Gubuk sederhana!
Ketika mendengar ia mengucapkan kata itu dengan nada menghina, aku merasa sedih.
Meskipun rumah tempat sang pelayan tinggal memang gubuk sederhana dibandingkan dengan kamar tidurnya yang mewah, seharusnya ia perlu begitu menghina.
Saat masih bergulat dengan pikiranku sendiri, ia telah membawaku ke sebuah kamar samping yang hanya berjarak satu pintu dari kamarnya.
Begitu sampai di kamar utama, ia membaringkanku ke ranjang sembari menatapku, "Mulai hari ini, kamu akan hidup di bawah mata Yang Mulia ini."
Setelah mengatakannya, ia tidak banyak menatapku, lalu bergegas berbalik dan pergi.
Segera, kamar ini benar-benar sunyi. Aku mendengar ia kembali ke kamar sebelah dan sepertinya tidak berlatih lagi.
Aku mendapati tubuhku sudah bisa kembali bergerak. Dengan begitu, aku berbalik, meringkuk di ranjang yang dingin dengan wajah sisa air mata.