Baixar aplicativo
100% I Want To Hug You / Chapter 45: 45 - Ja-jangan lepaskan celana renangku! Part 7 (END)

Capítulo 45: 45 - Ja-jangan lepaskan celana renangku! Part 7 (END)

Author : Episode ini, WARNING ALERT!! 21+ ONLY. Silakan lanjut baca buat orang dewasa! Tidak dianjurkan buat anak-anak di bawah umur. Terima kasih...

**************************************

Shunta : Jika waktunya tiba, maukah kamu hidup bersamaku dan menikah denganku suatu hari nanti?

Takeru terdiam sejenak. Dia terkejut dengan pertanyaan Shunta yang secara tiba-tiba itu. Takeru mendongak melihat ke arah Shunta. Dia melihat Shunta menatap serius ke arahnya. Lalu dia kembali menatap ke arah depan, dan tiba-tiba wajahnya merona. Dan jantungnya pun berdetak dengan sangat cepat.

Takeru merasa bingung mau menjawab apa karena setelah Shunta mengatakan itu, Shunta tidak mengatakan apa pun lagi. Takeru sibuk dengan pikirannya, "Ta-tadi itu dia sedang melamarku, kan? Bodoh kenapa tiba-tiba, sih?! Dia sungguh tidak peka dan romantis! Masa di saat begini, dia melamarku, sih?! Aku harus jawab apa dong sekarang?! Dia membuatku bingung, ditambah lagi kenapa dia tiba-tiba menjadi diam?! Katakan sesuatu yang lain dong! Tunggu, apa dia sedang menunggu jawabanku?"

Shunta tahu kalau Takeru pasti terkejut dengan perkataannya. Meskipun dia sudah tahu Takeru akan memberikan reaksi seperti ini, entah kenapa dia tetap ingin mengatakannya.

Shunta merasa sedikit kecewa dan sedih karena Takeru tidak memberi jawaban dan apalagi dia melihat kalau Takeru sangat kebingungan. Pada akhirnya dia mencoba untuk mengalihkan perhatian Takeru.

Shunta : Sayang...

Takeru : Eh? Y-ya? (gugup)

Shunta : Apa kamu lapar?

Takeru : Eh? Ya, sedikit (Dia kenapa sih? Aku pikir dia mau menanyakan jawabanku...)

Tiba-tiba Shunta bangkit dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Takeru hanya melongo melihat Shunta membuka jaket renangnya lalu menyelam masuk ke dalam air.

Takeru : . . . . Apa dia sedang marah padaku? (bergumam)

**************************************

Tidak lama kemudian, Shunta kembali dengan membawa ikan, udang, kerang dan cumi-cumi. Terus tiba-tiba Shunta pergi lagi, dan kembali dengan membawa beberapa potongan kayu, lalu dia pun membuat api unggun, lalu pergi lagi dan kembali lagi dengan membawa dua buah kelapa muda bulat dan pisang.

Shunta mulai menyusun semua makanan dengan sebuah daun pisang yang sangat besar yang dia dapatkan dari menyelam ataupun memanjat pohon yang ada di sekitar tempat mereka.

Takeru : He-hebat! Kau itu siapa, sih? (kagum dan kaget)

Shunta : Eh?

Takeru : Kau bisa melalukan semua ini hanya dengan menyelam ke lautan, memanjat pohon-pohon dan mengupas semua itu hanya dengan pisau yang kau buat dari batu? Apa kau pernah tersesat di gunung atau sejenisnya?

Shunta : Ah, tidak (tersenyum tipis) Aku dulu hanya pernah kerja sampingan di pulau terpencil saja.

Takeru : Kerja macam apaan itu coba?!

Shunta terkekeh saat melihat reaksi Takeru yang dia rasa sangat menggemaskan dan juga mendengar perkataan Takeru yang menurutnya lucu.

Shunta : Aku hanya bisa menerapkan kemampuan kecil ini dan aku senang jika bisa berguna untukmu.

Shunta sedang mengupas kulit buah kelapa muda dengan batu yang tajam yang disengaja dibuat menyerupai pisau.

Takeru : Ohh... Iya, sih. Tapi kau sungguh luar biasa Chunta. Ternyata kau juga bisa segalanya ya (memuji)

Shunta hanya tersenyum.

