Baixar aplicativo
32.43% My Teacher My Husband / Chapter 60: Ch. 60

Capítulo 60: Ch. 60

Sehun bangun dengan dahi yang berkerut. Tumben-tumbennya kelinci betina itu sudah bangun duluan. Itu revolusi bagus ditahun baru ini.

Luar biasa.

Bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju kamar mandi.

Ranjang? Itu tugas Suzy.

"Ow, dahi mulusku sudah menunjukan tanda-tanda penuaan dini. Waktunya untuk medipedi." Gumam Sehun, menyentuh garis memanjang yang terdapat di dahinya lalu masuk ke dalam bathup.

Relax.

Memejamkan mata seraya menghayati air yang saat ini membungkus tubuhnya. Menuangkan shampoo dengan aroma mint ke telapak tangannya lalu mulai menggosok-gosok kepalanya.

Setidaknya kesan manly tak akan hilang walau ada secuil kerutan aneh di dahinya. "Aku masih tetap tampan." Gumam Sehun.

**

"Piring." Pinta Suzy, menengadahkan tangannya yang bebas dari spatula.

"Jiyeon, tolong mangkuk." Pinta Chanyeol. Mengaduk sup buatannya lalu mencicipinya dengan sendok. "Lumayan." Gumamnya.

"Gelas tinggi Jiyeon. Lima." Pinta Baekhyun. Mengangkat blender yang ia gunakan untuk membuat jus.

Brak.

Cukup Sudah kesabaran Jiyeon. Meletakan gelas yang diminta Baekhyun dengan kasar lalu melipat tangannya di depan dada.

"Aku minta diajari memasak! Bukan minta diajari menjadi babu!" Dengus Jiyeon dengan wajah merahnya. Ini penghinaan. Disuruh kesana kemari dan bodohnya ia mau-mau saja tadi.

Sret.

Dug.

Jiyeon mendudukan dirinya di atas kursi meja makan. Mengembang bukunya lalu mengambil penanya. Masa bodoh dengan acara masak-memasak. Persetan.

"Tenanglah Ji. Nanti kami ajari, janji." Ujar Suzy dengan pisau daging di tangannya.

"Aku tak pedul- yak! Kau mau mengancamku dan membunuhku jika aku tak mau, dengan pisau mengerikanmu itu?!" Pekik Jiyeon kaget. Menempelkan punggungnya ke pinggiran meja makan lalu menelan ludahnya dengan paksa. "Apa dia psyco?" Bathin Jiyeon ngeri. Jika ia, berarti dia harus mulai jaga jarak dengan tiga manusia itu. Dia bisa mati muda.

"Eh,, bukan. Aku tak sadar, hahah." Kekeh Suzy dengan wajah polosnya. Ternyata kepolosannya membawa bencana.

**

Sehun menaikan sebelah alisnya saat ia baru saja memasuki dapur. Bagaimana tidak coba.

Di atas meja makan, sudah ada berbagai makanan dan ajaibnya, empat makhluk disana sudah duduk manis dengan buku di tangan mereka masing-masing.

Luar biasa bukan?

Sangat!

Sehun menarik kursinya lalu mendudukan bokongmya disana. Menyeruput air mineral dalam gelasnya lalu menegakan punggungnya.

"Ada apa ini?" Tanya Sehun heran. Menatap Suzy yang hanya duduk manis di sampingnya lalu menaruh nasi di atas piring sehun.

"Silahkan makan." Ujar Suzy ceria. Meletakan segala macam lauk pauk di atas piring Sehun dengan wajah polosnya.

"Selamat makan." Gumamnya.

Sehun merasa otak bocah-bocah di depannya ini terbentur sesuatu yang keras hingga mereka melakukan ini semua.

Aneh saja bagi Sehun, mereka yang biasanya bertengkar bahkan hanya untuk memperebutkan sendok sekarang sangat akur dan jangan lupakan, Sehun yakin bahwa hidangan di atas meja ini hasil karya empat cocomong itu.

"Ini kalian yang membuat semuanya?" Tanya Sehun.

"Yap." Mereka menjawab serentak, menaruh sendoknya lalu meneguk air minum. Entah kenapa mereka jadi gugup sendiri.

