Keburukan terbesar dari bangunan asrama kami adalah keamanannya yang tidak ketat. Selama kami tidak melapor pada penjaga pintu di bawah siapa pun bisa masuk, seperti lelaki bodoh yang datang kemari saat ini.
Melihat Anyi yang meminta bantuan, aku tidak bisa hanya berdiam diri. Dengan segera aku menarik lelaki itu menjauh dan menatapnya dengan tajam, "Bisakah kamu melepaskannya? Ini adalah asrama perempuan."
Saat Anyi sudah menemukan penyelamatnya, ia bergegas bersembunyi di belakangku. Sangat jelas terlihat ia begitu ketakutan.
Aku berusaha mengatakannya dengan sopan dan tidak ingin lelaki itu merasa tidak dihargai. Tetapi ia justru mendorongku dengan kasar menggunakan satu tangan dan menarik tangan Anyi menggunakan tangan yang satunya.
"Pergi!" Anyi menangis dan terus berusaha mendorong lelaki itu, tetapi sialnya lelaki itu tidak bergerak sama sekali.