tata.

" Reyn! Kenapa kamu tega!" ucap Valen lagi. Tata mendekati Valen dan duduk dipinggir ranjang, tubuhnya masih sedikit demam.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C28
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login