Shunta : Tidak. Lagian ini juga salahku, kita jadi tersesat seperti ini, kan? Ah, sayang, ikannya sudah matang.

Takeru mengambil ikan bakar dari tangan Shunta lalu mulai memakannya. Takeru sekilas melirik ke arah Shunta yang sedang makan dalam keadaan diam.

Takeru : (Aku merasa ada yang sedikit berbeda dengannya. Aku jamin, sekarang dia pasti sedang marah dan ngambek denganku! Aduh, suasananya jadi canggung dan tegang begini kan, dasar bodoh! Katakan sesuatu dong!)

Mereka berdua masih makan dalam keadaan diam. Tapi, Takeru yang merasa risih dan tidak nyaman pun akhirnya membuka suaranya.

Takeru : Chu-chunta...

Shunta melihat ke arah Takeru.

Takeru : Hmm... Itu...

Shunta : Ada apa, sayang?

Takeru : Tidak... Itu... Ada yang ingin kubicarakan...

Shunta : Iya, apa? (bingung)

Takeru : (Aduh, dasar bodoh! Kenapa disaat begini kau malah tidak peka sih?!)

Takeru yang sibuk dengan pikirannya pun tidak menyadari kalau Shunta sudah duduk berada tepat di sampingnya.

Shunta : Sayang?

Tskeru : Eh? Uwaaaa! Se-sejak kapan?! (kaget)

Shunta terkekeh saat melihat reaksi Takeru yang terkejut dan sedikit panik itu.

Takeru : Apa-apaan sih, dasar! (pipi merona)

Shunta menyadari Takeru kedinganan. Dia memerhatikan Takeru sedang mengusap-usap lengannya.

Shunta : Apa kamu merasa kedinginan, sayang?

Takeru : Eh? Ah, i-iya sedikit, angin malamnya agak dingin sih... Tapi aku gak apa-apa kok.

Tanpa bicara apapun, Shunta tiba-tiba langsung bangkit dan kembali duduk tepat di belakang Takeru, lalu memeluk Takeru dari belakang dengan erat. Takeru tersentak, pipinya pun merona.

Takeru : Chunta... Hei, tadi aku sudah bilang kalo aku gak apa, kan? (malu)

Shunta tidak membalas apapun, dia memejamkan matanya. Takeru menikmati pelukan hangat Shunta dan tenggelam ke dalam pikirannya, "Ini... Entah kenapa meskipun bukan di dalam hotel, aku merasa hangat dan nyaman. Sepertinya aku sudah terbiasa dengan semua yang dia lakukan untukku. Pelukannya, lalu saat dia memangkuiku seperti ini... Aku benar-benar nyaman. Ah, apa ini berarti dia sudah tidak marah atau ngambek lagi padaku, kan? Soalnya dia masih mau memelukku begini. Aku... Sejak aku bilang "aku menyukaimu," lalu saat kita melakukan hal layaknya pasangan dan sewaktu kamu melamarku tadi sejujurnya aku sangat senang tapi aku merasa takut... Apa aku boleh merasakan kebahagiaan ini semua? Apa aku berhak mendapatkannya?"

Takeru : Chunta... Aku...

Shunta membuka matanya, dia sengaja tidak menjawab panggilan Takeru. Dia sedang menunggu sambungan perkataan Takeru. Shunta merasa Takeru mulai gelisah, tapi Shunta tetap tidak mau mengeluarkan suaranya.

Takeru : Aku mau menikah denganmu... (bergumam dengan suara kecil)

Shunta : Benarkah?! (senang)

Takeru terkejut tiba-tiba Shunta kembali hidup dan semangat. Dia pun langsung salah tingkah dan merasa gugup.

Takeru : Ah, ti-tidak bukan itu... Kamu salah dengar. Itu... (muka memerah + panik)

Shunta pura-pura sedih lalu sengaja memasangkan wajah muram dan sedih.

Takeru : Eh? Ah... Baiklah, aku mau tapi...

Shunta : Tapi?

Takeru : Tapi seperti yang kau katakan tadi. Jika waktunya tiba, dan tentunya saat aku sudah siap. Tidak sekarang ya!

Shunta : Iya! (senang)

Takeru langsung kembali melihat ke arah depan, pipinya masih merona dan juga jantungnya berdetak dengan sangat cepat, tapi dia merasa lega karena Shunta sudah kembali seperti biasanya.

