Prilly baru saja keluar dari kamar mandi. Dia masih memakai pakaian milik Aliando. Prilly keluar dari kamar Aliando. Dia merasakan sangat lapar. Dari tadi ia belum makan.
Di buka kulkas, hanya wortel sama timun. Di tutup kembali.. Di buka lemari, mana tahu ada indomie instan bisa di makan. Dia melihatnya, sebungkus indomie letak sangat jauh. Tidak terjangkau oleh Prilly. Prilly menjinjit meraih bungkusan indomie itu. Hampir menjangkaunya seseorang mengambil bungkusan itu.
Prilly menoleh, dia hampir saja jatuh karena kurang keseimbangan. Aliando langsung menangkap tubuh mungilnya. Di dalam pelukan pastinya.
"Huft... untung saja tidak jatuh. Makasih, Om," ucap Prilly melepaskan pelukan dari Aliando.
Aliando semakin mengeratkan pelukannya. Prilly terkejut dan tercekat. Jaraknya dekat. Sedikit lagi mendekati bibir sexy milik Aliando.
"Kamu mau ngapain?" tanya Aliando datar.
"Indomie. Gue lapar," jawabnya.
"Tidak mau makan indomie. Mending kamu masak lain saja," ucap Aliando malah menjauhkan bungkusan indomie-nya dari Prilly.
"Tapi, Om... Di kulkas cuma ada wortel sama timun. Gimana masaknya?" protes Prilly mengikuti ke mana Aliando berjalan.
"Masak saja seadanya. Kalau kamu makan Indomie jadi bodoh nanti," ucapnya lagi
"Kalau begitu, Om juga gak boleh makan. Nanti rambut Om tambah keriting." Balas Prilly tidak mau kalah.
Aliando berputar badan berhadapan sekarang. Prilly menatapnya sengit. Aliando membalasnya. Prilly langsung mengambil bungkusan indomie dari tangannya. Tapi, tidak semudah itu mengambil, kecepatan pindah tangan membuat Prilly tidak mau kalah. Dia sudah sangat lapar.
"Om... Balikin. Lapar!" teriak Prilly menjijit kakinya meraih bungkusan indomie dari tangannya yang sangat tinggi itu.
Aliando mundur - Prilly maju, dan seterusnya. Sampai di salah tapi sofa. Prilly mendorong tubuh Aliando jatuh di atas sofa. Yang pastinya bersamaan mereka terjatuh.
Prilly mendapatkan Indomienya, seringai senyum karena menang mendapatkannya. Sedangkan Aliando menatapnya begitu lama. Senyuman Prilly membuat Aliando kembali ingin menciuminya.
Prilly ingin bangun dari tempat atas tubuhnya Aliando. Dengan cepat Aliando kembali menarik tubuh Prilly. Prilly tersentak kaget atas di lakukan oleh Aliando. Posisi mereka berdua terbalik. Sekarang Posisi Prilly di bawah sedangkan Aliando di atasnya.
"O-om..." panggilnya. Aliando mengarah bibir merah begitu mungil.
"Aku menginginkanmu!" ucapnya lalu melumatkan bibirnya.
Prilly diam tidak bereaksi, merasa kecupan cap dari Bibirnya Aliando. Prilly mulai melingkar tangan di leher nya. Prilly membalas ciumannya.
Aliando senyum seringai, Prilly mulai tercandu dengan ciumannya. cukup lama berciuman. Tangan Aliando tidak ingin diam juga. Meraba, dari ujung baju kedodoran nya. Mulai menaikan bajunya hingga ke atas tepat di dadanya. Aliando memainkan pusar perutnya.
"Eung–hhh." Aliando mendengar desahan Prilly.
Melepaskan ciuman mereka, Prilly melonggarkan kedua tangannya. Mereka bercumbu di sofa dengan ruangan terbuka dan dingin. Baju mereka telah lepas diletakkan sembarang. Prilly mengakang kakinya. Memberikan peluang untuk Aliando.
