Caitlynn Vermount merupakan anak bangsawan terkemuka kerajaan. Berasal dari pasangan penyihir paling hebat yang pernah dimiliki kerajaan, hidupnya sendiri tak pernah kekurangan.
Semua kemewahan selalu bisa menjadi miliknya. Si putri tunggal keluarga Vermount itu jelas pula akan menjadi pewaris harta keluarga tapi tak pernah ada kepuasan di hati Caitlynn hingga dia meninggalkan rumah.
Terpaksa keluar dari ibukota setelah lulus dari akademi sihir ternama, dirinya bertugas di garda depan menghadapi dan menghancurkan musuh kerajaan itu sendiri.
Dan di tempat semacam itulah dia bertemu suaminya. Seorang pria bertubuh besar tanpa zirah dengan senjata yang sama besarnya.
Tentu saja bukan cinta yang dirasakan pertama oleh dirinya, dia ingat betul rasa ngeri yang bergerak cepat ke seluruh tubuhnya saat melihat sang pria.
Tubuh penuh luka yang tak pernah gagal membuatnya terkejut dengan lokasi setiap luka itu berada.
Kebanyakan dari mereka berada tepat diatas kulit yang menutupi titik vital sang pria atau alat geraknya, tapi disinilah pria itu; berdiri dan hidup seakan semua luka itu hanya luka yang berasal dari insiden bodoh semasa liburan atau sesuatu yang serupa.
Hal pertama yang ingin dilakukan Caitlynn setiap melihat sang pria adalah bergerak menjauh dari sang pria agar matanya tak ternoda.
Namun takdir memang suka menghina semua yang berusaha lari darinya. Entah kenapa dan bagaimana, dirinya selalu menemukan sang pria dalam setiap penugasannya.
Mempertemukan mereka berdua di situasi mengancam nyawa yang membuat jantung Caitlynn berdetak begitu cepatnya. Mungkin pada salah satu saat semacam itulah Caitlynn salah pengertian akan rasa takutnya dan menganggap hal itu cinta.
Dan waktu terus berjalan bersama mereka, perlahan mengikat benang merah di kelingking keduanya, sebuah ikatan yang semakin kuat setiap saatnya bersama waktu yamg berhenti bagi keduanya.
Berbagi cerita dan mimpi akan masa depan, keduanya menjadi lebih dekat dari kawan atau sahabat di medan perang.
Kuat dan lebih kuat benang merah itu menjadi, hingga tak ada lagi yang bisa memutuskan hubungan Caitlynn dan sang calon suami.
Tentu saja ada yang mencoba melakukannya, terutama kedua orangtua Caitlynn yang mengharapkan diri Caitlynn menikah dengan penyihir lainnya.
Namun seminggu penuh Caitlynn dedikasikan untuk membujuk keduanya, sebuah usaha yang tidak sia-sia dan sangat merugikan keluarga mereka karena menarik kontrak menikah Caitlynn yang sudah disepakati kedua orangtuanya sejak Caitlynn berusia tujuh tahun saja.
Dan hasil dari semua usaha itu tiba. Hari pernikahan mereka tidak meriah, hanya dihadiri keluarga dekat dan anggota-anggota inti organisasi prajurit bayaran Empyrean saja.
Kemudian hari-hari mereka selanjutnya berjalan bahagia, dihabiskan dengan berganti pekerjaan menjadi sesuatu yang lebih sederhana seperti pustakawan dan penjaga kota agar waktu mereka bersama menjadi lebih banyak pula.
Tentu saja keduanya tak benar-benar perlu bekerja untuk menghidupi diri mereka selamanya, namun keduanya butuh alasan untuk lari dari tanggungjawab kebangsawanan mereka yang meliputi gosip, negosiasi dan diplomasi. Sesuatu yang keduanya sangat benci.
Sayang sekali hari-hari lari dari tanggungjawab yang bahagia itu tak berlangsung lama, sang suami dipaksa kembali ke garda depan untuk mewakili Vermount. Keinginannya untuk menemani cintanya itu dia urungkan karena perutnya yang membesar, anak mereka sedang berada dalam kandungan.
Dirinya berhenti bekerja, mengurung diri di dalam rumah dan hanya bertemu dengan pelayan-pelana wanitanya.
