Baixar aplicativo
75.55% HOT DADDY / Chapter 34: Different Way *1

Capítulo 34: Different Way *1

"Good morning, daddy!" Oliv tersenyum lebar seraya terduduk di kursi meja makan, di hadapan Jonathan. Pria itu menatap Oliv dengan wajah yang kusut. Ia ingat bagaimana Oliv meninggalkannya dengan kejam semalam.

"Eh, kenapa kau terlihat mengantuk? Apakah kau banyak pekerjaan semalam?" Olivia terkikik seraya mengambil roti tawarnya.

"Puas?" Jonathan mendengus, membuat Oliv tertawa terbahak-bahak. Well, jika Jonathan mengira bahwa hanya dirinya saja yang masturbasi semalam gara-gara hasramtnya yang tertahan, maka, Jonathan salah. Kenyataannya, setelah Oliv kembali ke kamarnya, gadis itu juga harus memuaskan dirinya sendiri dengan menyebut nama Jonathan. Sialan, mengingatnya, wajah Oliv jadi memerah.

"Makanya, jangan main-main denganku!" ucap Oliv seraya tertawa. Membuat Jonathan mencolekkan selai coklat ke pipi Oliv yang membuat gadis itu berteriak kesal dan membalas perbuatan Jonathan. Mereka terus melakukannya dan kemudian tertawa bersama.

"Good morning, guys!" suara Alva memecahkan keramaian itu, membuat Oliv seketika terdiam seraya melanjutkan makannya.

"Good morning, son!" ucap Jonathan. Melihat perubahan sifat Oliv, Alva menyahut,"Dad, aku berangkat ya."

Jonathan menatapnya,"Kau tidak makan? Dan, bukankah kau sendiri yang bilang semalam bahwa mobilmu perlu di servis jadi kau akan berangkat bersamaku?"

'Dan bukankah karena itu kau harus menghentikan acaraku dan Oliv?'

"Iya, tapi Richard bilang dia akan menjemputku." Alva mengambil selembar roti tawar dan memakannya,"Bye, Dad, Oliv!"

Alva meninggalkan Jonathan dan Olivia yang tampak menatap punggungnya yang mulai menjauh. Membuat pria itu mendengus,"Jika dia pergi dengan Richard, kenapa harus mengetuk pintu kamarku malam malam?!"

Oliv menatap Jonathan,"Eh, apa?"

"Maksudku, kemarin dia bilang ingin berangkat bersama kita ke kampus. Karena itu dia mengetuk pintu kamarku semalam."

Oliv mengangguk dan menyeringai,"Sungguh anak yang berbakti.

"Senang? Senang membuatku menderita?" dengus Jonathan,"Aku bersumpah, lain kali, aku tidak akan melepaskanmu, sweetheart,"

Oliv mengangguk-angguk dramatis,"Aku sangat menunggunya, Mr.Marteen"

Jonathan membersihkan mulutnya dan berkata,"Aku menunggumu di mobil,"

Oliv hanya mengangguk. Gadis itu menggigit rotinya ketika Jonathan membungkuk untuk melumat bibir gadis itu. Membuat Oliv mendelik kaget karena Patricia hampir saja melihat mereka. Oliv memukul lengan Jonathan dan mendelik,"Apa kau sudah gila?!"

Jonathan terkekeh dan berkata dramatis,"Selaimu belepotan. Aku hanya berniat membersihkannya. Serius! Aku tidak punya niatan lain!"

Oliv hendak menjambak rambut Jonathan ketika pria itu sudah berlari menuju mobilnya. Gadis itu menyelesaikan makannya dan berpamitan pada Patricia sebelum ikut menyusul Jonathan yang sudah siap di mobilnya. Olivia menghempaskan tubuhnya di kursi penumpang. Gadis itu hendak memasang sabuk pengamannya ketika Jonathan berteriak,"No!!"

Teriakan Jonathan membuat Oliv tersentak dan menatapnya kesal,"Daddy! Apa, sih!!"

Jonathan menyahut,"Aku saja yang memasangkan sabuk pengamanmu!"

Ucapan pria itu membuat alis Oliv terangkat.Namun, gadis itu tak mau ambil pusing dan mengarahkan pandangnnya ke jendela mobil. Setelah itu, Jonathan menjulurkan tubuhnyauntuk meraih sabuk pengaman Oliv,membuat nafas pria itu menerpa hangat leher Oliv. Terpaan hangat itu spontan membuat Oliv menoleh, membuatnya mendapati wajah tampan Jonathan yang berada 2cm di depan wajahnya. Oliv mengerjapkan matanya sesaat, kemudian mulai memejamkannya ketika menyadari wajah Jonathan yang semakin dekat.

"Kau ingin ku cium, ya?" Jonathan tertawa srraya memasangkan sabuk pengaman Oliv, membuat Oliv menatapnya kesal,"Daddy!!"

