Baixar aplicativo
17.83% My Teacher My Husband / Chapter 33: Ch. 33

Capítulo 33: Ch. 33

"Bangkai!" Maki V. Mengambil buku paketnya lalu melemparkannya tepat di kepala Kai.

"Apa?!" Ujar Kai.

"Kau idiot!" Lagi. V kesal, benar-benar kesal. Bagaimana si Jong In bodoh ini bisa menjadi sangat bodoh hari ini. "Kebodohanmu menjadi berkali-kali lipat hari ini!" Dengus V.

"Haha." Respon menyebalkan Kai menjadi jawaban. Duduk dengan manis dan membuka buku paketnya. "Bisa kita mulai sekarang? Aku tak bisa lama-lama hari ini. Koreograferku bisa mengamuk padaku." Ujar Kai santai. Menatap bergantian pada Jiyeon dan juga V.

"Cih! Sok sibuk!" Sindir V.

"YA! Sudahlah! Aku ada latihan ballet hari ini." Jiyeon mulai mengamuk. Bangkit berdiri dari duduknya dan meninggalkan V serta Kai disana.

"Latihan ballet?" Ulang Kai. Menatap punggung Jiyeon dan hening beberapa saat. "Ballet ya?" Gumam Kai. Menjetikan jari heboh lalu mulai putar badan. "YA! Kau latihan ballet dimana?" Tanya Kai. Sedikit berteriak karna posisi Jiyeon yang memang sudah agak jauh dari mereka.

"Studio didekat taman kota!" Jiyeon balas berteriak.

"YA! Tunggu! Aku juga latihan disana." Teriak Kai. Mengemasi barang-barangnya lalu menyunggingkan senyuman manis untuk V.

"Kau telat selangkah abstrak!" Ledek Kai. Menyandang tasnya dan berlari mengejar Jiyeon.

"Hitam sialan!" Maki V. Membuang penanya entah kemana dan berteriak heboh. "Jungkoooooook calon istriku diculik!"

Begitulah bunyi teriakannya.

**

"Jiyeon. Tunggu!" Cegat Kai. Mencengkram pergelangan tangan Jiyeon dan membungkukan tubuhnya. Jalan gadis itu cepat sekali.

"Apa lagi?!" Heran Jiyeon.

"Kita berangkat bersama." Ujar Kai. Mengeluarkan kunci mobilnya dan menggiring Jiyeon menuju parkiran.

"Bersama apa maksudmu?" Tanya Jiyeon heran.

"Kita sama tujuan." Jawab Kai. Mendorong Jiyeon untuk segera masuk kedalam mobilnya, lalu melajukan ferari putih itu menuju tempat latihan mereka.

"Kau juga ikut ballet?" Tanya Jiyeon heran. Masalahnya, pria tulen seperti Kai ikut ballet? Yang benar saja! Ini lelucon.

"Mm yeah.. ibuku yang meminta." Kai mengendikan bahunya tak mau tau lalu memutar stir ke arah kanan saat tikungan menuju tempat latihan mereka.

"Kau cukup penurut dengan ibumu kalau begitu. Padahal tampangmu itu, bisa katakan berandalan!" Jujur Jiyeon. Mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik sesuatu.

**

Sehun mendeasah lelah. Melonggarkan ikatan dasinya dan menutup kedua matanya dengan lengan kekar miliknya. Rapat hari ini ada masalah. Perusahaannya hampir saja rugi berpuluh-puluh juta won. Jika saja tidak ada Joonmyeon, entah bagaimana nasibnya sekarang. Entah mayatnya sudah dijemur oleh papanya di tiang bendera besok.

"Kau tak seceroboh ini Sehun." Ujar Suho, Joonmyeon, sang sekertaris andalannya.

"Aku juga tidak tau. Aku bisa mati jika aku menyetujui hal tadi, papa akan menggantungku di tiang bendera sekolah dan menggelar pesta luar biasa mewah  tujuh hari delapan malam." Mengacak rambutnya frustasi hingga membuat Suho jadi gemas sendiri.