Hari-hari berlalu dengan sepi, dengan dirinya membuang waktunya menyanyikan lagu dan bercerita pada janin yang tumbuh di perutnya. Berpikir entah bagaimana kehidupan yang tumbuh si perutnya itu akan mendengar dan mengerti segala kebahagiaannya.
Semua dia hal itu lakukan sembari menunggu surat sang suami yang tak pernah tiba hingga hari kelahiran anak mereka berdua datang juga.
Kelahiran itu berat bahkan baginya, rasa sakit yang dia rasa saat itu adalah sesuatu belum pernah dia rasakan dimanapun juga meskipun dirinya sudah pernah ada di garda depan cukup lama untuk merasakan begitu banyak perih dan luka.
Kejadian yang seakan berlangsung selamanya itu berakhir lebih cepat dari perkiraannya. Dukun beranak yang membantu proses kelahirannya memberikan kepadanya entitas kecil yang terus bergerak penuh semangat tanpa suara.
Wajah kecil penuh kehidupan di dekapannya itu merupakan miliknya dan sang suami yang entah ada dimana. Sebuah harta paling berharga keluarga yang akan dia jaga selamanya.
Air mata bahagia mengalir perlahan di pipinya, lega di hatinya bercampur pekat kesedihan luar biasa akan absen sang suami dalam momen penting keluarga mereka.
Dia memeluk bayinya semakin erat dalam setiap aliran air matanya, dan seakan membalas tindakan sang ibunda; putri kecilnya menangis sekuat tenaga.
Sebuah tindakan sederhana yang membuat Caitlynn teringat akan percakapannya dengan sang suami sebelum mereka tahu bahwa ada bayi di perutnya.
Saran akan nama dari bayi-bayi mereka yang akan ada nantinya. Untuk anak pertama mereka adalah nama legendaris yang sering dikaitkan dengan para naga di utara.
"Anna?" Caitlynn menyuarakan pikirannya secara tak sengaja, berusaha memastikan bahwa ingatannya benar tanpa ada yang salah.
Tindakannya itu tak memakan waktu lama, sebuah nama indah untuk putri pertamanya sudah ada di kepala.
Maka dengan nama indah itu di kepalanya, Caitlynn menyambut putri pertamanya; "Selamat datang ke dunia, Anna."
Dan harinya berlanjut menjadi lebih bahagia dan berwarna. Dirinya tak pernah bisa berhenti tersenyum saat melihat putri mereka tumbuh dewasa.
Gadis baik itu hanya menangis saat lapar dan kotor saja lalu diam selebihnya. Sebuah sifat sabar yang Caitlynn tak tahu datang dari mana.
Kebanyakan waktunya dia habiskan mengurus putrinya, sementara sisanya dia buang untuk mencari informasi mengenai keberadaan suaminya; sesuatu yang sia-sia dan tidak menghasilkan apapun juga.
Waktu berjalan melewati mereka, sudah setengah tahun sejak kelahiran anak mereka dan sudah hampir setahun sang suami tak ada kabarnya.
Sang putri sudah bisa membuka mata dan berjalan-jalan sendirinya, sesuatu yang terkadang membuat Caitlynn khawatir karena nyala penasaran di mata muda sang putri adalah sesuatu yang tidak pernah dia lihat di bayi sebelumnya.
Namun semua yang sang putri lakukan dengan kemampuan barunya itu adalah mengelilingi koridor lantai dua atau memanjat naik ke jendela kamarnya yang memang menjorok keluar menatap halaman rumah dan juga mendatangi dirinya atau salah satu pelayan saat kotor atau kelaparan.
Sejak memiliki beberapa gigi bayi, sang putri juga sudah tak mau susunya lagi dan memilih melangkah menuju makanan untuk dirinya sendiri.
Sesuatu yang imut menurut Caitlynn, seandainya saja sang putri tidak makan dengan begitu rapi hingga membuat dirinya terheran sendiri.
Dia mengerti sang putri berbeda sejak beberapa lama setelah putrinya itu bisa membuka mata. Mata sang putri akan selalu terlihat menyala dengan kecerdasan dan keinginan jauh diatas rata-rata seakan sang bayi sedang berusaha mengerti sekitarnya.