"Ini sebagai ucapan terima kasih kami, karna Mr. Oh sudah mau membantu kami belajar." Ujar Jiyeon tulus. Berdiri dari kursinya lalu membungkuk sembilan puluh derajat di hadapan Sehun. Tentunya Suzy termasuk.

"Terima kasih." Ujar mereka bersamaan.

Dahi Sehun makin berkerut dalam, ini menjadi makin aneh pada pagi harinya untuk hari ini.

"Kami janji kami akan lulus tes besok." Baekhyun mengangkat jari kelingkingnya lalu menghadap Sehun. Menautkan kari kelingkingnya dengan jari kelingking Sehun.

Pinky promise?

Sehun menghela nafas lelah, pemuda remaja SMA masih melakukan hal menggelikan itu? Oh, Sehun tidak yakin mereka ini sudah duduk ditingkat akhir SMA.

"Tak usah janji. Buktikan saja." Ujar Sehun seraya menarik kembali tangannya.

Sehun akui ia cukup terkesan dengan anak didik dadakannya ini. Jika di sekolah, lebih tepatnya di kelas, mereka hanya melongo bagai orang bodoh di bangku mereka. Tapi sekarang atau beberapa hari belakangan ini? Mereka berubah menjadi manusia cerdas dalam satu hari. Luar biasa bukan?

Dan Sehun simpulkan bahwa cocomong itu hanya malas dan lebih tertarik dengan obrolan tak berguna mereka. Jika di kelas.

"Sekali lagi terima kasih." Ucap Chanyeol kali ini. Tulus. Mengambil sebuah paper bag dari bawah kursinya lalu memberikannya pada Sehun.

"Apa ini?" Dahi Sehun berkerut lagi. Tapi untuk menghargai Chanyeol dan jerih payahnya entah untuk apa, Sehun tetap mengambilnya.

Membuka bungkusan di tangannya lalu mengangkat sebelah alisnya, "jas?" Gumam Sehun heran.

"Yap." Jawab chanyeol.

"Dan ini dariku." Kini giliran Baekhyun, mengambil paper bag berukuran kecil bewarna putih dari bawah kursinya lalu memberikannya pada Sehun.

Lagi. Sehun menerimanya. Membukanya dan mengangkat isinya, "arloji." Gumam Sehun. Ada sedikit perasaa hangat yang menjalar dihatinya beberapa hari belakangan ini. Entah apa, Sehun tak tau.

"Dan ini spesial dariku." Jiyeon memberikan paper bag bewarna merah muda. Aw, perempuan sekali. Batin Sehun. "Aku tak tau itu pas atau tidak, tapiku rasa itu cukup keren untukmu." Ujar Jiyeon. Menghilangkan panggilan Mr. Yang biasa ia lakukan.

Sehun menerimanya. Lagi. Oh ayolah, ini bukan hari ulang tahunnya. Kenapa banyak sekali hadiah untuknya? "Lumayan." Gumam Sehun pelan. Yang suksesnya mendapat dengusan pelan dari pemberi hadiah.

"Aku tak tau apa motif kalian membelikan ini untukku. Tapi aku ucapkan terima kasih. Akan aku pakai." Ujar Sehun. Mengangkat paper bag di tangannya lalu tersenyum tipis.

"Mm.. Sehun." Panggil Suzy.

"Ya?" Sehun menyauti Suzy.

"Ini." Dan sekarang istri kecilnya ikut-ikutan memberikan hadiah? Sebenarnya ada apa?

"Aku tak meminta apa pun dari kalian. Lantas kenapa kalian memberikan semua ini padaku?" Tanya Sehun heran.

"Ucapan terima kasih kami." Jawab Baekhyun. Entah perasaan Sehun saja atau apa, tapi ia melihat ada raut kesedihan yang terpancar dari wajah pemuda itu.

"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya Sehun.

"Aku.." Baekhyun terdiam sejenak. Matanya sudah mengembun entah kenapa. Hidungnya juga memerah. "Aku hanya ingin memberikan itu untukmu. Selama seminggu di sini, dan tinggal bersamamu. Aku merasakan bagaimana kasih sayang seorang ayah. Entah kau sadar atau tidak. Tapi aku benar-benar nyaman berada di dekatmu. Aku merasa.. lengkap. Hiks." Isakan kecil lolos begitu saja dari bibir tipis Baekhyun. Kepalanya tertunduk dalam, ia tak menyesali hidupnya, hanya saja ia merasa sedih kadang-kadang.