Takeru : (Dasar menyebalkan! Aku bisa melihatnya, sekarang seolah-olah dia berubah menjadi seekor serigala, aku bisa melihat ekornya sedang berkibas-kibas)

Shunta : Ah, sayang, aku tadi menemukan bunga yang aneh ini lho. Lihat ini.

Shunta mengeluarkan bunga dari saku jaketnya.

Shunta : Yang ini tumbuh di bukit, sedangkan yang ini di pantai. Mereka sangat berbeda, tapi keduanya memiliki kelopak di bawahnya.

Takeru : Ah, ini "bunga naupaka"

Shunta : "Naupaka" ?

Takeru : Koordinator setempat memberitahuku, legenda mengenai naupaka. Dahulu kala, ada Dewa api jatuh cinta kepada pria yang sudah memiliki kekasih. Pria itu melarikan diri ke laut karena takut dengan murka Dewa. Sementara sang wanita lari ke gunung, tapi hubungan mereka masih baik dan kuat meski terpisah. Naupaka yang tumbuh di dua tempat mereka melarikan diri itu adalah lambang percintaan mereka yang tragis.

Shunta : Kenapa mereka tidak pergi bersama, ya?

Suara Shunta sedikit berubah menjadi lebih berat dan rendah, akan tetapi Takeru tidak menyadarinya. Dia hanya diam melihat bunga yang dipegang oleh Shunta.

Shunta : Padahal jika mereka pergi bersama, mereka tidak akan berpisah...

Shunta menatap lekat-lekat pada bunga yang ada ditangannya. Lalu tanpa sadar mengeluarkan ekspresi dingin dan menyeramkan.

Shunta : Jika itu aku, pasti...

Takeru : Hei!

Takeru menjitak kening Shunta sehingga Shunta kembali tersadar.

Shunta : Aw!

Takeru : Kenapa dongengnya dibawa serius, sih?!

Shunta : Hehehe... Benar juga, ya. Kenapa aku malah suram, ya?

Shunta terkekeh lalu membuang bunga tersebut. Bunga itu terbang terbawa angin. Tiba-tiba Shunta membisikkan sesuatu pada telinga Takeru.

Shunta : Sayang, bolehkah aku menciummu?

Takeru : Bodoh! Kau juga biasanya langsung melakukannya tanpa bertanya dulu, kan?! *pipi kembali merona*

Shunta : Hehehe... Iya, tapi aku tiba-tiba merasa ragu karena dongeng ini.

Takeru : Apaan itu?! Kau ini terlalu serius dan terbawa suasana!

Shunta hanya terkekeh, lalu mendekatkan wajahnya. Dan mereka pun berciuman dengan panas sampai keduanya terengah-engah karena kehabisan oksigen.

Shunta langsung mencium tekuk leher Takeru lalu tiba-tiba tangan Shunta mulai meraba-raba tubuh Takeru. Dan perlahan-lahan memasukkan tangannya ke dalam celana renang Takeru.

Takeru : He-hentikan, dasar malaikat gila! (malu)

Shunta : Kenapa? Kan cuma hanya ada kita berdua saja di sini (polos)

Takeru : Tetap saja aku merasa malu, karena ini diluar! (wajah memerah) Kau kan tadi hanya meminta ciuman! Kenapa tiba-tiba melakukan hal lebih?! Aku tahu pasti ingin melakukan begituan lagi! Ingat ini tempat umum! (mengomel)

Shunta : Ah, benar juga tapi lihatlah kita ditengah-tengah lautan loh, jadi tenang saja tidak ada yang tahu. Hehehe... Dan kita jarang sekali ada kesempatan seperti ini, kan? (tersenyum lebar)

Takeru : Dasar brengsek!! Otakmu itu tidak beres! Aku tidak mau telanjang di sini!! Anginnya sangat dingin! (mulai marah)

Shunta : Hmm... Ternyata begitu, kalau begitu kau tidak perlu terlanjang, sayang. Kau hanya perlu membuka celanamu saja (tersenyum jahil)

Shunta memaksa menurunkan celana renang Takeru. Dengan sekuat tenaga, Takeru menahan dan menarik celana renangnya ke atas.