Keunikan itu membuatnya bersedih setiap kalinya. Karena entah bagaimana, Caitlynn terkadang menangkap mata anaknya menatap langsung kepadanya.
Sebuah tatapan penuh tanya yang membuat Caitlynn berpikir anaknya ingin tahu dimana sang ayah, sebuah pertanyaan yang Caitlynn harap dia bisa jawab segera.
Namun semua yang bisa dia lakukan adalah memasang senyum nostalgia yang bisa luntur kapan saja oleh matanya yang berkaca-kaca akan rasa bersalah.
Dia selalu merasakan rasa bersalah itu setiap kali matanya bertemu dengan mata putrinya, mengingatkannya atas ketidakmampuannya untuk memberikan segala kebutuhan putrinya dengan semua harta dan kekuatan sihirnya.
Tapi untuk menyembunyikan semuanya, Caitlynn sering bercerita pada bayinya tentang apa saja, seakan berusaha sekuat tenaga mengalihkan topik pembicaraan yang tak pernah ada diantara keduanya menuju sesuatu yang berbeda.
Dan hal semacam itu terjadi seterusnya, dengan Caitlynn terkadang membawa anak gadis kebanggaannya itu ke pertemuan privatnya dengan bangsawan-bangsawan lain yang sudah seperti teman lamanya.
Tetapi hari ini mereka punya rencana berbeda. Caitlynn tahu betul budaya dan agamanya tidak merayakan ulang tahun siapapun juga. Namun tidak merayakan ulang tahun gadis sehebat putrinya adalah sesuatu yang secara pribadi akan dianggap Caitlynn sebagai dosa.
Beruntung karena ulang tahun sang gadis berpas-pasan dengan hari santo cinta yang sedang dirayakan ibukota dengan menghias setiap distrik penuh warna.
Dalam suasana meriah seperti itu, Caitlynn menggendong bayi kesayangannya sembari mengelilingi daerah pertokoan distrik tiga dan juga beberapa tujuan lainnya.
Namun daerah pertokoan adalah tujuan pertama mereka karena Caitlynn akan membeli hadiah untuk putrinya secara rahasia.
Di belakang ada seorang pelayan yang mengikuti mereka untuk memperhatikan apa yang dipandang sang putri cukup lama dalam setiap toko yang mereka masuki dan membeli barang tersebut saat Caitlynn dan anaknya sudah keluar dari toko yang dimaksud.
Hal ini berlangsung cukup lama hingga matahari agak tinggi di kepala dan pelayan sudah kehabisan koin pemberian Caitlynn, pertanda bahwa sudah saatnya melakukan petualangan sesungguhnya.
Dia mengajak anaknya untuk makan di penginapan yang terkenal dengan kualitas makanannya, lalu dirinya membawa putri kecilnya itu untuk menonton pertunjukan penyihir dan kesatria di alun-alun distrik tiga hingga sore tiba yang mana memaksa mereka mengakhiri perjalanan mereka dan kembali ke rumah.
Mereka berada dalam kamar utama tak lama. Disamping kasur besar yang ditempati keduanya adalah hadiah-hadiah yang beragam jenis dan harganya. Mulai dari buku biasa hingga tengkorak naga yang dipahat sedemikian rupa untuk menjadi tempat tinta.
Mata sang putri menatap setiap hadiah itu dengan ketertarikan yang jelas disana. Lalu Caitlynn membisikkan kalimat penuh cintanya pada putri kebanggaannya, "Selamat ulang tahun, Anna."
Sesuatu yang dibalas hening oleh anaknya. Tentu saja Caitlynn tidak berharap sang putri bisa menjawabnya. Tapi mulut kecil bayinya dia tatap jelas bergerak terbuka, dan Caitlynn tersenyum menunggu apa yang dia harapkan sebagai suara bayi saja.
Sebuah harapan yang salah, "George Mayn," suara kecil yang jelas itu seketika membuat Caitlynn terdiam tanpa bisa meresponsnya.
Dia tak pernah tahu putrinya bisa bicara, dirinya selalu mengasumsikan bahwa sang putri memang tak bisa membuat suara; begitulah asumsi semua orang.
