Bledum
Suara ledakan terdengar cukup nyaring dan mengganggu, Elliot menatap ke arah ranjang di mana gadis bersurai merah itu terbaring. Ia akan meminta maaf pada gadis itu nanti, tetapi saat ini ia harus membuat Diego lolos dari tempat yang akan menjadi medan perang.
Diego juga melihat tiga ular yang sudah berada di atas ranjang mencoba melindungi sang Gadis. Ia tidak sebodoh itu untuk menembak ular-ular itu agar menjauh dari Felica. Elliot tahu jika pawang ular itu juga pasti berada di sini.
"Aku akan kembali." Elliot berbalik dan keluar dari kamar.
Kepergian Elliot membuat seseorang yang berada di ruangan itu keluar dengan leluasa. Seorang lelaki memakai tudung dan topeng terlihat mendekati ranjang. Lelaki itu terdiam sejenak lalu mengepalkan kedua tangannya, dengan cepat ia menekan earpeice di telinganya.
"AG, lantai tiga ruangan kelima," ucap lelaki itu sambil membuka topeng di wajahnya.
Braaakkk
Prankkkk
Alucard memasuki ruangan yang di tempati Felica melalui jendela, sedangkan Nero , Xavier dan Vicente mendobrak pintu ruangan hingga hancur.
"Moe!" Alucard langsung saja menghampiri tubuh Felica yang tertutup selimut.
"Singkirkan ular-ularmu itu, White!" protes Xavier, White menyuruh para ularnya untuk menyingkir.
Bau anyir menyeruak saat Alucard membuka selimut di tubuh Felica. Xavier jatuh terduduk melihat kondisi tubuh Felica yang mengenaskan, Vicente dan Nero bahkan hampir lupa untuk bernapas. Sedangkan White langsung saja berlari ke arah jendela yang pecah dan memerintahkan para ularnya untuk mulai menyerang.
"SAM! BUNUH MEREKA SEMUA!"
Terlihat ular raksasa berwarna hitam bergerak dengan cepat dan mulai menghempaskan ekornya untuk menyerang para mafioso Salvador.
"Rury, temukan siapa pun yang melakukan hal keji ini pada Felica!" titah White, ular Anaconda albino itu mendesis lalu pergi keluar ruangan.
Alucard memeluk tubuh Felica yang tidak bergerak sama sekali, tubuhnya gemetar merasakan perasaan takut akan kehilangan gadisnya. Gadis itu sedikit menggerakkan jemarinya, ia mendengar suara Alucard dan yang lainnya.
"A-lu-card," panggil Felica.
"Mengapa kau tidak melawan?!" bentak Alucard sambil memeluk Felica erat-erat.
"Karena aku tahu kau akan datang untuk menolongku," jawab gadis itu terdengar parau.
"Bodoh! Bagaimana jika kau mati!" suara Alucard terdengar pilu Alucard membuka kain penutup mata Felica.
"Aku percaya padamu, kau pasti datang menolongku sebelum aku mati," jawab Felica lirih.
"Dan kalian semua, kalian ... menyayangiku ... bukan?" tanya Felica, tatapannya begitu kosong membuat Alucard dan yang lainnya benar-benar ingin membuat tempat itu menjadi neraka untuk Salvador.
"Tentu saja kami menyayangi dan mencintaimu, Lica," jawab Xavier sambil menggenggam tangan Felica.
"Kalau begitu ... bisakan kalian membunuhku setelah aku tertidur?" perkataan Felica membuat mereka yang berada di sana membeku.
"Aku sudah berusaha keras untuk menjaganya ... tetapi ... aku kehilangannya. Aku mohon ... bunuh aku." Air mata Felica membuat hati mereka terasa sakit.
Gadis itu menangis, gadis itu putus asa, gadis itu telah kehilangan harta berharga miliknya. Ia bisa melawan, tetapi ia percaya jika mereka berlima akan datang kepadanya. Ia terlalu percaya hingga tidak waspada dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
"Tidak ... tidak ... kami tidak akan membunuhmu. Kami akan menolongmu, Lica. Kami akan menolongmu!"
Xavier membuka eyepatch miliknya, mata humanoid miliknya bergulir ke segala arah
Xavier membuka eyepatch miliknya, mata humanoid miliknya bergulir ke segala arah. Ia tidak akan membiarkan Salvador mati dengan tenang. Lelaki bersurai putih itu langsung saja keluar ruangan diikuti Nero. Vicente mendekati Felica yang sudah tidak sadarkan diri, ia melihat banyak luka sayatan di tubuh gadis manisnya itu.
"Felica sayang, kau tidurlah dengan nyenyak. Aku akan membunuh mereka untukmu," ujar Vicente yang langsung mengecup kening Felica.
"AG, sebaiknya kau kembali membawa Felica ke mansion. Aku akan menyuruh Nero untuk merawat Felica dan ... membuat Felica tidak ingat kejadian hari ini," lanjut Vicente sambil mengambil katana di pinggangnya.
Alucard mengangguk, ia langsung saja keluar dari ruangan melewati jendela dengan melompat dari balkon dengan membawa tubuh Felica. Vicente merenggangkan otot-otot tubuhnya lalu menyeringai.
"Berani sekali mereka menyentuh Felica."
Vicente menoleh ke arah White yang sedari tadi hanya diam tidak bergeming dari tempatnya.
"Lebih baik kau lebih berguna di sini, White. Karena aku tidak akan segan-segan menghabisi mereka semua bersama dengan ular-ular milikmu."