Takeru : DASAR GILA!! Ki-ki-ki-ki-kita diluar!! Oi!! Ja-jangan lepaskan celana renangku! (berteriak)

Shunta menghentikan menurunkan celana renang Takeru.

Shunta : Ayolah, sayang. Aku sudah tidak tahan... (memasang wajah memelas)

Takeru : . . . .

Takeru menghela nafas dalam, lalu tiba-tiba bangkit. Shunta hanya melongo saat melihat Takeru melepaskan celana renangnya dan dengan terburu-buru kembali duduk dipangkuan Shunta.

Shunta : Sayang... (senang dan mata berkaca-kaca)

Takeru : Cepatan! Sebelum aku berubah pikiran!! (wajah memerah)

Shunta : Iya! (senang)

Takeru berdiri sebentar supaya Shunta lebih mudah membuka celana renangnya. Takeru kembali duduk dipangkuan Shunta dengan menghadap ke arahnya dan membelakangi lautan. Shunta mulai memasukkan penisnya ke dalam lobang pantat Takeru.

Takeru : Ugghhh...

Shunta : Sayang? Ada apa?

Takeru : Sakit, bodoh!!

Shunta : Apa karena sudah lama kita tidak melakukannya, ya? Terakhir dua minggu yang lalu, makanya...

Takeru : Diam dan cepat lakukan, aku kedinginan bodoh!!

Shunta hanya terkekeh. Shunta mulai menggerakkan pinggulnya dengan pelan dan lembut.

Takeru : Aah... Aaah...

Shunta membuka sedikit jaket renang Takeru supaya bisa mencium leher Takeru. Shunta mencium lembut lalu menjilati tekuk leher Takeru.

Takeru : Chun... Aarghh... Ta...

Shunta : Hm?

Takeru : Aahhh... Aahh... Jangan sampai aaaahh membekas ya...

Shunta : Iya, tidak akan (tersenyum)

Shunta kembali mencium bibir Takeru. Shunta mendorong penisnya masuk lebih ke dalam lalu mempercepat gerakannya.

Takeru : !!!! *kaget*

Takeru tersentak karena Shunta memasukan penisnya sangat dalam. Dia ingin mengerang kesakitan, akan tetapi karena Shunta mencium bibirnya, sehingga dia hanya bisa memeras baju renang Shunta.

Pada saat Shunta melepaskan ciumannya, Takeru langsung mendesah dengan kuat. Shunta tersenyum puas.

Shunta : Sayang, tahan sebentar lagi, ya. Kamu tidak boleh keluar dulu...

Takeru : AGGHHH AAARRHHHKK sakit Chunta... Aaggghhhh.... Ugghhh...

Sepuluh menit sudah berlalu.

Shunta : Haa... Haa... Haa... (terengah-engah)

Takeru : Aaagghhh.. Ughh... Haa... Haa... Sshhh... Aahh.. Chunta, kamu masih ssshh belum aaakk keluarkah? Aku sudaaahhh...

Shunta bisa merasakan rasa kesakitan pada diri Takeru karena suara desahannya berbeda dan juga Takeru memeras bajunya dengan sangat erat. Takeru sudah mengeluarkan spermanya, akan tetapi karena Shunta masih belum mencapai klimax, Takeru pun hanya bisa menahannya sebentar lagi.

Meskipun sudah merasa lelah dan sakit, Takeru tetap bisa bertahan karena dia merasakan rasa nikmat yang diberikan oleh Shunta padanya. Takeru mendesah semakin kuat. Lima menit kemudian, Shunta akhirnya bisa mengeluarkan spermanya di dalam lobang pantat Takeru. Shunta mengeluarkan penisnya secara perlahan-lahan setelah itu mereka berdua kembali berciuman.

************************************

Takeru : Chunta, kau sudah tidur? Lihat bintangnya indah sekali...

Shunta membuka matanya, lalu menoleh ke arah Takeru yang berbaring tepat di sampingnya. Lalu Shunta mendongakan kepalanya.

Shunta : Benar... Tapi menurutku kau lebih indah, sayang (tersenyum)

Takeru : Bodoh! Mana mungkin aku lebih indah dari bintang di langit! Jangan bicara sembarangan! (malu)

Shunta : Hehehe... Benar kok. Aku tidak bohong. Bagiku, kau adalah "bintang" yang terindah yang pernah hadir dalam hidupku, sayang (berseri-seri)

Takeru tertegun dan berdebar-debar mendengar perkataan Shunta. Tanpa dia sadari wajahnya merona, dan dia tersenyum lembut.