Teriakan Oliv membuat Jonathan semakin tertawa. Sedangkan Oliv tampak melipat tangannya dan membuang pandangannya ke jendela,"Demi Tuhan, kau sangat kekanak-kanakan!"

Setrlah mengatakannya, Oliv merasakan dagunya ditarik, dan sesuatu yang lembab mendarat di bibirnya. Oliv tersenyum ketika bibir Jonathan melumatnya dengan sangat halus.

"Sudah, kan? Jangan marah marah lagi, ya?" Jonathan tersenyum seraya mengacak rambut Oliv sebelum akhirnya menjalankan mobilnya. Oliv merasakan detak jantungnya yang berdetak tidak teratur. Entahlah, sudah beberapa hari terakhir, gadis itu sama sekali tidak bisa mengontrolnya. Dia seringjehabisan nafas, wajahnya sering memerah, namun dibalik itu semua, dia juga merasakan ketagihan dan kebahagiaan. Dan lucunya, semua yang ia alami terjadi berkat pria yang sebenarnya lebih cocok untuk menjadi ayahnya.

'Tidak, Oliv. Kau pasti terlalu menginginkan sosok ayah yang seperti dia'

Oliv menarik nafas panjang dan mengarahkan pandangannya ke jendelanya. Kini, mereka berhenti di lampu merah. Dan disebelah mobil Jonathan ada bus umum. Tidak, bukan itu yang mampu membuat mata Oliv membulat. Melainkan sesosok pria yang sedang menyandarkan tubuhnya dengan earphone yang menutup telinganya di dalam bus itu.

Sosok Alva Marteen.

Mobil Jonathan berjalan, namun pandangan Oliv tidak bisa terlepas dari sosok pria yang ada di bus umum itu. Demi Tuhan, Alva naik bus? Bukankah tadi pria itu berkata bahwa Richard akan menjemputnya?

"What's wrong, babe?" Jonathan menyahut, membuat Oliv tampak mengerjapkan matanya dan menatap pria itu bingung.

"Tidak. Eh, daddy," Oliv menatap pria yang masih memfokuskan pandangannya ke jalan raya.

"Yes?"

"Bisa ceritakan tentang Alva? Well, sejujurnya, aku belum terlalu mengenalnya."

Ucapan Oliv membuat Jonathan mendengus,"Bagaimana bisa kau berpacaran dengan orang yang belum kau kenal dekat?!"

Oliv mengerjap. Demi Tuhan, bukan ucapan itu yang ia harapkan keluar dari mulut Jonathan.

"Dengar, kalau aku tidak berpacaran dengan Alva, kita tidak akan bertemu. Jadi berterimakasihlah pada takdir."

Jonathan memutar bola matanya, "Dengan melihat mahasiswa terpendek di kelasku, aku juga akan langsung menyadari jika itu kau."

Oliv mendelik kesal seraya mencubit pipi Jonathan keras keras,"Daddy! Aku serius!!"

Jonathan menatapnya sejenak,"Aku juga serius! Ya ampun, apa kau mendekatiku untuk memperlancar hubungan kalian?"

Oliv mendengus,"Aku sudah putus dengan Alva." Mata Jonathan berbinar. Pria itu tertawa, membuat Oliv menyipitkan matanya,"Kenapa kau sangat senang?"

Jonathan meringis seperti kuda seraya memainkan matanya ke arah Oliv, membuat gadis itu kembali bertanya,"I said, why are you so happy, Jonathan Marteen?"

"Tidak, tidak. Ayo, tanyakan semua tentang Alva padaku" Jonathan tersenyum. Oliv mengerjapkan matanya, "Dia ... sejak kapan kau mempercayainya membawa mobil?"

"Hah?"

"Daddy, jawab saja!"

"Well, since he was in high school, but why?"

Oliv mengerjapkan matanya,"Apakah dia suka naik kendaraan umum?" Jonathan menaikkan alisnya, "Spesifically? Taxi? Plane?" Oliv menggeleng dan menjawab, "Public bus, mungkin?" Jonathan tertawa terbahak-bahak, membuat Oliv menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya,"What?"

"Pertanyaanmu sungguh lucu. But, for you information, Oliv. Alva akan lebih memilih tidak masuk sekolah daripada kesekolah naik bus umum. Bukannya manja, tapi anak iti memang tidak tahan."

Jawaban Jonathan membuat Oliv termenung. Jadi, siapa yang di dalam bus umum tadi? Alva? Tapi, Alva tidak mungkin naik bus umum kan?

"Kenapa?"

Oliv menatap Jonathan sebentar dan menggeleng, "Hanya bertanya."