Vicente langsung saja berlari keluar, ia akan mencari Nero untuk mengobati Felica. Karena tidak ada yang boleh menyentuh Felica selain mereka berlima. Selama ini mereka terus menjaga Felica, bahkan sakit pun Nero yang akan mengobatinya. Sudah beberapa kali Felica hampir mati terbunuh karena orang asing, karena itu mereka tidak akan membiarkan siapa pun mendekati Felica.
Mereka mengetahui jika mereka memang dicuci otak oleh Papa untuk terus berada di sisi Felica. Gadis itu tidak mengetahui apa-apa tentang keluarganya, sebisa mungkin mereka tidak ingin Felica tahu dan berakhir dengan melarikan diri karena takut.
"MAGE!" panggil Vicente yang terlihat sedang bertarung dengan banyak mafioso ditambah terhalang oleh ular-ular milik White.
Lelaki bertopi itu menoleh sekilas, ia sedang fokus untuk mengejar Xavier yang sedang mengamuk. Membunuh para mafioso teman atau lawan, itulah yang dilakukan Xavier saat ini.
"Kembali bersama AG, biarkan aku yang mengurus Wild bersama White!" pintanya, Nero kembali menoleh dan melihat Alucard yang berlari sambil membawa tubuh Felica.
"White, singkirkan ular-ularmu. Mereka datang!" lanjut Vicente saat melihat para Eksekutif menengah yang baru saja tiba.
White langsung saja memerintahkan para ularnya untuk menyingkir, ia harus menyingkirkan Sam yang sudah terluka karena beberapa tembakan yang mengenai tubuhnya. Nero langsung saja berlari menuju Alucard, tidak ada waktu untuk menghajar para mafioso itu. Ia harus menyelamatkan Nona tercintanya terlebih dahulu, membalas mereka mudah jika Felica sudah dinyatakan selamat.
DORRRR
DORRRR
DORRRR
Rentetan tembakan terdengar dari machine gun milik Candy, lelaki itu kembali menyeringai kala banyak mafioso mati karena tembakan beruntun miliknya. Di sampingnya terdapat Bear yang sedang mengokang senjata api miliknya sambil membakar sebuah rokok.
"Habisi mereka," perintah Alucard pada semua para mafioso Roulette lewat earpiece miliknya.
"Roger that!" jawab para Eksekutif menengah dengan serentak.
Didekapnya tubuh Felica yang mulai mendingin, ia takut jika gadis itu meninggalkan dirinya. Membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai di mansion milik Nero, dengan cepat Alucard keluar dari mobil dan berlari memasuki mansion.
"Jangan membuatku menjelaskannya pada kalian!" kata Nero menghubungi para asistennya.
Beberapa orang berjubah putih datang dengan membawa ranjang operasi, Felica direbahkan di atas ranjang atas permintaan Nero pada Alucard yang enggan melepaskan gadisnya itu. Nero langsung saja melakukan tugasnya, membersihkan luka-luka goresan pada seluruh tubuh Felica.
Lelaki itu mengumpat saat mendapati luka tusukan di paha gadis itu, Felica bisa mati jika tidak segera ditangani. Tangannya jeli saat membersihkan semua luka di tubuh Felica, darah masih mengalir pada luka tusukan di bagian paha. Menjahitnya tidaklah sulit untuk Nero, akan tetapi ia harus menghilangkan bekas jahitan itu atau Felica akan mengingat kejadian apa yang telah terjadi.
Beruntung Felica memiliki DID yang dapat membuat gadis itu tidak akan mengingat kejadian yang membuatnya syok berat. Jadi, ia pun tidak perlu mencuci otak gadis itu dengan cara yang mengerikan.
"Mage, Nona Felica kekurangan darah," lapor salah satu asistennya saat mengecek tensi darah gadis itu.
"Ambilkan stok darah B+, tetap pertahankan kondisinya. Akan sangat berbahaya jika Nona Felica terbangun saat-saat seperti ini," jawab Nero dan semua asistennya pun mengangguk paham.
Alucard hanya mengamati Nero yang sedang bertugas menyelamatkan nyawa Felica. Ia dapat melihat berapa luka sayatan di tubuh gadisnya.
"Berapa banyak?" tanya Nero pada Alucard.
"89 sayatan dengan 1 luka tusukan dan tembakan yang sedikit mengenai pahanya," jawab Alucard datar Nero mengangguk mengerti.
"Kau mendengar itu, Wild?" tanya Nero lewat earpieace yang masih menggantung di telinganya.
"Jangan banyak bicara, selamatkan Lica atau kau ingin aku menghancurkan seluruh tubuhmu!" balas Xavier, Nero hanya terkekeh mendengar ancaman dari adiknya itu.
"Sudah aku lakukan, kau hanya perlu menghabisi mereka semua. Ya, walaupun para petingginya sudah pasti melarikan diri," jawab Nero yang mulai memakaikan obat pada seluruh luka di tubuh Felica.
"Aku sudah melapor pada Papa, setelah selesai Papa ingin mengadakan pertemuan seluruh anggota Roulette. Tetapi, ia ingin melihat keadaan Felica terlebih dahulu, aku sarankan kau tidak menutupi apa pun pada Papa, Mage," kata Vicente di seberang sana.
"Aku tahu," jawab Nero sambil membalut perban pada luka tusukan di paha Felica.
"Kau harus menghilangkan semua bekas luka itu, Nero!" desis Alucard, Nero yang merasa atmospir di ruangan itu semakin berat mencoba untuk berdehem.
"Tanpa kau perintah pun aku akan melakukannya."
***