Baixar aplicativo
15.9% Pernikahan Pura-Pura / Chapter 7: 7. Bagaimana Aku Menghiburnya

Capítulo 7: 7. Bagaimana Aku Menghiburnya

Sejak pulang dari rumah mertuanya kemarin Chloe terus duduk di sofa menonton TV, tapi tatapannya kosong. Marco mulai merasa cemas. Ini kedua kalinya dia melihat istrinya bersikap seperti ini, seperti orang yang kehilangan pijakan.

Ketika dia baru kenal dan menikah dengan Chloe dua bulan yang lalu dia selalu bermuka dingin dan acuh tak acuh terhadapnya.

Sebulan yang lalu ketika ayah mertuanya meninggal Chloe tenggelam dalam kesedihan. Dia melakukan aktifitasnya seperti robot dan tidak perduli pada keadaan sekitar. Tatapannya selalu kosong. Dan itu terjadi selama hampir sebulan setelah itu dia mengalami kecelakaan.

Setelah mengalami kecelakaan dia menjadi orang yang berbeda, dia lebih ceria dan bersemangat, hal itu membuat Marco menebak mungkin itu kepribadiannya yang asli, sebelum dia di campakkan oleh tunangannya.

Sepertinya inilah alasan kenapa dia kehilangan memorinya selama tiga tahun terakhir, karna dia tidak mau mengingat sakit hatinya di tinggal tunangannya dan kesedihan karna kepergian ayahnya.

Kemarin ketika mereka membawa Chloe ke makam ayahnya, dia menangis di sana selama hampir tiga jam. Marco sampai takut chloe akan mengalami dehidrasi karna air matanya yang tidak pernah berhenti selama mereka ada di makam. Namun setelah mereka sampai di rumah, Chloe sudah tidak menangis lagi, dia beralih ke mode tatapan kosong.

Marco berdiri di lantai dua di depan kamarnya sambil menngamati Chloe yang duduk di depan TV, tiba-tiba ponselnya bergetar, tanpa mengalihkan matanya dari chloe dia mengangkat telpon

"sayang....." suara perempuan di seberang menyapa dengan lembut

"hmmmm..."

"kalian akan datang ke rumah untuk makan malam kan ?"

"aku tidak yakin" jawab marco ragu

"apa yang salah ? apa sesuatu terjadi pada chloe ?" tanya perempuan di seberang dengan cemas

"yah.....dia sudah tau ayahnya meninggal"

"oh anak malang, lalu bagaimana dia sekarang ?"

"dia duduk seperti zombie di depan TV sejak kemarin"

"nak, kamu harus menghiburnya, kamu adalah suaminya orang yang saat ini paling dekat dengannya, kamu harus menghiburnya, mengalihkannya dari kesedihannya"

ada jeda panjang

"Marco kamu dengar mama"

"hmmm..." marco memijat pelipisnya "bagaimana aku menghiburnya ?" pertanyaan itu membuat mamanya di seberang telpon menganga, anak ini

"Marco berapa umurmu ? apa kamu tidak pernah bergaul dengan perempuan ? kenapa kamu masih bertanya bagaimana menghibur perempuan yang sedang sedih ?"

"masalahnya ma aku tidak melihat chloe seperti perempuan yang pernah berkencan denganku"

"apa maksudmu ?"

"yah....selama kami menikah aku tidak pernah lihat dia pergi ke mall seperti perempuan pada umumnya"

"kalau begitu kamu harus merayunya"

"bagaimana caranya ?"

"MARCO...."

"aku tidak pernah merayu perempuan, mereka yang biasanya mendekati dan merayuku" sekarang ganti nyonya Suri yang memijat pelipisnya

"oke tunggu mama"

"mama mau apa ?"

"ke rumah kalian"

"tidak perlu"

"kenapa ? biar mama yang menghibur chloe"

" tidak perlu, aku ragu mama justru akan menemani dia menangis"

"tidak...mama tidak akan menangis"

"sudah dulu, aku menutup telpon"

"marco"

tut tut tut

Tanpa menunggu protes nyonya Suri, marco mengakhiri panggilan.

