Tiba di istana, Rombongan raja di sambut oleh para pegawai istana. Mereka tahu, Raja tawang sedang berselish dengan putrinya. Berita ini sudah terdengar sampai ke istana bahakan juga ke kerajaan-kerajaan kecil di sekitar mereka. Berita itu memperkuat kabar kekejaman Sang raja.
"Yang Mulia selamat datang kembali" kata seorang selir bernama Arana. Seorang putri dari kerajaan Kalingga. Ia adalah seorang selir yang terkenal pandai membuat hati para pria tahkluk. Tapi tidak dengan Raja Tawang. Baginya wanita itu adalah tawanan dan jaminan, agar kerajaan Kalingga akan tetap tunduk di bawah kekuasaannya.
"Oh Arana, bisakah kau atur beberapa pegawai istana untuk datang menemuiku. Aku ingin lima pelayan wanita dan dua pria serta sepepuluh prajurit yang tangguh."
Arana yang mendengar hal itu terkejut. Ia adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap pegawai istana. Jika baginda raja meminta orang-orang khusus artinya…..
"Oh, itu bukan urusanmu. Suruh mereka menghadap ke istanaku secapatnya"
"Hamba mengerti", Arana pun segera pergi dan mejalankan perintah dari Baginda Raja.
"Anda membawa seorang tawanan bukan? Hamba sudah menyiapkan sel tahanan yang cocok dengan penjagaan tingkat tinggi. Hamba yakin, tawanan ini tidak akan pernah bisa kabur dari istana ini" tanya patih.
"Patih Dirga, kau sangat perhatian. Tapi kali ini jangan pernah ganggu tawanku. Pastikan tidak ada seorang pun yang bahkan berani mengusik atau hanya sekedar menatap ke-arahnya. Jika sampai aku mendengar ada masalah maka, aku tak segan menghabisi orang itu"
Patih terkjut. Ini tidak seperti biasa, Yang Mulia Raja Tawang ingin mengurus tawanan itu sendiri. Tawanan kali ini tidak boleh disiksa atau mendapat masalah. Siapa gerangan tawanan ini? Apakah seorang Raja yang penting? Terakhir kali Yang Mulia Baginda menawan putra mahkota pun, ia tidak segan mencambuknya hingga tewas. Lalu siapa?
Raja tawang segera memasuki pelataran dan istananya. Siane masih berada di kereta kencana. Kusir membawa kereta kencana itu sampai ke pintu istana dimana Raja tinggal. Ini sesuai dengan perintah Raja. Raja tidak ingin ada yang melihat Siane.
Setelah semua orang bubar, Raja kembali ke kereta kencana dan meinta Siane turun.
Ming dan Aninda yang melihat hal ini, segera membantu Siane untuk turun. Sementara Ronggo hanya mengikuti dari belakang.
"Kau akan tinggal di sini bersamaku. Tidak akan ada yang bisa mengganggumu. Aku tahu, anaku telah meberikan banyak masalah. Tapi aku jamin, di sini kau aman" kata Baginda Raja.
"Yang Mulia tinggal di sini?" tanya Siane.
"Tentu saja, ini rumahku. Kau ingin aku tinggal di istana lain?"
Aninda dan Ming yang mendengar hal itu hanya saling padang.
Tak lama Arana kembali dan memberi hormat sampai ke lantai. Ia membawa semua pegawai sesuai permintaan Baginda.
"Bangunlah" kata Waradana penuh wibawa.
Seraya bangun, Arana terkejut melihat seorang wanita yang berdiri di samping Baginda Raja. Keterkejutannya itu, tidak bisa ia sembunyikan. Raja yang melihat ekspresi Arana langusng memberitahu.
"Dia adalah calaon Permaisuri. Jika kau berani menatapnya seperti itu lagi, maka aku tidak akan sungkan untuk memenjarakanmu" kata Raja dengan sangat dingin.
Araa segara berlutut dan memohon ampun.
~Per..permaisrui? apa-apa ini?~ batin Ming.
~Jadi benar, dialah yang akan menjadi permaisuri. Dugaan ku tidak salah~ kata Ronggo dalam hati.