"Mmm," erang Prilly.
Aliando turun di bagian sensitifnya. Di elus-elus lebih dulu. Desis desah Prilly mulai semakin keras. Untung saja apartemen Aliando sedikit endap suara. Sekarang, Aliando memasukan jari tengah ke dalam lubang penghuninya.
Tangan satu lagi, meremas payudara bola pingpong. Prilly memejam matanya menikmati sensasi yang bergairahkan. Aliando melumatkan satu payudara yang diam diri.
Di tambahkan lagi jari telunjuk ke lubang penghuninya.
Desahan Prilly menyebutkan nama Aliando. Kocokan jari semakin cepat, bisa dirasakan jarinya. Prilly mulai basah. Desahnya mengemaskan telinga Aliando.
"Kamu sudah basah dua kali," bisik Aliando. Napasnya mengenai telinga Prilly.
Di kecup kan leher memberikan tanda merah di sana. "Akkhh!" pekik Prilly.
Aliando senyum panjang merasakan bagaimana melihat birahi nafsu Prilly saat di mainkan jarinya. Dikeluarkan jarinya dari lubang penghuni.
Dijilatnya di isap hingga bersih. Sekarang gilirannya. Untuk masuki miliknya ke lubang penghuni. Di buka lebar-lebar. Prilly menggigit jarinya. Untuk menahan sakit di bagiannya. Lendirnya keluar lagi, Satu hentakan mulus masuk sempurna.
Aliando tentu menerima perintah dari gadisnya. Digenjotnya cepat. Sehingga membuat tubuh mungil Prilly ikut bergerak naik turun. Prilly mencengkeram lengannya kuat - kuat.
Aliando mengeluarkan spermanya memasukkan ke dalam lubang penghuni nya. Aliando pu jatuh di tubuh Prilly yang mungil itu.
"Om... sesak!" ucap Prilly. Aliando bangun dari sana. Berdiri. Batang juniornya masih berdiri tegak. Prilly yang melihatnya pun menelan salivanya. Iya ingin mencicipinya.
Aliando bisa merasakan ujung kepala juniornya di mainkan oleh lidah milik Prilly.
"Sayang, jangan di mainkan. Di emut cepat. Aku sudah tidak tahan... aahhhh--" ucap Aliando.
Prilly senyum, kembali di isap di emutnya. Aliando menggeliat ngerjap matanya merasakan begitu nikmat isapan seorang cewek labil.
****
Dua bulan Prilly sudah tidak kerja, karena kejadian tentang pemerkosaan itu. Polisi telah menangkap pelaku menyulik Prilly dan melakukan tindakan tidak baik.
Sidang masih berlanjut, Prilly di temani oleh Aliando menangani kasus ini. Pihak dari pelaku meminta maaf atas kelalaian atas tingkah suaminya. Namun Prilly tidak bisa memaafkannya. Dia di lecehkan, Prilly lebih memilih untuk tidak bertemu lagi dengan pelaku itu.
Sekarang, Prilly berada di salah satu kafe. Bukan tempat kafe dia bekerja. Prilly duduk murung, Aliando membawakan beberapa makanan untuknya. Dari Pagi hingga siang, Prilly tidak mengisi perutnya.
"Hei! Makan dulu. Dari tadi belum makan," ucap Aliando membujuk Prilly agar mau memakan di depannya.
Prilly menggeleng kepala, masih mengingat kejadian di persidangan. Mata si pelaku membuatnya sedikit trauma.
"Kasusnya sudah selesai, kamu tidak perlu khawatir lagi. Sebentar lagi, kita akan menikah. Kenapa jadi murung begini, hem?" ucap Aliando lagi.
"Om..." panggilnya pelan. "Ya" sahut Aliando
"Aku ingin pulang, Om," ucapnya melirik.
