Wanita paruh baya itu terkikik melihat dua remaja di depannya ini memberengut kesal, "Maafin mama nggak ngabarin kamu kalau mama pulang hari ini. Oh iya, kamu namanya siapa?"
"Reyhan tante," jawab Reyhan kalem, Kelli memutar bola matanya jengah.
Sok kalem.
"Nginap disini aja dulu nak Reyhan, hujannya deras. Takutnya nanti ada apa - apa di jalan," ujar Ivy.
"Tapi ma—" Kelli mulai protes namun terpotong oleh ucapan Reyhan.
"Wah makasih tante," balas Reyhan, perempuan di sampingnya mendengus.
"Tapi... saya takut tidur sendirian kalau mati lampu seperti ini," lanjut Reyhan. Di pencahayaan minim seperti ini, Kelli dan Ivy bisa melihat sorot mata takut di mata Reyhan. Ivy percaya jika laki - laki di depannya ini takut bukan modus.
"Ya udah, nanti kalian bisa tidur satu kamar. Tapi, Reyhan di tempat tidur sedangkan Kelli di sofa," Kelli membelalakkan matanya, ia terkejut dengan ucapan mamanya. Hanya mamanya yang mengijinkan anak gadisnya tidur dengan laki - laki, Kelli tidak habis pikir dengan mamanya itu. Dan hanya mamanya yang tega menyuruhnya tidur di sofa sedangkan laki - laki di sampingnya tidur di tempat tidur, sebenarnya anak mamanya itu siapa. Dirinya atau Reyhan, Kelli mendengus.
"Kelli nggak mau ma, mama kok tega sih biarin Kelli tidur sama cowok kayak Reyhan." Kelli protes, ia tidak terima. Kenapa mamanya sangat mempercayai Reyhan, padahal hari ini adalah hari pertama mamanya bertemu dengan laki - laki itu.
"Kamu nggak liat teman kamu ketakutan, lagian kan mama suruh kalian tidur sekamar bukan satu ranjang." Mendengar penuturan Ivy, Kelli dan Reyhan merona.
"Tapi mama kok pilih kasih, masa Reyhan tidur di tempat tidur. Aku malah di sofa, sebenarnya anak mama itu aku atau dia sih?" Kelli menatap laki - laki di sampingnya dengan tatapan sengit. Sedangkan Reyhan, laki - laki itu mengindikkan bahunya.
"Dia kan tamu disini Kell," balas mamanya yang membuat Kelli berdecak sebal.
"Ya udah mama istirahat dulu. Nanti tidurnya terserah, boleh di kamar tamu atau di kamar kamu Kell." Kelli mengangguk.
Dengan cahaya dari ponsel di tangan kanan keduanya, mereka berjalan manaiki tangga ke kamar Kelli. Sesampai di kamar, Reyhan langsung merebahkan dirinya di tempat tidur queen size milik Kelli. Perempuan itu mendengus, malam ini akan menjadi malam yang panjang karena dirinya akan tidur sofa.
Pasti besok badannya bakalan sakit semua.
"Lo disini aja Kell, biar gue yang di sofa." Reyhan menawarkan dirinya untuk bertukar posisi.
"Ga usah sok baik sama gue," ucap Kelli sewot.
"Ya udah kalau nggak mau," balas Reyhan enteng.
***
Kelli menggeliat, ia meregangkan ototnya. Kelli terkejut mendapati dirinya tidur di tempat tidurnya, ia menoleh ke pojok ruangan. Ia melihat Reyhan tidur di sofa dengan kakinya yang menggantung karena ukuran sofa yang terlalu kecil untuk ukuran badannya.
Kelli berjalan ke pojok ruangan, ia mendudukkan dirinya di lantai. Ia tersenyum melihat Reyhan yang tidur, wajahnya terlihat berkali - kali lebih kalem dari biasanya. Kelli iri dengan alis milik laki - laki itu yang tebal.
"Kalau liat biasa aja dong, emang gue seganteng itu ya." Reyhan membuka matanya seraya menyeringai.
'blush'
Kelli merutuki dirinya, kenapa ia begitu bodoh. Seharusnya ia memastikan laki - laki itu benar - benar masih tidur atau pura - pura tidur. Kelli berdiri dan berjalan keluar kamar, sedangkan Reyhan tertawa.
Reyhan beranjak dari sofa, tubuhnya rasanya sakit semua. Ia berjalan menuju kamar mandi, setelah selesai mandi ia mendapati baju seragam laki - laki di atas tempat tidur.
"Lho, ini baju siapa?" Reyhan melihat name tag di baju seragam itu, 'Deren'. Ia mengerti sekarang, itu milik Kakak Kelli. Ia pun memakainya, ternyata sangat pas di badannya.
***
"Pagi," sapa Ivy kepada Kelli yang baru turun dari lantai atas, "Reyhan mana?"
"Masih di atas, lagi mandi." Ivy mengangguk.
"Mama kok kayaknya pernah liat dia sebelumnya ya," ucap Ivy, Kelli mengerutkan keningnya.
"Liat dimana?" tanya Kelli penasaran.
"Nah itu masalahnya mama lupa." Kelli membuang napasnya kasar.
Kelli menyantap pancake-nya, suara langkah kaki mendekat. Kelli menoleh, ia mendapati Reyhan dengan balutan seragam milik Kakaknya. Ia bersyukur, seragam milik Kakaknya itu melekat sempurna di tubuh Reyhan.
"Sarapan dulu nak Reyhan," tawar Ivy, Reyhan mengangguk. Laki - laki itu mendudukkan dirinya di samping Kelli, ia mulai makan pancakenya.
"Wah, ini buatan tante? Ini enak banget, " puji Reyhan. Ivy tersenyum lebar, sedangkan Kelli memutar bola matanya. Seperti biasa, Reyhan dan mulut manisnya.
"Jangan cari muka sama mama gue," bisik Kelli kepada laki - laki di sebelahnya.
"Biar dapat ijin dari calon mertua," balas Reyhan asal, tanpa Kelli cegah pipinya merona.
"Kelli, kamu sakit?" tanya Ivy, Kelli menggeleng. Reyhan menahan tawanya.
Setelah selesai sarapan, keduanya langsung pamit ke sekolah. Selama di perjalanan, suara Taylor Swift mengalun indah dari tape. Kelli ikut bernyanyi seraya menganggukkan kepalanya, Reyhan tertawa melihat tingkah Kelli.
Mobil Reyhan memasuki kawasan sekolah. Setelah memarkirkan mobilnya, Reyhan meminta Kelli agar tidak turun terlebih dahulu. Ia turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Kelli, perempuan itu keluar dengan senyuman yang di paksakan.
Reyhan menggenggam tangan Kelli, keduanya berjalan bersisihan. Beberapa anak perempuan yang meng-klaim jika dirinya fans fanatik Reyhan, mereka menatap Kelli dengan tatapan tidak suka.
"Makasih ya SAYANG, udah nganter sampai di depan kelas," ucap Kelli dengan menekan kata 'sayang'. Reyhan terkejut, laki - laki itu melirik kedalam kelas. Disana ada Nita yang sedang memperhatikan dirinya dan Kelli, ia tahu maksud Kelli sekarang.
"Sama - sama SAYANG, aku ke kelas dulu ya." Reyhan mengacak rambut Kelli, perempuan itu membelalakkan matanya. Reyhan menunjukkan cengirannya. Jika mereka tidak sedang bersandiwara, Kelli pasti sudah memukul Reyhan dengan sepatunya. Setelah kepergian Reyhan, Kelli masuk ke kelasnya.
"Ciee... pasangan baru," goda beberapa dari teman sekelasnya.
Kelli meletakkan tasnya, disamping tempat duduknya ada Riska. Ia perempuan kalem yang berada di kelasnya. Kelli tersenyum ke arah Riska, perempuan itu yang sekarang menjadi teman satu meja dengannya. Kelli bersyukur, tanpa dia suruh Nita sudah duduk menjauhinya.
"Enak banget ya, di antar jemput pacar baru," celetuk Nita seraya menghampiri Kelli.
"Kenapa? Lo iri? " tanya Kelli dengan seringaian di bibirnya.
"Gue nggak iri. Lo jangan sombong jadi orang, nggak lama lagi Kak Reyhan bakalan putusin lo. Dia kan cuma main - main sama lo," ujar Nita sedangkan Kelli tersenyum.
"Oh," balas Kelli singkat tanpa melihat Nita. Merasa di abaikan, Nita menghentakkan kakinya kesal. Ia dan antek - anteknya meninggalkan Kelli. Perempuan itu tersenyum sepeninggal Nita.