Shunta : Aku sangat mencintaimu, Takeru, sayang... Apa pun yang terjadi, kita jangan terpisah ya seperti bunga naupaka itu.

Takeru : Bodoh! Apa yang kau bicarakan?!

Takeru langsung memalingkan wajahnya.

Shunta : Ah, kau malu ya? Wajahmu memer--

Takeru : Diam!! Dan tidur!!

Takeru yang merasa malu pun langsung membelakangi Shunta. Shunta terkekeh. Dia merasa senang lalu memeluk Takeru dari belakang dengan erat.

Takeru : (Aku juga sangat mencintaimu sehingga tidak ingin berpisah darimu. Chunta apa pun yang terjadi nanti jangan pernah meninggalkanku lagi ya...)

Takeru memegangi tangan Shunta yang sedang melingkari pinggangnya, lalu dia memejamkan matanya dan tidak lama kemudian mereka berdua pun tertidur pulas sampai matahari terbit. Dan pada saat mereka terbangun, air laut pun sudah kembali surut dan mereka kembali ke hotel.

Sesampainya di kamar hotel pun, mereka mandi bersama dan kembali melakukan sex di dalam bathtub berisi air hangat.

************************************

Di bagian Chihiro.

Keesokan harinya, di lobby sebuah hotel mewah di Hawaii, Chihiro akhirnya berhasil menemukan Reiko. Dia menggembalikan Maron ke Reiko. Reiko langsung memeluk erat dan mencium kepala Maron.

Reiko : Terima kasih, Chi-kun. Aku sungguh tertolong, kamu sungguh sangat membantu. Apa kalian sudah akur?

Chihiro memasang ekspresi tersenyum palsu ke arah Maron.

Chihiro : Ya, kami sudah sangat akur, ya kan Maron-chan?

Chihiro mengulurkan tangannya dan sewaktu Chihiro hendak mau menyentuh Maron, Maron langsung menggigit salah satu jari Chihiro.

Chihiro : Aduh!! Apaan, sih?! Padahal aku sudah mengurusmu sepanjang hari selama dua hari ini! (marah)

Chihiro langsung menarik tangannya dan melompat mundur ke belakang sambil meringis kesakitan, Maron memalingkan wajahnya ke samping. Sedangkan Reiko hanya tertawa senang.

Reiko : Hihihi... Kamu masih belum akur.

Chihiro menjadi merasa sangat kesal.

************************************

Kembali di bagian Shunta dan Takeru.

Baik Takeru maupun Shunta akhirnya kembali ke Jepang. Takeru dan Shunta keluar dari pintu bandara menuju ke tempat mobil penjemputan mereka sambil mendorong koper mereka masing-masing.

Shunta : Sa-sayang Takeru-san, apa kau masih marah? (sedih)

Takeru : Apanya! Kau sungguh keterlaluan! Nyasar di pulau terpencil adalah rencanamu. Dan kau menyiksaku di sana, lalu sesampainya di hotel, kupikir aku bisa mandi dengan santai, ternyata kau juga menyiksaku di kamar mandi. Dan ternyata kau dan Kira-san bersekongkol?! Kau bilang apa ke Kira-san sampai Kira-san tahu kalau aku nyasar di pulau terpencil, hah?! Kau sungguh berani, dasar brengsek!! (mengomel-omel)

Shunta berjalan keluar dari bandara dengan lemas dan suram. Dia memasangkan wajah sedih dan bersalah.

Shunta : Sayang, aku hanya ingin se-- Maksudku aku ingin menikmati liburan berdua bersamamu saja.

Takeru : Sial! Kau selalu saja menipuku! Kau bukan malaikat, tapi tukang tipu! (merasa kesal)

Takeru melangkah semakin cepat ketika mendengar pengakuan Shunta, dia merasa menjadi semakin jengkel dan kesal. Shunta pun mengejar Takeru dari belakang.

Shunta : Sayang, aku minta maaf. Tolong jangan marah ya...

Takeru : Bodoh!! Jangan mengikutiku!! Dan sekarang kita sudah berada di Jepang dan kita masih di luar, jadi berhenti memanggilku dengan sebutan itu!! (tersenyum marah)

Shunta mendadak menghentikan langkah kakinya. Takeru merasa Shunta tidak mengejarnya lagi pun menoleh ke belakang.