"Hamba telah membawa semuanya, apakah ada lagi yang bisa saya lakukan?" tanya Arana yang sedikit pedih.
Sejak Permaisrui meninggal, ia berfikir mungkin akan ada kesempatan baginya untuk mengambil kedudukan itu. Mengingat, ia adalah seorang putri. Ia juga terpilih untuk mengurus istana. Tak disangka, baginda membawa wanita lain.
"Tidak ada, kau boleh pergi" Jawab Raja.
Arana pun segera pergi meninggalkan istana Raja. Semantara pelayan yang sudah datang mendapat titah dari raja secara langsung.
"Kami mengerti baginda, kami akan melaksanakan semua tugas dengan baik" jawab mereka semua selesai mendengarkan perintah itu.
"Bagus, pergi dan lakukan tugas kalian."
Beberapa orang dayang wanita memohon izin untuk membantu Siane. Mereka menyiakpan semua hal dan membantunya berdandan.
"Apa yang aku bisa bantu?"gerutu Aninda.
Siane melihat raut wajah kesal Aninda. Ia pun segera memintanya suntuk duduk menemaninya di pemandian.
"Tuan Putri, apa ini benar? Anda akan menjadi permaisuri? Bukankah kita ini tawanan?" tanya Aninda berbisik saat para dayang sibuk mengambil pakaian, bunga dan perlengkapan lain.
"Aku bukan Rajanya, jadi jangan tanya padaku" kata Siane.
"Tapi, Anda menyetujuinya bukan?"
Siane memalingkan wajahnya ke Aninda. "Jika aku tidak setuju, semua orang akan mati. Bagaimana menurutmu?"
Aninda tidak melanjutkan percakapannya. Para dayang sudah kembali dan membawa semua yang dibutuhkan. Mereka segara melakukan tugas mereka dengan cekatan. Sementara Aninda, hanya melihat dan duduk di samping kolam pemandian. Saat ini, Aninda tidak bisa berbuat apapun.
~Inikah yang disebut takdir? Wanita cantik memang selalu saja beruntung~
Di ruang rapat, terjadi perdebatan sengit. Rendra dan para petinggi terlibat adu mulut yang cukup pelik dan melelahkan. Masalah politik memanglah bukan hal yang mudah untuk ditangani.
"Baginda, permaisuri adalah jabatan penting. Mengapa tidak mencari putri dari kerajaan besar untuk memperkuat kerajaan kita?"
"Aku setuju, bahkan apa gunanya wanita ini? Bukankah dia adalah selir dari Raja tawang? Apa yang akan rakyat katakan jika mendengar hal ini?" sahut seorang yang lain.
"Arana yang putri Kalingga itu, jauh lebih pantas mendapat gelar ini. Aku yakin, dengan menjadikannya permaisuri maka Kalingga akan otomatis menjadi wilayah kita" kata perdana mentri.
Raja yang mendengar ocehan semua orang geram. Ia memukul meja dan membuat semua orang terdiam dalam sekejap.
"Aku adalah Raja Tawang, jika kalian masih ragu atas keputusanku silakan pergi!"
Semua orang diam tanpa ekspresi. Mengancam Waradana adalah hal bodoh. Semua raja itu sama keras kepalanya. Ego tinggi dan kadang tanpa strategi.
"Aku takut, perang akan berkobar Yang Mulia" kata seorang penasihat kerajaan.
"Bukankah Yang Mulia tahu, Siane adalah selir yang berselisih dengan permaisuri Artha Pura Kencana. Jika anda mengangkatnya menjadi Permisuri, maka itu akan memicu Raja Artha Pura menyerang kita."
Semua yang hadir berbisik dan membenarkan pernyataan itu.
"Jadi saran hamba, pikirkanlah lagi. Tak masalah jika menjadikannya selir, namun permaisuri? Kedudukan itu terlalu tinggi."
"Perang ya? Apa kau takut?"tantang Rendra. "Sungguh memuakkan, usia membuatmu menjadi pengecut, Ama. Kau dulu adalah seorang yang ambisius dan tak takut pada apapun. Kini, lihat dirimu kau takut para Raja Artha Pura Kencana"