"Lain kali lebih teliti lagi. Kau tau? Banyak yang akan senang jika kau jatuh Sehun." Ingat Suho. Menepuk bahu Sehun dan meninggalkan ruangan pribadi Sehun.

Sepeninggalan Suho. Sehun menyandarkan punggungnya ke kursi di belakangnya. Memijit pelipisnya dan menghela nafas lelah. Ini hari terburuk dalam hidupnya mungkin.

Drrt.. drrt.. drrt

Ponselnya bergetar. Meraih banda pipih itu dan melihat layarnya.

"Si buluk itu kenapa menelfonku malam-malam begini? Tidakkah dia tidur?" Gumam Sehun.

Menggeser icon berwarna hijau dan menempelkan pada telinganya. Mungkin mengganggu si buluk bisa mengembalikan semangatnya.

"Kenapa kau menelfon?" Tanya Sehun tanpa ada basa-basi.

"Ku pikir aku akan dapat sapaan manis seperti 'ya? Kau merindukanku?' Minimal kata 'halo'." Sindir Suzy. Mencebikan bibirnya dan memandang kuku-kuku indahnya.

"Mimpi saja kau sana!" Ujar Sehun sarkatis.

"Kau manusia atau bukan hah?" Teriak Suzy kesal.

"Aaah, atau kau menelfonku malam-malam begini karna selingkuhanmu sudah tidur?" Tuduh Sehun.

"Apa kau begitu ingin mendengar makianku?" Tanya Suzy. Kesal tentu saja.

"Lalu apa lagi?" Ujar Sehun. Diam-diam ia tertawa geli saat ini. Menyenagkan juga.

"Ayahmu menelfonku untuk menyuruh kita segera kerumahnya." Ujar Suzy.

"Kombinasi kata yang bagus. Mu tambah ku menjadi kita? Boleh juga." Sehun bertele-tele lagi.

"YA!! Aku serius! Cepat jemput aku Sehun!" Suruh Suzy. Ia sudah bersiap-siap dari tadi. "CEO brengsek sepertimu sibuk sekali. Ku telfon sedari tadi nomormu tak aktif."

"Manis sekali ucapanmu sayang." Ujar Sehun. Bangkit dari duduknya, meraih jas kantor yang ia lemparkan ke sofa di ujung sana, dan mengambik kunci mobil di kantong celananya.

"Tentu saja. Ingin dengar yang lebih manis?" Tawar Suzy. Terkekeh diujung sana dan Sehun benar-benar merasa bahwa lelahnya menguap entah kemana.

"Mulutmu perlu dimasukan dalam kelas private sopan santun." Ujar Sehun.

"Y-" Ocehan Suzy terhenti saat Sehun memutuskan telfonnya secara sepihak.

Tentu saja. Suara Suzy itu melengking, mengganggu pendengarannya. Apalagi jika gadis itu berteriak.

**

"Yak! Manusia kurang ajar itu semena-mena sekali padaku." Gerutu Suzy. Memandang layar ponselnya yang sudah menggelap tadi. "Tumben sekali ayah menyuruhku dan si flat kerumahnya malam-malam begini." Gumam Suzy.

Mengendikan bahu lalu berjalan menuju pintu utama. Menyandang tas biru tuanya dan merapikan lagi dressnya. Suzy itu 'perempuan sebenarnya' jika sedang menggunakan pakaian seperti itu.

Benar-benar perempuan.

Tiiit.. tiiit.. tiiit..

"Sebentar." Teriak Suzy dari dalam rumah mewahnya.

Tiiit.. tiiit.. tiiit..

"Manusia itu apa tak bisa sabar sedikit saja?!" Marah Suzy. Membanting pintu lalu menguncinya. Berbalik badan dan sudah mendapati Lamborghini venano milik Sehun disana.

"Apa kau tak bisa sabar, hah?" Dengus Suzy. Menghempaskan punggungnya ke kursi dan melipat tangannya didepan dada.

Tiiit.. tiiit.. tiiit..

"Tidak! Kau lelet." Ujar Sehun. Pelan. Perlahan. Namun menusuk. Melajukan mobilnya dan mengabaikan Suzy yang sedang bercemberut ria di sebelahnya.

"Ngomong-ngomong selingkuhanmu sudah pergi?" Tanya Sehun seraya melirik spion mobilnya. "Bisa saja dia mencuri aset berhargaku." Gumam Sehun pelan.

Bugh!

"Akh. Sakit. Hentikan!" Pinta Sehun. Mendesis perih saat tas Suzy mengenai pelipis mata kanannya. Oh tas terkutuk! Bathin Sehun.

"Aku tak punya selingkuhan jerk!" Geram Suzy. Menyipitkan matanya pada Sehun dan kembali mem-

Bugh.

Akh.

-ukul Sehun dengan brutal.

"YA!! Hentikan! Sakit." Ujar Sehun. Menginjak rem secara mendadak dan menegapkan tubuhnya. "Kau ingin kita mati muda?!" Seru Sehun. Menghembuskan nafas lelah dan kembali melajukan mobilnya.

"YA!! KAU YANG MULAI. SELINGKUH SELINGKUH APA KATAMU?! ATAU KAU YANG SELINGKUH HAH?!" Suzy berteriak heboh. Masa bodoh dengan teriakannya yang akan terdengar orang lain. Ia tak peduli.

"Eh,, upik abu! Tak usah berteriak. Pendengaranku masih sangat baik idiot!" Ujar Sehun. Melirik Suzy dari ujung matanya dan kembali acuh tak acuh.

"Masa bodoh!" Balas Suzy tak mau tau.

**

"

Anda sudah ditunggu tuan besar di dalam, tuan muda." Ujar salah seorang maid yang berjejer di depan pintu utama.

Membungkuk hormat untuk menyambut kedatangannya dan juga Suzy tentu saja.

"Heh.. buluk. Berjalan di sampingku!" Suruh Sehun. Tak mempedulikan para maid yang melihat mereka saat ini.

"Tidak. Selingkuhanku bisa marah." Jawab Suzy santai. Memperbaiki letak tasnya dan berjalan mendahului Sehun. Tersenyum ramah saat beberapa maid tersenyum padanya dan menyapanya.

"Cih. Yang punya rumah entah siapa. Yang masuk duluan entah siapa." Ujar Sehun. Sedikit mengeraskan suaranya agar Suzy dapat mendengar sindiran manisnya.

"Aku tak dengar." Seru Suzy. Sedikit berlari saat sudah melihat ayahnya, mertua tampan yang sedang duduk di ujung sana.

"Bertengkar lagi?" Tanya Siwon. Mertua tampan, sekaligus ayah kandung Sehun.

"Manusia tak berekspresi itu mencari gara-gara denganku." Adu Suzy. Duduk disamping mertuanya dan mencibir Sehun yang sedang berjalan santai. Stay cool pria datar itu memang luar biasa.

"Bertengkar itu sumber kebahagiaan rumah tangga, Pa." Ujar Sehun santai. Duduk di single sofa seraya menaruh kaki kiri diatas kaki kanannya.

"Cih. Yang punya rumah siapa. Yang berlagak boss siapa?!" Sindir Suzy terang-terangan.

"Abaikan anak kodok yang terus bernyanyi." Balas Sehun. "Apa kakak kurang ajarku datang juga?" Tanya Sehun menatap pria tampan di depannya ini.

"Ya. Dia sedikit terlambat." Jawab Siwon.

"Siapa?" Tanya Suzy.

"Kau dalam masa pengabaian." Ujar Sehun. Melempar Suzy dengan bantal sofanya.

"Ih. Kau men-"

"Maaf aku terlambat." Sela seseorang. Masuk dengan wajah tampannya dan juga berjalan santai bak di karpet merah.

"Hah?" Suzy tercengang. Menunjuk orang didepannya yang sedang tersenyum tipis amat teramat tipis.

"Mr. Wu?"

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

HAVE A NICE DAY

DNDYP


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C33
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login