Shunta : Oh, tadi itu ide bagus! Baiklah berarti kalau berdua saja boleh, ya? (mata berbinar-binar)

Takeru : Bodo amat!! (marah)

Shunta hanya terkekeh. Tidak jauh dari mereka berdua, terlihat ada Jiro Hasegawa, seorang kameramen bebas atau independen yang tidak begitu terkenal dan suka menjual hasil karya protretannya ke setiap penerbitan untuk menghasilkan uang.

Jiro duduk di salah satu kursi yang ada di ruang tunggu bandara dekat pintu keluar. Dia mengambil foto Takeru dan Shunta secara diam-diam.

Jiro melihat kembali hasil potretannya melalui kameranya. Di dalam kameranya, hasilnya tidak terlihat aneh maupun mencurigakan. Foto tersebut hanya menunjukkan Takeru dan Shunta seperti sedang berbicara sesuatu. Wajah Takeru terlihat serius dan kesal, dan sedangkan Shunta hanya tersenyum.

Jiro : Haaah... (menghela nafas) Dua lelaki, ya? Gambar yang membosankan. Kenapa juga aku menerima tawaran ini hanya karena aku merasa tertantang dengan ucapan pak tua (Koki Tanabe) itu? Sebaiknya, saatnya aku serius cari duit.

Jiro beranjak pergi dari sana. Tiba-tiba tidak lama setelah Jiro pergi meninggalkan tempat, ada seseorang yang keluar dari pintu bandara. Seseorang itu bernama Kazuomi Usaka. Dia adalah seorang produser umum TV-J yang sangat terkenal di dunia hiburan.

(Author : (sekilas info) Jiro Hasegawa dan Koki Tanabe, pernah muncul di episode 35 ya)

TV-J adalah sebuah acara program hiburan yang paling terkenal di Jepang maupun di luar Jepang karena TV-J adalah salah satu program TV yang berhasil memasuki acara TV Internasional.

Acara apapun yang selalu di putar oleh TV-J ini rating dari acara tersebut pasti akan selalu di atas rata-rata dan menjadi terkenal. TV-J hanya mengundang dan menayangkan para artis dan aktor papan atas atau yang sedang naik daun yang sangat terkenal, salah satunya aktor terkenal itu adalah Shunta, Takeru, Ryo dan Chihiro.

Tiba-tiba terlihat seseorang datang menjemput Kazuomi. Dia bernama Daisuke Oki, dia adalah direktur dari TV-J yang sangat terkenal di dunia hiburan.

Daisuke : Kerja bagus. Bagaimana di Hawaii sana?

Kazuomi : Ya, kami sudah saling kenal.

Daisuke yang menyadari Kazuomi sedang menatap Takeru dan Shunta pun akhirnya bertanya.

Daisuke : Ada apa?

Kazuomi melihat ke arah Takeru dan Shunta yang sedang berbincang masalah tadi. Takeru dan Shunta sedang berdiri menunggu mobil jemputan mereka. Terlihat Shunta tertawa saat mendengar perkataan Takeru. Kazuomi membenarkan lalu menaikkan kacamatanya yang sudah melorot ke bawah.

Kazuomi : Tidak. Tidak ada apa pun. Ayo kita pergi? (tersenyum)

-Bersambung-

Mohon maaf jika updatenya lama, Author sempat down dan kehilangan ide saat membuat cerita ini. Tapi di episode kali ini Author sengaja membuat cerita yang special alias panjang 🤣

Semoga episode kali ini Readers suka dan bisa menikmatinya ya. Maaf jika masih ada banyak kekurangannya. Kepada Readers, Author sungguh berterima kasih karena Readers sudah setia membaca cerita "I Want To Hug You" sampai episode ini. Jangan pernah bosan dan ikuti terus ceritanya sampai tamat ya 🙏🙏 Terima kasih banyak 😘😊💕

Seperti biasa jangan lupa VOTE, KOMENTAR DAN LIKE/FAVORITENYA ya ❤ SEE YOU ON THE NEXT EPISODE. BYE... (^_^)//~~~


Load failed, please RETRY

Novo capítulo em breve Escreva uma avaliação

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C45
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login