Reista tetap diam dikasur saat Ramel beranjak bangkit untuk bersiap mandi. senyum di bibir kecil itu tetap teduh walaupun cintanya tak terbalas.
Rasa menghargai memang bisa mengalahkan sakit hati, jika jatuh cinta tak sesakit tusukan berduri. mungkin aku ingin jatuh berkali-kali.
Reista melihat Ramel menutup pintu kamar mandi, satu tarikan nafas terdengar pelan seperti kelegaan yang mendalam. entah mengapa sejak tadi Reista seperti tersenyum diatas kesaksian yang bisu.
dirinya merasa aman, namun hatinya bertalu terus menerus. ada yang salah, namun tertutupi. ada yang akan ingkar, tapi tak digubris..
Reista mencoba untuk menyampingkan keresahan hatinya, memasang lagi senyum yang tadi. ini hari yang baik, Reista harus menetralkan emosi dan berpikir positif. sekarang dirinya tidak hanya sendiri, tapi ada satu kehidupan yang akan menemaninya lagi. ya lagi....