"Biasanya  kami hanya tinggal berdua. Tanpa ayahnya mau pun ayahku. Kami sudah terbiasa tinggal di istana besar yang sunyi, meski pada kenyataannya banyak sekali pelayan yang berkeliaran di sana. Kami tetap merasa sunyi. Tapi semenjak beberapa hari ini, baru kami bisa nyaman di rumah ini. Meski hanya ada kita berlima setidaknya rumah ini terlihat hidup." Chanyeol bercerita panjang lebar.

"Jujur saja aku juga merindukan sosok ayah mau pun ibuku. Tapi mereka sibuk. Kami bertiga sudah terbiasa ditinggal sendiri, maka saat kami mendapat, setidaknya secuil perhatian darimu. Kami merasa kau bisa menggantikan sosok ayah yang kami rindukan. Maka dari itu kami bersikeras ingin menginap disini. Hiks.. hiks.." Jiyeon sesenggukan. Ia perempuan dan kalian tentu tau bagaimana perasaan perempuan bukan? Sangat amat teramat lembut.

**

Sehun terpaku di tempatnya, ia tak menyangka jika tiga manusia yang biasanya ceria itu juga menyimpan kesedihan yang teramat dalam. Nalurinya sebagai seorang suami dan calon ayah bangkit. Ia tau ia dingin dan terlihat datar. Tapi percayalah, Sehun itu juga manusia yang memiliki perasaan selembut sutra.

"Kami hiks.. kami hanya ingin memberi itu padamu agar kau memakainya. Kami ingin memberikan itu pada ayah kami yang sialnya sibuk setiap waktu. Hiks, kami membelinya dengan kerja keras kami sendiri. Hiks.. hiks.. " tangis Baekhyun tak dapat di cegah. Ia tau ini memalukan tapi apa dia salah jika ia juga menginginkan kasih sayang seorang ayah?

Chanyeol diam. Ini pertama kalinya ia melihat sepupu terbahagianya menangis sesenggukan seperti itu. Ia memang sering menangis bersama Baekhyun, tapi tidak sampai pada tahapan seperti ini. "Baek." Gumam Chanyeol. Ia juga merasa sedih sekarang. Bahkan matanya juga sudah berembun.

Sehun terdiam. Entah mendapat bisikan dari mana. Tangannya secara refleks terangkat dan mengusak kepala Baekhyun. Tersenyum kecil dan menatap dalam mata Baekhyun.

Baekhyun yang mendapat perlakuan seperti itu makin terisak. Sumpah demi apa, ayahnya tak pernah melakukan ini padanya. Ia selalu memimpikan hal seperti ini, dan Sehun yang ia katai manusia paling tak berperasaan abad ini melakukan ini padanya.

"Aku tak bisa menggantikan ayah kalian, tapi aku rasa aku bisa menjadi hyung dan oppa kalian." Ujar Sehun.

Dan sejak saat itu. Suasana ruang makan menjadi haru biru karna isak tangis anak-anak ramaja SMA itu.

Suzy bukan menangis karna itu, tapi karna ia merasa tidak berguna menjadi sahabat yang tak tau kesedihan sahabatnya sendiri. Ia merasa hanya menjadi sahabat yang ada saat sahabatnya senang saja. Dan Suzy tak suka itu.

"Hiks.. maafkan aku. Aku tak tau tentang kesedihan kalian." Isak Suzy. Meremas ujung bajunya lalu menunduk dalam.

"Hey.. tenanglah. Kenapa kalian menangis seperti ini hmm?" Ujar Sehun. Mengusak kepala Suzy lalu menghapus air matanya.

Sumpah demi apa, Sehun benar-benar merasa menjadi seorang ayah sekarang.

Dan keinginannya untuk menjadi seorang ayah sudah kembali memuncak. Matanya ikut berembun sedikit. Namun tak mungkin jika ia juga ikut bergabung dengan para remaja labil ini.

"Tuhan.. bisakah kau kabulkan satu keinginanku? Aku hanya ingin menjadi ayah yang sebenarnya. Ku mohon kali ini saja, kabulkan keinginanku untuk memiliki keluarga kecil yang lengkap."

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

DNDYP


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C60
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login