"Pulang, rumahmu ada di sini. Berdua. Kamu tidak nyaman? atau bagaimana?" tanya Aliando bingung.
"Ih... Om ini. Tidak peka. Aku bilang mau pulang. Pulang ke apartemen Om. Bukan ke rumah. huh!" omelnya tiba-tiba. Membuat Aliando tertawa kecil.
Prilly semakin mecebik bibir. Di ciumnya bibir moyong itu. Di pukul sama Prilly. "Aww!" desis Aliando.
"Dasar Om-Om mesum. Kita lagi di Kafe, Om. Bukan di ruang tertutup. Pakai acara cium segala," merepet Prilly.
Benar Aliando merindukan cerewet si wanitanya di depannya. Selama dua bulan wajahnya murung mulu. Banyak diam, sebab, mendengar kabar dari polisi pelaku sudah di tahan oleh mereka. Sekarang Aliando bisa mendengar suara ceprengnya lagi.
"Kalau aku mesum, kenapa kamu masih juga lengket?" jahil Aliando. Prilly sontak tersipu malu. Dia lebih memilih menyuap makanan ke dalam mulutnya.
"Om, semakin hari kok, Om jadi mesum begini sih?! Aku sudah gak minum obat pencegah kehamilan, loh. Soalnyakan kita sudah hampir mendekati pernikahan," ucapnya mulut terisi makanan.
"....."
"Hamil, punya anak. Hamil, punya anak," batin Aliando dalam hati.
"Om... gak mau punya anak dari aku?" tanya Prilly tidak merasa curiga dengan sikap Aliando berubah.
Prilly sudah biasa melihat wajah datar, diam, kaku, dingin. Perubahan Aliando padanya tidak di herankan oleh Prilly sendiri. Karena itulah, tekad Prilly mendesak untuk menikah dengan Aliando.
"Ya sudah, kalau Om, belum siap punya anak dariku. Aku bisa menunggunya, sampai Om benar-benar sudah menginginkannya," kata Prilly berlalu. Sudah selesai makan. Prilly bersiap berdiri dari duduknya untuk kembali ke apartemennya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Aliando.
"Pulang, Om gak mau pulang? Nanti di rayu sama banci loh," jawabnya terus berlalu pergi.
Otak Aliando gak bekerja, di rayu banci. Maksudnya apa coba. Tentu Aliando itu gak normal. Banci pun dia mau.
Di dalam mobil, Prilly dan Aliando terdiam tanpa bersuara. Sunyi banget.
Prilly dengan pikirannya masing-masing, Aliando pun sebaliknya. Sampai di apartemennya. Prilly memilih masuk ke kamarnya. Kamar mereka bersebelahan. Aliando masuk untuk menyusul ke kamarnya. Tapi keburu di tutup oleh Prilly. Prilly melempar tubuhnya di atas ranjangnya.
Diambil ponselnya mengetik sesuatu, perasaannya pada Aliando mulai kembali bercabang. salah larat. Mulai bertumbuh. Prilly sudah mulai mencintai dan mempunyai perasaan pada Aliando.
Sedangkan Aliando, memikirkan jika terjadi Prilly benar hamil dari dirinya. Belum siap menjadi kepala keluarga. Hubungan dengan Andy masih berlanjut. Setiap Andy datang, Prilly tidak ada di apartemennya. Hubungan terlarang itu berlangsung hingga Prilly mengetahuinya secara diam. Prilly sudah tahu dari awal Aliando menceritakan dirinya gay. Tapi, yang di maksud gay itu berhubungan terlarang.
Prilly tidak mempermasalahkannya, mendesak untuk segera menikah agar Aliando bisa menjaga dan melindunginya. Prilly mencoba untuk tidak meminum pencegah kehamilan saat berhubungan dengannya. Prilly ingin tahu perasaan padanya sampai di mana. Apa Aliando hanya menginginkan tubuhnya sebagai bahan seksualnya.