Tapi disinilah sang putri, berbicara dengan sangat jelas tepat di usia satu tahun. Terlebih lagi, sang putri menyebutkan nama suaminya; yang mana tentu saja merupakan ayah putrinya. Sebuah nama yang tak pernah Caitlynn sebutkan kepada si bayi.
Realitanya pecah seketika, dan sang wanita kehilangan semua tenaga di tangannya. Matanya yang kosong itu kembali menyala penuh takut dan terkejut saat dia sadar akan apa yang baru saja diperbuatnya.
Putrinya jatuh ke bawah karena tangannya yang melemah. Dibingungkan oleh begitu banyak hal yang baru saja terjadi kepadanya, respons pertama Caitlynn adalah berusaha menangkap bayinya.
Sebuah tindakan yang salah saat dia melihat jelas tangannya tak menangkap apapun juga. Namun dia juga tak melihat apa-apa di lantai kayu kamar mereka.
Tak ada suara bayi kecilnya menangis atau sesuatu apapun juga menabrak lantai kayu rumahnya. Matanya mencari sekeliling untuk menemukan kejutan lainnya.
Sang putri melayang di udara dengan mata yang berubah warna dari hitam warisan sang ayah menuju emas menyala yang lebih terang dari lampu sihir di sekitar mereka.
Tentu saja melayang bukanlah sihir yang susah. Setidaknya bukan untuk penyihir berpengalaman yang mengerti teori fluktuasi Mana dan memahami jelas cara mengeraskan Mana.
Yang mana berarti teknik tersebut sulit bagi penyihir yang baru saja menyadari bahwa mereka punya Mana. Perlu latihan begitu lama untuk dapat melakukannya, dan lebih lama lagi untuk dapat melayang sembari menggunakan mantra lainnya.
Namun anaknya yang baru saja berusia satu tahun itu berhasil melakukannya. Sebuah kejadian yang hanya bisa membuatnya terdiam sembari mengingat sesuatu yang dia pikir hanya mitos begitu lama.
Tentang seorang penyihir luar biasa yang sempurna. Penyihir yang berada diatas aturan semesta dan bisa membengkokkan ruang dan waktu serta realita pada keinginannya.
Ada banyak legenda tertulis berbeda tentang entitas semacam itu. Namun setiap legenda punya satu detail yang sama, sang penyihir sempurna akan punya fluktuasi Mana yang sedikit lebih rendah dari makhluk tanpa bakat sihir biasa.
Satu-satunya cara untuk mendeteksi mereka adalah melalui fluktuasi Mana luar yang biasa yang hanya terjadi seketika saat mereka merapalkan mantra.
"George Mayn. Apakah ibu mengenalinya?" -- dan kemudian pikirannya sekali lagi dipotong oleh sang putri yang kini sudah mendarat dan berdiri tegap di lantai. Mulut si bocah terbuka dengan imutnya saat dia berbicara.
Sesuatu yang akan membuat Caitlynn tertawa seandainya dia tidak dibingungkan oleh kejadian di depannya.
"Eh…? Uh," lidahnya kelu. Jawaban dari pertanyaan mudah itu membuatnya perlu waktu selamanya sebelum dia bisa memberikan sebuah jawaban yang sederhana, "Hm! Dia ayahmu, Anna! Ingat dia dari cerita tentang cinta terakhir ibu?"
Caitlynn berusaha dengan baik menjawab seceria yang dia bisa. Namun topik tentang ayah sang anak tetap membawa kenangan buruk kepadanya.
Sesuatu yang membuat matanya berkaca-kaca dengan air mata perlahan mengalir melewati pipinya saat dia melihat putri mereka terduduk di tanah dengan mata yang membulat menggambarkan keterkejutan sang bocah.
Caitlynn tak tahu darimana putrinya mendengarkan nama suaminya atau apa yang sang putri tahu tentang sang pria.
Semua yang penting bagi Caitlynn saat dia melihat ekspresi anaknya adalah menenangkan anak kesayangannya itu dari apapun yang mengejutkannya.
Jadi dia menghapus air matanya, bergerak perlahan namun pasti mendekati anak semata wayangnya dan memberikan putrinya itu pelukan paling lembut yang dia bisa.
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação