Baixar aplicativo
8.82% DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta / Chapter 18: MAKAN SIANG

Capítulo 18: MAKAN SIANG

"Benar hanya itu kan? kamu tidak berniat membalas budi padaku?" tanya Nadia masih dengan wajah seriusnya.

"Benar Nadia, apa aku pernah berbohong padamu?" ucap Jean dengan suara pelan tapi menatap penuh wajah Nadia.

"Aku percaya padamu Jean, hanya kamu dan Gladys yang aku miliki di dunia ini. Bagaimana aku tidak mempercayai kalian berdua?" ucap Nadia dengan perasaan bersalah.

"Cukup Nadia, sebaiknya kita bersenang-senang saat ini. Bukankah kita ke sini untuk menikmati makan siang bersama? ayo.... sekarang waktunya kita makan makanan Korea yang super lezat." ucap Jean bersamaan dengan datangnya dua pelayan sambil membawa menu makanan.

"Baiklah Nadia, sekarang cepat kamu pesan makanan yang kamu inginkan." ucap Jean sambil memberikan menu makanan pada Nadia setelah menerima dari pelayan restoran.

Segera Nadia membuka menu makanan yang di terimanya dan membacanya.

"Jean, aku pilih tiga menu ini saja." ucap Nadia sambil menunjukkan menu makanan yang di pilihnya.

"Pilih lagi Nad, kamu harus makan banyak." ucap Jean dengan tersenyum.

"Baiklah kalau itu maumu. Tapi bawa pulang saja ya, aku mau makan bersama dengan Gladys." ucap Nadia dengan wajah memerah.

"Nadia.... untuk Gladys kamu bisa pesan lagi nanti. Sekarang kamu pesan lagi untuk kamu sendiri." ucap Jean ikut memilih menu makanan untuk dirinya.

Dengan perasaan serba salah akhirnya Nadia memilih lagi menu makanannya.

Setelah memesan menu makanan Jean bangun dari duduknya dan berjalan ke meja musik untuk memutar lagu yang romantis.

"Apa kamu mau menyanyi Nad?" tanya Jean dari tempatnya.

"Aku tidak terlalu pintar menyanyi." ucap Nadia seraya mendekati Jean yang sedang memutar lagu untuk berkaraoke.

"Bagaimana kalau kita bernyanyi bersama? sudah lama kan kita tidak pernah bernyanyi bersama?" ucap Jean sambil memilih beberapa lagu yang akan diputarnya.

"Terserah kamu saja Jean, aku bisa bebas bernyanyi di sini kan?" tanya Nadia sambil melihat ke sekeliling ruangan yang tertutup.

"Benar Nadia, kamu bisa bebas disini. Kamu bisa tertawa, bernyanyi bahkan berlari pun kamu bebas. Tidak akan ada yang melihatmu kecuali aku." ucap Jean dengan tersenyum melihat kepolosan Nadia.

"Berlari? memang aku anak kecil?" ucap Nadia dengan bibir cemberut.

"Sudahlah, jangan marah lagi. Ayo, kita menyanyi." ucap Jean seraya memberikan mic pada Nadia agar segera menyanyi.

"Tidak Jean, kamu dulu yang menyanyi. Aku ingin mendengar suaramu yang merdu." ucap Nadia sambil kembali duduk di sofa.

"Baiklah Nona Nadia, karena kamu yang meminta aku tidak bisa menolak." ucap Jean seraya menekan lagu yang dia inginkan, kemudian kembali duduk di samping Nadia.

Nadia tersenyum saat melihat Jean sudah menyanyi lagu romantis dengan suara merdunya.

Nadia sangat menikmati suara Jean yang benar-benar merdu di telinga.

"Suaramu sangat bagus sekali Jean? aku ingin bernyanyi sepertimu. Kamu pria yang serba bisa, sangat sempurna." ucap Nadia dengan tatapan kagum.

"Tapi... dengan pujianmu seperti itu, tetap saja tidak ada wanita yang mencintaiku Nad. Benar kan yang aku katakan? di matamu aku pria yang sempurna, tapi tidak di mata wanita lain. Mereka hanya mencari harta dan kekayaan saja." ucap Jean dengan wajah sedih.

"Hem... kenapa kamu jadi sedih Tuan Jean? dengarkan aku Tuan sempurna juga tampan. Dari semua wanita yang tidak mencintaimu, mata mereka semua buta tidak bisa melihat kesempurnaanmu itu." ucap Nadia dengan serius.

"Dan kamu? kenapa kamu tidak bisa mencintaiku?" tanya Jean dengan wajah serius.

"Aku? aku...Aahhh!! kenapa jadi aku Jean! Tentu saja aku mencintaimu dan menyayangimu. Karena kamu sahabatku, aku peduli padamu Jean." ucap Nadia dengan tersenyum sambil mencubit hidung mancung Jean.

Jean tersenyum, kemudian memeluk bahu Nadia dengan perasaan sayang.

"Aku juga mencintaimu dan menyayangimu juga wanita pemberani!" ucap Jean sambil memberikan mic pada Nadia.

"Sekarang giliran kamu menyanyi, aku mau ke toilet sebentar." ucap Jean seraya beranjak dari tempatnya.

Nadia menatap kepergian Jean dengan tersenyum.

Sambil menunggu Jean kembali, Nadia menghabiskan waktunya dengan bernyanyi lagu-lagu romantis kesukaannya.

Tidak berapa lama kemudian Jean kembali bersamaan dengan datangnya empat pelayan restoran yang membawa semua makanan yang di pesan Jean.

Nadia melihat pelayan itu meletakkan semua makanan di atas meja. Perasaan Nadia campur aduk sangat senang dan tidak tahu lagi harus berkata apa.

Setelah selesai menyiapkan semua makanan di atas meja, empat pelayan itu keluar dari ruangan Jean.

Jean tersenyum melihat wajah Nadia yang terlihat senang.

"Apa kamu senang Nad?" tanya Jean seraya duduk di samping Nadia.

"Jangan kamu tanya lagi Jean, sejak kamu membawa aku restoran ini aku sudah sangat senang Jean. Kamu tahu, dalam hidupku baru kali ini aku masuk ke restoran mewah." ucap Nadia dengan kedua matanya bersinar terang.

"Hem...saat kamu bekerja di rumah sakit, kamu sering keluar juga kan dengan teman-teman kamu di sana?" tanya Jean dengan penuh perhatian.

"Memang ada beberapa teman yang mengajakku ke tempat seperti ini. Tapi aku menolaknya, bagaimana aku bisa ikut mereka dengan menghabiskan uangmu yang susah payah aku dapatkan untuk membayar rumah dan kebutuhan makanku." ucap Nadia dengan tatapan sedih.

"Kamu benar Nadia, kamu harus berhemat untuk masa depan kamu kan? sudahlah, jangan bersedih lagi. Suatu saat pasti kamu akan bahagia. Sekarang, kita nikmati makanan kita ini." ucap Jean seraya mengambil satu makanan dan menyuapi Nadia.

"Bagiamana Nadia? enak kan rasanya?" tanya Jean dengan sebuah senyuman.

Nadia menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

"Enak sekali Jean, aku harus makan sendiri." ucap Nadia dengan tertawa bahagia.

Jean hanya menatap wajah Nadia dengan tatapan penuh rasa sayang.

"Ayo Jean, tunggu apalagi? ayo kita habiskan makanan ini. Aku sudah lapar, tadi pagi sarapanku sangat sedikit sekali." ucap Nadia seraya mengambil makanan yang di sukainya.

"Tadi pagi kamu sarapan Nad? bukankah kamu tidak terbiasa sarapan pagi?" tanya Jean dengan mengkerutkan keningnya.

"Em... tadi pagi Gladys memaksaku untuk sarapan. Jadi aku tidak bisa menolaknya." ucap Nadia terpaksa berbohong.

"Oh... pantas saja kamu menolak saat aku memintamu sarapan pagi tadi." ucap Jean sambil menikmati makanannya.

Nadia menghela nafas panjang, jadi teringat saat sarapan dengan Jonathan.

"Bagaimana kabar Tuan Jonathan sekarang? Tuan Ramos sudah tidak menghubungiku lagi. Mungkin Tuan Jonathan sudah baik-baik saja." ucap Nadia dalam hati sambil mengunyah makanannya.

"Sebentar Nad." ucap Jean tiba-tiba bangun dari duduknya dan menyalakan televisi.

Nadia tersenyum sudah kebiasaan Jean saat makan selalu melihat berita televisi.

Sambil menikmati makanannya, Nadia ikut mendengarkan acara berita siang.

"Tunggu, berita apa ini?" ucap Jean dengan tiba-tiba saat melihat berita kalau putra pengusaha ternama Tuan Daren berada di rumah sakit dalam keadaan kritis karena keracunan makanan.

Seketika tubuh Nadia menegang melihat berita itu.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login