❤❤❤❤❤

"Yah, Liv. Kantin udah penuh banget, tuh. Gimana dong? Gue laper banget, lagi." ucap Putri, membuat Oliv mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin. Sebelumnya, Oliv memang satu kelas dengan Putri di kelas Hukum Perdata.

"Iya juga, mana gue sampe sore." ucap Oliv membuat Putri mengangguk, "Gue juga sampe sore."

"Ya udah deh, gimana kalo ke kantin fakultas sebelah aja?" ucapan Oliv membuat Putri menggeleng, "Yang bener aja, deh! Udah tau jauh banget kalo jalan!" Oliv menghela nafas, "Abis gimana lagi, dong?"

"Oliv!" Oliv menoleh ketika seorang pria tampak melambaikan tangannya.

"Put, pergi aja, yuk?" Putri menggeleng, "Lo dipanggil Alva, tuh! Udah ayo kesana. Lumayan kumpul bareng anak anak hits NYU." Oliv mendesah pasrah ketika putri tampak menarik lengannya menuju meja yang betisi Alva dan teman temannya. Mereka srmua sedang makan dan bercanda, membuat Oliv benar brnar ingin lari dari tempat itu.

"Eh, whatsup, Alva's girlfriend!" Oliv memandang tidak nyaman pada teman Alva yang tidak ia kenal itu.

"Aku bukan pacar Alva." ucap Oliv membuat mereka semua membulatkan matanya. Tapi, Oliv bisa melihat binar kebahagiaan dari seorang gadis berambut pirang yang duduk di bagian paling ujung.

"Kau?" Pria berambut pirang itu tampak memainkan tangannya seolah menanyakan 'Kau putud, Alva? Hell!!'

Melihat pandangan menyelidik dari teman temannya, Alva mulai menengahi, "Jangan ikut campur masalah Orang lain! Sudahlah, kau tidak lihat Olivia dan temannya sedang kelaparan?"

"Oh, tidak. Kami sudah makan." Oliv menolak dengan halus. Gadis itu hendak menarik tangan Putri ketika Putri tampak menyahut, "Apa kau gila? Kau bilang, kau kelaparan karena hanya makan roti tawar dan itu bukan gaya orang Indonesia?" Crap. Oliv bersumpah, ia ingin sekali memplester mulut Putri. Melihat gelagat Oliv, Alva kembali tersenyum dan menatap teman temannya, "Kita sudah selesai," kemudian Alva kembali menatap Oliv, "Kau bisa duduk disini. Kita sudah selesai makan. Sebentar lagi juga akan masuk kelas,"

Teman teman Alva tampak memandang Alva tak percaya. Demi Tuhan! Mereka bahkan baru makan dan minum tidak sampi setengah dari volume. Namun, melihat pelototan Alva, mereka akhirnya menyahut. "Ya. Kita sudah selesai!" Mereka semua tersenyum tertahan dan bangkit dari duduknya,"Ayo teman teman, kita kembali ke kelas. Kalian semua sudah kenyang, kan?" Setelah mengatakannya, mereka bergegas untuk pergi dari kantin, meninggalkan Alva yang masih menatap Oliv dalam. "Kau bisa makan," ucap Alva. Oliv sama sekali tidak menjawab. Gadis itu mengalihkan pandangannya karena tidak sanggup akan dadanya yang tiba tiba terasa sesak.

Melihat perubahan ekspresi Oliv yang tidak nyaman, Alva kembali tersenyum, "Baiklah. Aku akan pergi. Kau, makan yang banyak ya." Sepeninggal Alva, Oliv duduk di meja itu, diikuti dengan Putri yang tampak menatap takjub pada punggung Alva yang semakin menjauh. "Liv! Lo liat gimana pandangan Alva ke elo?!" Oliv tidak menyahut, karena sungguh. Gadis itu sama sekali tidak peduli. "Liv! Lo nyadar nggak sih kalo Alva bener bener suka ke elo?! Lo serius nggak pacaran sama Alva? Tapi, gue ngeliat lo deket banget sama dia, apalagi sama bokapnya!"

Oliv mendesah. Sumpah, dia sedang tidak ingin membicarakan tentang Alva. "Gue ambilin lo makanan, ya?" Oliv memilih untuk meninggalkan Putri dan bergegas mengantri di kantin kampus.

"Ms. Natasha!" Oliv mendongak ketika petugas kantin memanggilnya. "Yes, Mrs?"

"Ini." Petugas kantin itu memberikan nampan berisi dua porsi makan siang beserta dua gelan lemontea yang membuat Oliv mengangkat alisnya, "Sata belum sempat mengantri, Mrs. Apa anda salah orang?" Wanita itu hanya tersenyum dan membetikan nampannya, "Aku tidak salah Orang. Ini untuk anda."

Oliv menerima nampan itu dan mengucapkan terima kasih sebelum kembali ke mejanya.

