Baixar aplicativo
7.69% My Vampire Hubby || (BTS) / Chapter 2: 01: Save me

Capítulo 2: 01: Save me

I want to breathe, I hate this night. I want to wake up, I hate this dream. I'm trapped inside of myself and I'm dead.

Don't wanna be lonely. Just wanna be yours

- BTS

__________________________________________________

Taehyung masuk ke dalam sebuah club baru baginya. Hoseok mengekor dari belakang. Mereka baru saja mendapat pesan bahwa kelompoknya telah berkumpul di club ini. Taehyung boleh mengakui bahwa club ini juga tidak kalah keren dengan tempat biasa mereka berkumpul namun ia juga setuju bahwa sangat bosan selalu menghabiskan malam minggu di club itu hampir belasan tahun.

Mereka masuk kedalam ruang VIP. Belum begitu malam sehingga mereka akan berkumpul terlebih dahulu di ruangan ini untuk menyegarkan diri menyantap minuman favorit mereka.

"Taeee Hyung, J-hope Hyung!!!", sambut seorang pria dengan pakaian serba hitam, rambutnya ia biarkan panjang dan tidak rapih, ia memeluk Taehyung dan Hoseok secara bergantian.

"Kapan kau kembali kook?", tanya Taehyung pada pria bernama Jeon Jung Kook

Hoseok memiliki nama lain yaitu j-hope sehingga ia dapat membedakan dirinya ketika bersama sesamanya atau dengan manusia lainnya.

Lelaki lain yang sedang sibuk dengan minuman digelasnya. Minuman itu terlihat segar di mata Taehyung. Warnanya merah membara dan juga kental. Kilatan mata Taehyung semakin terang.

"Apa kau tidak akan menyapa Hyungmu lebih dulu?", tanya lelaki yang memegang gelas dengan wajah yang mendekati kesempurnaan.

Matanya tidak menyiratkan ketajaman seperti milik Taehyung, bibir merah dan tebal. Wajahnya tampan dengan letak yang sempurna.

"Annyeong Jin Hyung. Bisa tidak aku mencicipi milikmu?", Tae mengerang.

Jin menjauhkan gelasnya, "aniyooo... Kau sudah terlalu banyak diberi kelonggaran".

"Ayolah Hyuuunggg. aku mauuuu", sifat manja Tae keluar begitu saja namun ia duduk dengan tegap setelah suara lelaki yang baru saja membuka matanya berdeham.

"Hai Nam Joon Hyung", sapa Taehyung, sedikit bergetar karena merasa tertangkap basah.

"Akhirnya kita berkumpul semua", lelaki tinggi bernama Kim Nam Joon itu berdiri menyapu seluruh ruangan dan memicingkan matanya, "Arghh!!! kemana lagi Park Ji Min?", ia menghembuskan nafasnya dengan gusar. Pasalnya ia tahu bagaimana sifat anggota bernama Park Ji Min itu.

"Perhatikanlah bosmu itu Tae", ujar Jin.

Taehyung memanyunkan bibirnya merasa disalahkan setiap kesalahan yang lelaki itu lakukan.

"Biarkan aku minum lebih dulu dan mencarinya nanti. Aku sangat lelah di cafe seharian tadi Hyung", protesnya.

Nam Joon mengangguk lalu ia mempersilahkan Taehyung mengambil gelas bagiannya. J-hope sudah menikmatinya sedari tadi.

Ruangan ini dipenuhi enam lelaki tampan dengan gayanya masing-masing. Kim Nam Joon adalah ketua bagi kelompok mereka. Ia selalu berusaha bersikap tenang dan menyembunyikan kepanasan dirinya dengan baik. Semua menghargainya bahkan seseorang yang lebih tua dari dirinya yaitu Kim Seokjin yang biasa mereka panggil dengan sebutan Jin. Nam Joon menyibukkan diri dengan berbagai macam keperluan bagi anggota yang ia anggap sebagai keluarga selama ratusan tahun ini.

