Baixar aplicativo
62.5% Primer Amor 2 | Kang Daniel / Chapter 5: Hampir Terungkap

Capítulo 5: Hampir Terungkap

Akankah sebuah kebohongan mampu tertutupi dengan rasa percaya yang begitu dalam? Bukankah malah sebaliknya? Di balik rasa percayanya itu, sebenarnya ia mengetahui semuanya.

***

Suasana canggung kini menyelimuti ruang dandelion, ruangan di mana Kim Sejeong di-opname. Pasalnya baru saja Hyeri mengatakan sesuatu yang membuat Sejeong diam tak bergeming. Ia mengatakan kalau saat ini Sejeong masih bisa terselamatkan karena dirinya. Andai saja ia tidak mengalihkan pertanyaan Daniel, bisa dipastikan saat itu juga sebuah kebohongan Sejeong akan terbongkar.

-----

"Aku tertidur lama sepertinya. Hampir saja aku tidak ingin bangun karena mimpiku sangat indah," sahut Sejeong sambil mengingat mimpinya tadi.

Daniel mengernyit. "Apa ada aku di alam mimpimu itu?"

Sejeong diam tak bergeming. Pasalnya ia lupa kalau saat ini Daniel belum mengetahui kalau ia sudah mengingat laki-laki di hadapannya itu.

Tiba-tiba saja Hyera berkata, "ah, Se. Baru saja Dokter Kim mengirimiku pesan. Dia memintamu untuk membalas pesan yang ia kirim padamu."

Sejeong bisa bernapas sedikit lega. Ia mengangguk dan mencoba meraih ponsel di nakas samping ranjangnya. Namun agak susah tangannya menjangkau benda persegi itu.

"Biar aku ambilkan untukmu," ucap Daniel dan meraih ponsel itu lalu memberikannya pada Sejeong.

"Terima kasih, Niel," jawab Sejeong.

Deg!

Cara Sejeong memanggil nama panggilannya itu membuat Daniel semakin merindukan wanita itu. Bahkan saat ini ia ada di hadapannya. Namun terasa sangat jauh karena memorinya yang hilang itu. Sumpah demi apapun, detik itu juga Daniel ingin memeluk Sejeong dan mencurahkan kerinduannya selama ini.

Sejeong membuka pesannya dan ternyata bukan dari Kim Doyoung, melainkan dari Hyera sendiri. Sejeong mengernyitkan dahinya.

Hyera

Sun, xx September 2kxx

Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dari kami

Terutama kepada Kang Daniel

Detik itu juga Sejeong kembali menegang. Apa maksud dari pesan yang dikirim oleh Hyera. Ia pun melirik Hyera yang sedang menatapnya juga.

Sedang, Daniel masih mengatur perasaan rindunya. "Se, aku keluar sebentar. Makan siangmu harus sudah habis saat aku kembali," ucapnya sambil tersenyum.

Sejeong tidak menjawab ucapan Daniel, ia masih terfokus dengan isi pesan dari Hyeri. Daniel pun melangkahkan kakinya keluar ruangan.

-----

"Kenapa kau membohongi Daniel, Se? Aku tahu ingatanmu telah kembali. Aku tidak sengaja mendengar saat kau berbicara sendiri setelah Dokter pengganti Doyoung keluar dari ruangan ini," ucap Hyera sambil duduk di tepi ranjang rumah sakit.

Sejeong menatap Hyera dengan tatapan memohon. "Nanti akan kujelaskan, tapi kumohon jangan bilang apa pun pada Daniel. Aku sendiri yang akan memberitahunya," pinta wanita bersurai cokelat itu.

Hyera menatap Sejeong dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu, ia menghela napas pelan. "Baiklah. Tapi, jangan salahkan aku kalau tiba-tiba Daniel berubah terhadapmu Se. Kau tahu? Dia sangat mencintaimu, bagaimana kalau ia tahu selama ini kau telah membohonginya?" tukas perempuan itu.

Sebenarnya, Hyera mendukung hubungan Daniel dan Sejeong. Jadi ia bisa bersama dengan Doyoung. Namun, saat melihat bagaimana Daniel memperlakukan Sejeong dan terlihat dengan jelas kalau laki-laki marga Kang itu mencintai wanita di hadapannya sekarang, ada rasa seutas iri dalam hari Hyera. Ia menginginkan laki-laki seperti Daniel. Walau nyatanya ia mencintai Doyoung.

"Aku, awalnya aku hanya tidak ingin Daniel bersedih dan menjadi susah karenaku. Aku akan terus bergantung dengan obat-obatan. Walaupun operasi berhasil tapi tetap, aku ini penyakitan. Aku tidak ingin merepotkan Daniel terus ke depannya. Tapi, setelah melihat bagaimana dia memperlakukanku, aku menyesal telah berbohong padanya," jelas Sejeong dan tanpa sadar air mata menetes begitu saja.

Hyera melihatnya pun iba. Ia mengusap pelan punggung telapak tangan Sejeong. "Kau tidak perlu berpikir demikian Se. Lihat, semua ini makanan kesukaanmu bukan? Ini sudah menunjukan betapa sayangnya Daniel padamu Se," tutur Hyera sambil melihat ke arah kotak bekal makanan yang dibawa Daniel.

Sejeong semakin merasa bersalah pada Daniel. Pasalnya, semua ini jauh dari pemikirannya selama ini. Ia hanya memikirkan bagaimana Daniel ke depannya. Ia ingin memastikan kalau Daniel akan hidup bahagia tanpa perlu direpotkan olehnya. Namun kini, semua pemikiran itu sirna dan melebur seiring dengan derai air mata yang tumpah dari kedua mata wanita itu.

Detik itu juga, pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok Dokter tampan yang tadi pagi menjenguk Sejeong. Ia Dokter pengganti Doyoung.

"Annyeonghaseyo Dokter Kim," sapa Dokter tampan sambil tersenyum.

Namun, saat Dokter itu sudah mendekati ranjang Sejeong, ia melihat Dokter yang ia kagumi sedang menangis. Hyera menoleh ka arah Dokter tampan dan mengangguk tanda untuk menunggu sebentar.

"Se, Doktermu sudah tiba. Jangan menangis lagi ya," ucap Hyera mencoba menenangkan Sejeong.

Dokter tampan itu akhirnya keluar dan menunggu di balik pintu ruangan tersebut.

Sejeong masih sesegukan. Ia tidak tahu kalau ketakutannya akan semakin menjadi-jadi seperti ini. Ia juga khawatir dengan perasaan Daniel yang akan tersakiti kalau mengetahui kenyataannya nanti.

Oh ayolah! Bisa saja Daniel malah senang saat tahu Sejeong telah mengingatnya. Katakan saja apa yang sebenarnya dari pada Daniel mengetahuinya dari orang lain --menurut author.

Kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Sejeong bisa mengontrol tangisannya. Ia mulai terdiam walau sesekali masih sesegukan. Detik itu juga, Hyera berdiri dan memanggil Dokter tampan yang menunggu di luar.

"Maaf Dokter telah membuatmu menunggu di luar. Kau sudah bisa mengunjungi Sejeong," ucap Hyera.

Dokter itu pun masuk kembali ke ruangan itu dan mendapati Sejeong yang mulai tenang.

"Annyeong Dokter Kim. Aku ke sini untuk memberikanmu obat pengurang rasa sakit. Pasti dadamu terasa sesak bukan? Karena dosis obat antibiotik yang disuntikan melalui selang infus oleh suster tadi pagi telah habis," ucap Dokter Oh.

Sejeong mengangguk, namun tidak berbicara sepatah kata pun kepada Dokter Oh. Hal itu membuat Dokter tampan itu mengernyitkan dahinya. Pasalnya, tadi pagi Sejeong masih baik-baik saja bahkan mereka mengobrol.