"Kok lo cepet banget, Liv?" tanya Putri membuat Oliv mengangkat bahunya, "Gue juga nggak tahu. Mau antri, tiba tiba dikasih duluan." Mata Putri berbinar, "Pasti Alva, nih!"

"Apaan sih? Ngaco lo." Oliv memakan suapan pertamanya tanpa mau peduli dengan celotehan Putri.

"Ya ampun, Liv! Lo beruntung banget sih, bisa diperhatiin cowok sebaik dan seganteng Alva?!" Oliv terdiam ketika akhirnya, kalimat itu muncul dari mulut Putri. Perasaan sesak kembali menyerang dadanya. Entah mengapa, makanan yang kini ada di mulutnya terasa hambar.

'Beruntung? Apa lo tetep bilang gue beruntung kalau lo tau apa yang Alva lakuin ke gue? Apa kalian semua bakalan tetep memandang gue dengan pandangan iri, kalau kalian ngerasain apa yang gue rasain?'

❤❤❤❤❤

Oliv berjalan di sepanjang trotoar. Karena terlalu lama berada di perpustakaan, dia jadi tidak ingat waktu. Dan ketika keluar ruangan, ia baru sadar jika langit sudah benar benar menggelap. Bus yang melewati perumahan Jonathan sudah habis sejak sejam yang lalu, begitulah kata orang sekitar. Dan bodohnya, Oliv tidak membawa uang lebih untuk naik taksi. Oliv membayangkan betapa marahnya Jonathan karena Oliv yang datang terlambat dan ponselnya yang tidak bisa dihubungi karena lowbatt.

Ketika sedang asyik berjalan, Oliv merasakan sorot lampu mobil menyinarinya. Dan ketika Oliv menoleh, ia mendapati sebuah mobil menepi ke arahnya.

"Olivia, mantannya Alva, kan?"

Oliv menyipitkan matanya untuk melihat seseorang di dalam mobil tersebut. Dan ia tampak mengangguk ketika menyadari orang itu adalah salah satu teman Alva.

"Kenapa kau masih disini? Ini sudah lewat jam delapan malam." ucap pria yang tidak Oliv ketahui namanya.

"Ya, aku ketinggalan bis." ucap Oliv singkat, membuat mata pria itu membulat, "Kau dari kampus?" Oliv mengangguk.

"Demi Tuhan, kau sudah berjalan sejauh 2 km?" Oliv kembali mengangguk.

"Ayo, naiklah. Aku akan mengantarmu ke rumah Mr. Marteen," ucap pria itu membuat Oliv menggeleng, "Tidak perlu. Aku suka jalan kaki."

"Kau harus jalan kaki sejauh 3 km lagi. Memangnya kau pikir, kau akan sampai rumah jam berapa?" Oliv tampak berpikir.

"Tidak baik jika wanita berjalan sendirian malam malam begini. Kau belum tahu bagaimana New York di malam hari, kan?" Well, Oliv mulai takut, "Baiklah."

Pria itu tersenyum dan membukakan pintunya untuk Oliv. Membuat gadis itu mendudukkan tubuhnya dengan canggung, "Sebelumnya, perkenalkan. Aku Richard Shelton." Pria itu mengulurkan tangannya, membuat Oliv manggut-manggut dan berkata, "Oh, jadi kau yang bernama Richard?!"

"Kau mengenalku?" tanya pria berambut pirang itu seraya menjalankan mobilnya.

"Kau yang menjemput Alva tadi pagi, kan?" Richard tampak menaikkan alisnya, "Aku? Menjemput Alva? Tidak. Aku berangkat dengan pacarku tadi pagi." Oliv membulatkan matanya. Jadi, Alva berbohong ketika berkata dia berangkat bersama Richard?

"Jadi, yang di bus umum itu ... Alva?" Oliv bergumam, membuat Richard menyahut, "What? Alva? Di bus umum?" Oliv mengangguk, "Aku tidak sengaja melihatnya di bus umum. Tapi ku pikit aku salah lihat karena dia bilang akan berangkat bersamamu."

'Ya Tuhan. Kau benar benar serius untuk mendapatkan hatinya, Alva? Kau bahkan rela turun di tengah jalan agar aku bisa mengantarkan gadis ini.'

"Ngomong ngomong, kau akan kemana?"

Richard gelagapan, well, rencananya, Richard memang akan mengantarkan Alva pulang. Namun, ketika Alva melihat Oliv berjalan sendirian, pria itu memaksa untuk pulang naik taksi. Ia berkata bahwa Oliv tidak akan mau diantar pulang jika ada Alva di dalamnya.

"Oh, aku ingin bertemu Alva. Aku ingin pinjam barangnya." dusta Richard, membuat Oliv mengangguk-angguk mengerti.


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
faqizza faqizza

Maaf untuk semuanya,insya allah mulai hari ini akan lebih semangat up lagi

Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C34
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login