Marco menghela napas, menuruni tangga, mengeluarkan sekaleng kopi bubuk dari lemari, memanaskan air, menyeduh secangkir kopi espresso, berjalan menuju meja kopi di samping sofa dan meletakkannya di sana.

"minum ini"

Chloe melirik kopi di sampingnya, memejamkan mata, menghirup aroma kopi dalam-dalam dan air mata mulai mengalir kembali.

Eh apa yang salah ? Marco panik, dia berniat menghibur istrinya bukan membuatnya menangis

"kamu tidak suka ? aku akan membuangnya"

Marco mengambil cangkir kopi tapi jemari lentik Chloe menahannya, dia menggelengkan kepala, menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat marco untuk duduk. Marco duduk di sebelahnya, chloe menyusut air matanya, mengambil cangkir kopi dan menyeruput dengan nikmat

"trima kasih"

"hmmm"

Chloe menyeruput kembali kopinya

"setiap kali aku sedih ayah selalu membuatkan aku secangkir kopi" Chloe memainkan cangkir di tangannya "ayah bilang kesedihan itu seperti kopi espresso, saat di mulut dia terasa pahit, tapi setelah rasa pahit itu hilang aroma harum kopi yang tertinggal di rongga mulut membuat kita lupa rasa pahit yang pernah singgah di lidah"

Marco menatap istrinya, ini pertama kalinya dia mendengar chloe menceritakan keluarganya.

"ayahku pecinta kopi sejati, dia yang mengenalkan semua rasa kopi padaku, tapi dia bilang espresso yang paling nikmat, dan kecintaanya pada kopi menulariku"

Chloe berhenti, menyeruput kembali kopinya

"Saat aku menolak untuk kuliah dan memilih untuk menjadi barista, ayah mendukungku karna dia tau kecintaanku akan kopi" marco tetapi diam, dan menatap chloe dengan sabar "ayah adalah orang yang sangat keluarganya, dia orang yang penuh cinta, dia tidak pernah meremehkan cita-cita anaknya, tidak pernah membentak kami, sesibuk apapun dia di restoran dia selalu menemani kami untuk makan bersama, dia mengatakan yang membuat sebuah keluarga bahagia bukan harta yang berlimpah tapi cinta dalam keluarga, itulah sebabnya ayah selalu mengatakan kepada kami ketika saatnya menikah maka kami harus menikah dengan orang yang benar-benar mencintai kami dan kami cintai"

🍒🍒🍒🍒🍒

Chloe terus bercerita tentang ayahnya sampai akhirnya

"pluk....."

kepalanya jatuh di pundak Marco dan terdengar suara nafas teratur.

Dia tertidur.

Marco membiarkan chloe tidur di pundaknya, sejak pulang dari rumah ibunya dia belum tidur, mendengar nafas teraturnya entah kenapa dia ada perasaan yang menenangkan.

Setelah satu jam berlalu tampaknya chloe masih tertidur lelap, dengan lembut Marco mengambil kepalanya dan menggendongnya ke kamar. Marco meletakkan chloe di kamarnya, lalu menatap wajah tidur chloe yang menggemaskan, entah apa yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari bibir kecil chloe, ada keinginan yang kuat untuk menciumnya dan ini adalah pertama kalinya dia ada keinginan demikian sejak mereka tinggal bersama. Mungkin ini karna pertama kalinya chloe menunjukkan sisi rapuhnya dan memunculkan sisi jantannya untuk melindunginya.

Lama dia bergumul dengan keinginannya sampai akhirnya dia berhasil menahannya. Pelan-pelan dia bangkit dari tempat tidur, tapi chloe memegang ujung kaosnya dengan erat sambil bergumam

"ayah"

Marco tertegun beberapa saat, lalu dia berbaring di samping chloe sambil memeluknya dan menatapnya sampai dia ikut tertidur dengan senyum tipis di bibirnya.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login