Dokter Oh mengesampingkan rasa penasarannya itu dan bersikap profesional. Ia mulai menyuntikkan kembali antibiotik berupa cairan ke infusan Sejeong. Saat itu juga Hyera berpamitan.

"Se, aku pamit pulang. Semoga kau lekas sembuh," ucap Hyera dan menunduk sekilas pada Dokter Oh. Ia pun keluar ruangan.

Segala pengobatan telah dilakukan oleh Dokter Oh. Ia pun merapikan dan mencoba untuk berbicara dengan Sejeong.

"Dokter Kim, ada apa denganmu? Apa kau ingin bercerita padaku? Terlepas dari Dokter dan pasiennya, kau sudah ku anggap sebagai noonaku," ucap Dokter bernama lengkap Oh Sehun.

Ya, memang usia Sehun dan Sejeong terpaut dua tahun. Walaupun mereka pernah menjadi resident di rumah sakit yang sama tapi dengan tingkatan yang beda. Saat itu Sejeong berada di tingkat tahun kedua, sedang Sehun baru di tingkat awal.

Sejeong menatap Sehun dengan tatapan menahan air mata yang akan keluar jika ia berkedip. Saat ini, psikis Sejeong memang sangat sensitif pasca operasi. Hal itu dimaklumi oleh Sehun.

"Aku, tidak bisa menceritakan ini sekarang. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku Hun," sahut Sejeong.

Sehun mengangguk. "Baiklah. Itu kotak bekal makanmu? Dari orang yang tadi? Kenapa tidak di habiskan?" tanyanya.

Sejeong menggeleng. Ia sudah tidak nafsu untuk makan. Yang ada di pikirannya sekarang bagaimana ia memberitahu Daniel tentang ingatannya yang telah kembali.

"Kalau begitu, kau harus cerita padaku. Ada apa denganmu? Dulu saat kau menjadi seniorku, kau selalu memaksaku untuk cerita saat aku sedang ada masalah. Sekarang giliranmu, ayo!" cecar Sehun sambil mengambil kursi single dan ia duduki.

Sejeong tersenyum memikirkan bagaimana mereka dulu saat menjadi mahasiswa magang di rumah sakit yang sama.

"Baiklah. Dengarkan ceritaku sampai selesai. Setelahnya baru kau bisa mengutarakan pendapatmu, oke?" pinta Sejeong.

Sehun mengangguk dengan antusias. Kebetulan saat itu adalah jam istirahat Sehun jadi ia memiliki banyak waktu untuk mendengarkan cerita Sejeong.

Wanita bersurai cokelat itu mulai bercerita saat ia kehilangan ingatan sementara dan kebohongan yang mulai ia ciptakan untuk membuat seseorang yang ia cintai tidak menderita karenanya.

Saat itu juga Sehun berkata dalam hati, ternyata kau sudah memiliki seseorang yang kau cintai.

"Jadi, kau membohongi pria itu hanya karena kau tidak ingin merepotkannya?" tanya Sehun memastikan.

Sejeong mengangguk.

"Kau salah dokter Kim. Seorang pria, kalau ia sudah memilih tambatan hatinya, ia akan tulus mecintai mau bagaimana pun seseorang yang ia cintai itu. Kalau kau membohonginya seperti itu, sama saja kau meragukan ketulusan dari dirinya," lanjut Sehun - menjelaskan.

Lagi, Sejeong seperti ditampar oleh perkataan Sehun. Berarti selama ini ia meragukan perasaan seorang Kang Daniel - menurutnya.

Detik itu juga, pintu ruangan terbuka dan seseorang yang sedang mereka bicarakan masuk dengan tatapan yang membuat Sejeong bingung sekaligus panik. Sehun pun sempat terkejut dengan kedatangan laki-laki itu.

"Kang Daniel," gumam Sejeong pelan.

***

Inikah rasanya saat kau mencoba menyalurkan ketulusan cinta yang kau miliki, namun ia meragukanmu?

***


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C5
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login