"Waaaaah this is awesome!"
Ini luar biasa!
Velina memandang tak percaya dunia digital dihadapannya. Kedua tangannya terulur ke depan, mencoba meraih hal-hal yang tidak nyata.
"Grafik desainnya keren banget! Pantas saja beberapa orang di atas sana tak mandi selama beberapa hari! Hahaha" Velina masih memandang tak percaya, dia tersenyum senang sekali, mengetahui dia termasuk orang pertama yang akan mencoba versi beta ini.
Mickey menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Kami membuat dua versi, yaitu versi simulasi dan versi dunia nyata. Versi simulasi, kita bisa bermain di dalam ruangan. Sementara untuk versi dunia nyata, permainan akan berintegrasi dengan sekeliling kita." Mickey menerangkan.
"Yang sedang kamu lihat sekarang ini adalah versi dunia nyata. Makanya gambar-gambar digital dan apa yang kamu lihat dengan matamu di dunia yang sebenarnya seolah menyatu," ia melanjutkan.
"Coba jentikkan jari kananmu!"
"Klak" Velina menjentikkan jari kanannya sesuai instruksi Mickey.
Gambaran dihadapannya tiba-tiba berubah. Seolah-olah ia sedang berada di dalam sebuah ruangan.
"Yang ini mode simulasi. Aman dimainkan bagi pemula" terangnya.
"Jadi, kalau aku mainkan mode dunia nyata, aku akan berlari di jalan, memanjat pohon, dan sebagainya?" Tanya Velina penasaran.
Mickey mengangguk.
"Itulah sebabnya kami tidak memasarkan produk ini ke publik. Permainan ini terlalu berbahaya," lanjutnya.
"Kamu pernah dengar berita tentang seseorang yang tertabrak mobil gara-gara keasikan bermain Pokemon Go?" Tanya Mickey.
Velina mengangguk, sementara dia asik sendiri membiasakan diri dengan kacamata itu.
"Nah, permainan yang aku ciptakan ini lebih berbahaya dari itu. Ini hanya cocok untuk dimainkan oleh orang-orang profesional sepertimu!" Tambahnya lagi.
"Apa Marino sudah mencobanya?"
Mickey mengangguk. "Ya, tapi ia terlalu gemuk!".
Velina mengerutkan keningnya. Dia tak tahu harus menangis atau tertawa. Karena baginya, tubuh Marino termasuk atletis, dengan belahan-belahan roti sobek di perutnya.
"Duh! Kalau Marino yang seperti itu kamu bilang gemuk, lalu, kamu apa dong? Babon si tukang makan?" Velina tertawa.
Marino pasti akan mencekik Mickey hidup-hidup kalau ia tahu Mickey baru saja menyebutnya 'gemuk'.
Meskipun akhir-akhir ini Marino jarang berolahraga teratur seperti dulu karena kesibukannya, namun ia tetap menjaga berat badan dan terkadang tetap berlatih angkat beban.
Bagaimanapun juga, Marino sangat tahu sekali pentingnya menjaga tubuhnya tetap bugar dan selalu melatih bela dirinya agar tak mudah dikalahkan oleh para musuh-musuhnya yang seringkali berniat mencelakainya.
Velina berjalan keluar ruangan, memperhatikan sekelilingnya dengan takjub.
Dia melihat Daniel, yang tengah menatapnya saat dia berjalan keluar dari ruangan Mickey.
"Daniel! Main bareng yuk! Permainan ini keren banget!" ujarnya sambil tersenyum riang, layaknya seorang anak kecil yang gembira karena mendapatkan mainan baru.
Mickey yang berjalan di belakang Velina segera menyodorkan sebuah kacamata permainan dan empat buah gelang padanya.
Daniel segera menerimanya dan memakainya. Ia lalu menyalakan kacamatanya, mengintegrasikan diri dengan Mickey dan Velina.
Sekarang mereka bertiga berada di dunia yang sama.