Sedangkan Jin memilih menjadi aktor terkenal karena ketampanannya yang membuatnya mudah menjadi artis di Korea baru-baru ini. Awalnya Nam Joon menentang namun Jin benar-benar tidak dapat dihentikan.

Taehyung memilih untuk menjadi barista. Ia tidak menyukai pekerjaan yang terlalu membuatnya pusing. Bekerja dibawah naungan Park Ji Min adalah hal yang tepat karena mereka berdua sangat dekat. Taehyung tidak ingin Park Ji Min melakukan hal yang tidak-tidak sehingga ia senantiasa menjadi orang yang dapat dipercaya bagi bosnya itu. Selain itu Jimin adalah orang yang membawanya bertemu dengan keluarga ini. Bagi Taehyung membalas kebaikan seorang Park Jimin adalah suatu keharusan.

Taehyung iri melihat hanya dirinyalah yang meminum minuman yang sangat amat biasa ini. Sedangkan J-hope sangat bersemangat. Itu terlihat matanya berubah warna menjadi merah. Semua orang diruangan ini kecuali dirinya bermata merah karena minuman yang kuat. Sedangkan Taehyung harus mengalah karena minggu lalu ia benar-benar tidak dapat dihentikan dan membuat Nam Joon hampir saja menerkamnya.

"Sudahlah Hyung. Nikmati saja. Kita menikmati ini hanya satu minggu sekali", ucap Jung Kook sembari menukar gelasnya dengan gelas yang berisi seperti Taehyung.

Taehyung kembali menenggak minuman yang membuatnya bosan setengah mati.

"Kemana Yoongi?", tanya Taehyung.

"Kau fikir ia akan disini? malam purnama adalah gilirannya untuk tidur hahaha", jawab J-hope. Ia sangat tahu bahwa anggota keluarganya yang satu itu adalah yang paling malas melawan dirinya sendiri sehingga ia memilih untuk berlindung dibawah atap rumah mewah mereka.

Nam Joon melihat jam tangannya, "Tae. carilah Jimin. Aku tidak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi padanya. Dia belum pulih betul", ujar Nam Joon dengan tegas membuat para donsaengnya mengangguk.

"Aku akan menemani Tae hyung", sahut Jung Kook setelah menenggak habis gelasnya.

"hati-hati Kook", ucap Jin.

Dua lelaki tampan itu keluar dari ruangan dan segera mengedarkan pandangannya ke setiap sudut club. Mereka turun ke lantai dansa yang terdapat beberapa orang. Taehyung menatap ke arah Jung Kook.

"kau bisakan?", tanyanya memastikan.

Jung Kook memang orang yang paling santai dengan manusia setelah Taehyung dan Hoseok. Walaupun matanya sudah berubah menjadi merah tapi ia tetap hebat menahan dirinya. Kalau itu Taehyung pasti ia sudah menggila.

Mereka berpencar untuk mencari lelaki bernama Park Ji Min yang sering sekali membuat Nam Joon ketar-ketir. Itu mengapa ia tidak diizinkan memiliki karir yang mencolok dan harus mengandalkan Taehyung seumur hidup sebagai tangan kanannya.

Taehyung mencari dengan baik-baik. Tidak banyak manusia disini seperti permintaan Nam Joon pada pihak club namun club tidak dapat menurutinya secara total sehingga masih ada segelintir manusia menari dilantai dansa.

Taehyung terkejut menatap wajah yang tidak asing baginya yaitu Sa Ra yang sedang asyik menari dengan seorang yang berbahaya baginya menurut Taehyung. Karena lelaki itu sepertinya mabuk dengan wajahnya yang sangat tampan.

Sa Ra merasa ia ditarik oleh seseorang. Ia berusaha melepaskan genggaman itu namun malah semakin kuat. Ia mengerjapkan matanya yang penglihatannya sedikit mengabur akibat pengaruh alkohol.

"Taehyung Oppa? omo... Kenapa kau ada disini?", ujarnya menebarkan senyuman girang.

"Sedang apa kau disini?", Taehyung sedikit khawatir dengan keberadaan Sa Ra karena Jimin masih belum ketemu, "sebaiknya kau pulang!", perintahnya pada Sa Ra yang tidak dapat mendengar dengan baik.

"tidak mau ah. Nanti saja".

"tidak tidak. Kau harus pulang", Mata Taehyung membulat saat ia ingat bahwa, "Apa Hye Jin juga ada sini? Soo Jin?".

Sa Ra menggelengkan kepalanya, "Soo Jin sudah pulang karena lelah. Hye Jin?", Perempuan berambut panjang hingga pinggang itu celingukan, "Aku tidak tahu hehe".

Taehyung merasa pikirannya sudah meracau entah kemana. Ia menarik Sa Ra keluar dari club. Perempuan yang sudah lemas itu hanya mengikuti tarikan Taehyung. Taehyung menarik Sa Ra sembari mengeluarkan handphonenya dan mencoba untuk menghubungi Hye Jin.

Setelah berhasil memaksa Sa Ra masuk kedalam taksi dan memerintahkan supir taksi untuk mengantarnya hingga rumah. Taehyung tetap berusaha menghubungi Hye Jin namun selalu gagal karena nomornya tidak aktif. Ini bukan pertanda baik karena biasanya perempuan itu selalu mengangkat telfonnya pada dering ke dua atau bahkan pertama.

Taehyung menghempaskan nafas kesalnya. Ia juga bisa merasakan bahwa Jimin tidak berada disana karena ia dapat mencium aroma Jimin dimanapun. Udara dingin diluar sama-sekali tidak menusuk kulit Taehyung. Hal itu membuat beberapa orang melihat karena pasalnya Taehyung lupa menyampirkan baju dinginnya seperti manusia normal.

Ia buru-buru kembali ke dalam club. Ia bertemu Jung Kook yang sama tersengal sepertinnya.

"Aku tidak mencium bau Jimin sama sekali disini".

"Firasatku buruk Hyung", ujar Jung Kook merasa ketegangan merambat ke tubuh keduanya.

***

Hye Jin membuka matanya dengan berat. Yang ia ingat bahwa terakhir kali ia sedang menatap sesuatu yang memukau. Hye Jin merasakan pening di kepalanya. Saat ia membawa tangannya hendak menyentuh kepalanya, Ia teriak karena tangannya tertutup balutan perban dan merasakan tangannya terasa sakit.

Matanya menatap ke sekeliling. Ia terasa asing dengan kamar yang terlihat sangat mewah ini. Ranjang yang ia tempati juga sangat besar dan lembut. Hye Jin menggigit bibir bawahnya dan mengecek tubuhnya yang terbalut selimut. Ia menghela nafas karena pakaiannya lengkah hingga dalam. Namun ia masih tidak mengingat bagaimana mendapatkan luka ditangannya hingga banyak bercak darah pada perban itu.

Hye Jin tidak merasakan sensasi alkohol namun saat ia berdiri ia lemas sekali. Hye Jin berusaha merambat, meraih benda apapun yang bisa membuatnya keluar dari kamar ini. Hye Jin bingung dengan jejak darah hingga ke sebuah ruang kecil. Sepertinya ini adalah Hotel.

Seorang lelaki sedang menikmati segelas minuman yang membuat Hye Jin penasaran. Lelaki itu melihat ke arahnya, Hye Jin ingat terakhir ia lihat warna mata itu berwarna dingin namun sekarang berwarna merah.

"Siapa kau?", Tanya Hye Jin lalu ia menyandarkan dirinya pada dinding dibelakangnya.

Lelaki itu menyeringai, deretan gigi putih yang ternodai oleh bercak merah dan juga dua buah taring yang membuat Hye Jin bingung.

"Ku fikir kau tidak mungkin bangun lagi tapi sesuai harapanku kalau begitu".

Lelaki itu menaruh gelas berisi sesuatu yang Hye Jin pikir mungkin dirinya gila jika menerkanya bahwa itu adalah darah miliknya. Tapi mana mungkin seseorang meminum darah dengan gelas kristal seperti itu. Sosok yang memiliki rambut berwarna merah itu berdiri, ia menyibak rambutnya dan mendekat ke arah Hye Jin yang menatapnya dengan lekat.

Ia menyusuri wajah Hye Jin dengan jari telunjuknya, "Kau sangat kuat. Tidak ku sangka".

"Apa sih maksudmu? Siapa kau?", Hye Jin menggunakan sisa tenaganya untuk melotot dan membentak lelaki yang sekarang berdiri sangat dekat dengannya.

"Kau Lee Hye Jin bukan? Aku Park Ji Min. Dan sekarang kau adalah milikku".

"Ha?".

Lelaki yang mengaku bernama Park Ji Min itu meraih tangan Hye Jin yang dibebat perban lalu ia membukanya secara perlahan, darah mulai menetes kembali dan Hye Jin merasakan perih. Dengan cepat Jimin menjilat darah yang mengalir itu dan menatap ke arah Hye Jin yang benar-benar terkejut merasakan lidah Jimin menyentuh kulitnya. Namun tidak hanya itu, Jimin terkejut karena darahnya masuk kedalam bibir Jimin yang terlihat sangat menikmatinya.

"Tunggu... jadi digelas itu benar-benar darahku? dan kau meminumnya?", Hye Jin masih tidak mempercayai matanya sendiri.

"panggil aku Jimin dan kau tidak perlu banyak bertanya", kilatan merah dimatanya membuat nyali Hye Jin menciut.

Jimin sekarang merengkuh Hye Jin dan membawanya ke dalam gendongannya.

"Apa-apaan sih kau ini? Turunkan aku".

"tidak mungkin", Senyuman Jimin memenuhi tatapan Hye Jin yang ia bawa kembali ke dalam kamar.

Hye Jin terlalu lemas untuk melawan.

Jimin sangat harum namun Hye Jin tetap bisa mencium aroma darah pada lelaki ini.

"Sebenarnya kau ini siapa?", Hye Jin hampir menangis saat Jimin meletakkan dirinya diatas kasur kembali.

Jimin menatapnya, "seharusnya aku yang harus bertanya padamu. Mengapa harummu begitu membuatku gila dan mengapa darahmu begitu manis".

Hye Jin mulai memproduksi air bening dimatanya yang sudah mulai memerah, "Jadi kau mengambil darahku untuk meminumnya dan membuatku lemas seperti ini?".

Jimin menggenggam tangan Hye Jin, "Aku sudah lama menunggumu. Ku fikir itu hanya dongeng namun aku percaya dengan apa yang Edward rasakan".

Batin Hye Jin menjerit, Siapa lagi itu Edward, Ya Tuhan. Siapapun selamatkan aku dari sini.

Jimin menarik selimut dan menyelimuti Hye Jin, "istirahatlah dan jangan coba-coba kabur. Setelah kau sudah pulih kita akan membicarakan ini".

Punggung itu pergi meninggalkan kamar dan menutup pintu. Hye Jin benar-benar menangis, ia merasa terjebak disini bersama manusia aneh seperti Jimin. Namun beberapa menit kemudian ia tertidur pulas karena terlalu lemas.

Jimin merasa puas dengan dirinya kali ini. Ia berhasil melarikan diri dan tidak mendengarkan fikiran-fikiran saudaranya mengenai dirinya. Ia akan pulang setelah mendapatkan apa yang ia mau. Yaitu Lee Hye Jin.

*

*

*

*

*

*

> To Be Continued<


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
jmnchrstn jmnchrstn

Wohooo... terima kasih yang sudah vote di Intro.

Ini adalah episode satu. Selamat membaca.

jangan terburu-buru membenci Jimin yaa haha

Jangan lupa Vote dan Comment yaa!!! thankyou guys

Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C2
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login