"Apa kita bisa memilih karakter? Atau hanya diri kita sendiri saja?" Tanya Velina antusias.
"Kedepannya akan ada beberapa karakter, tapi untuk sementara, baru seperti ini. Aku sedang membuat alat simulasi untuk memindai tubuh kita agar kedepannya tubuh kita sendiri bisa dijadikan karakter." Terang Mickey.
"Waaah! Aku bisa jadi seperti Lara Croft, dong!" Velina semakin bersemangat, tanpa sadar dia melompat-lompat kecil karena terlalu senang.
Sementara itu, Daniel yang sedari tadi memperhatikannya, tersenyum-senyum.
Gadis ini lucu sekali! Ingin rasanya aku mencubit kedua pipinya!
Mereka lalu memainkan permainan itu sampai kelelahan.
Velina mengoyangkan sedikit tangan kanannya, dan tiba-tiba senjata virtual di tangannya berubah. Dia lalu mengarahkan tangannya ke arah Mickey yang sedang menembak Daniel.
"Dor!"
"Anda sudah meninggal. Harap tinggalkan arena!" Layar di hadapan Mickey tiba-tiba berubah menjadi berwarna merah berkedip-kedip.
Mickey menoleh ke arah Velina, "Nana! Sialan kau!" makinya. Ia hampir saja mengalahkan Daniel, namun Velina keburu menembaknya duluan.
"Kamu harus memperhatikan musuh dari arah manapun!" Velina menjulurkan lidahnya padanya.
Daniel melirik jam di tangan kirinya. Sudah hampir jam lima sore.
"Kalian nggak ada yang lapar?" tanyanya, sambil mengernyitkan keningnya.
"Uh iya ya. Aku sudah agak lapar, sih!" jawab Mickey.
"Sekarang kan belum jam makan" Tanya Velina, sambil memiringkan kepalanya.
"Makan itu disaat kamu lapar, kenapa harus menunggu jam makan? Aku keburu mati lemas, nih!" sahut Mickey, bersikap seakan-akan sudah tiga bulan tidak makan.
Velina memutar kedua bola matanya ke arahnya.
"Baiklah. Kita mau makan kemana? Tanya Daniel, sambil menatap ke arah Velina.
"Terserah. Tapi aku tiba-tiba ingin makan barbeque!" Jawab Velina, sambil mengelus-elus perutnya dan membayangkan daging panggang yang akan masuk ke dalam mulutnya.
Dia menelan air liurnya ketika membayangkan asap dari daging yang akan dipanggangnya.
Daniel tersenyum simpul yang melihat Velina bersikap seadanya padanya, sama sekali tak terlihat dibuat-buat seperti gadis-gadis kebanyakan.
"Ah! Aku tahu restoran korea yang enak!" Mickey menjentikkan jarinya.
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di restoran korea yang dimaksud oleh Mickey.
"Tuan muda Young! Kenapa tidak bilang-bilang jika mau kesini?" Tanya manajer restoran sambil bersikap sangat ramah pada mereka, menunjukkan jalan ke ruangan VIP.
"Tak apa-apa. Ini rencana dadakan kok. Tolong siapkan yang seperti biasanya, ya!" pintanya sambil menarik sebuah bangku dan duduk diatasnya.
Manajer restoran segera mengangguk dan membungkuk pada mereka, lalu segera pergi untuk menyiapkan apa yang diminta oleh Mickey.
Hai semuanya!
mulai minggu depan, aku akan coba untuk nulis 3 bab perminggu! semoga cukup menghibur ya dengan ditemani oleh Velina dkk!
Kalau minggu depan ada tambahan review dan power stone (batu kuasa) aku akan publish bab tambahan. Suwer ewer ewer deh!
Shot out to:
humayratul_wardah
erna_wati_6265
linthang
ratnalim
terima kasih atas dukungan teman-teman semua! aku terharu!
Happy saturday y'all!
Ciao!
(*^▽^*)