Baixar aplicativo
78.04% Kannoya Academy / Chapter 351: My feelings...

Capítulo 351: My feelings...

Gadis itu masih bernyanyi sekeras-kerasnya.

"Aduh.. bagaimana ini.. berisik sekali." Kata Nera.

"Benar... kita bisa mati. Terlalu berisik.. " Kata Aerum.

Gadis itu mendengar perkataan Nera dan Aerum.

"Hah.. terlalu berisik?" Tanya gadis itu.

Lalu gadis itu menyanyikan sebuah lagu yang lembut, dengan suara yang sangaaaaaat lembut dan kecil.

"Sekarang tidak dapat didengar." Kata Nera.

.

.

Tetapi, udara di sekitar mereka menjadi tipis sekali. Mereka kesulitan untuk bernafas.

"T-Tunggu.... terlalu lembut..." kata Aerum.

"Kucoba! Tree of life!" Kata Nera.

Sebuah pohon besar muncul, pohon itu menghasilkan banyak oksigen. Mereka berdua sedikit lega, tetapi tak lama, pohon itu layu dan mengering.

"A-Astaga.." kejut Aerum.

Nera melihat tangan kirinya, rupanya tangan kirinya mulai mengering dan layu.

"A-Aneh sekali..." kejut Nera.

.

.

.

.

.

.

"Memang... ternyata tidak ada orang yang ingin mendengar perasaanku..." pikir gadis itu.

.

.

.

.

.

.

Gadis itu tetap bernyanyi dengan suara yang sangat kecil.

"Kalau begini terus... kita akan... mati.." kata Nera.

"Aku coba... light!" Kata Aerum.

Cahaya menyinari mereka semua dan sedikit memberi kelegaan, tetapi tak lama cahayanya meredup.

.

.

"Tunggu..." kata Nera.

"Apa... Nera.." kata mereka yang sudah sangat kesulitan untuk bernafas.

"Lagu ini.... ini adalah lagu kesedihan." Kata Nera.

"Nera... tidak ada waktu untuk membicarakannya..." kata Aerum.

"Ini... dengarlah... Aerum! Kamu kan... ahli dalam... perasaan lagu.... coba dengarlah ini... dia.... kesakitan." Kata Nera.

"Apa?..... benar...." jawab Aerum.

"Ya... kesakitan... dia... ingin.... didengar.... dari... suara... yang... sangat... kecil.... in-" kata Nera yang tak lama sudah tak sadar diri karena kekurangan udara.

Aerum melihat kulit Nera,

"Benar.. kesakitan.. mimpi yang dilayukan.. diabaikan... hinaan... hosh... karena kecil... diabaikan?" Tanya Aerum.

Gadis itu masih bernyanyi.

Aerum mulai mencoba untuk berbicara dengan gadis itu,

"Ka-Kamu.... kami.... mendengarnya!" Kata Aerum.

Gadis itu bernyanyi sambil melihat ke arah Aerum.

Kulit Aerum juga mulai kering dan layu.

"Bagaikan... ranting mengering... itulah yang terjadi pada mimpimu.... tidak ada yang menyiraminya... semuanya berusaha untuk menjatuhkanmu... kamu diabaikan, bagaikan ranting kering.... hosh... ranting kering ini.. memerlukan perawatan.. tetapi tidak ada.. yang merawat.. tidak ada yang mendengarkan... kamu mencoba untuk mengabaikan orang lain.. tetapi orang lain selalu ada di mana-mana..

Mengapa... kamu... tidak dengarkan... Kata-kata.... orang lain.. sedikit saja? "Tanya Aerum.

Gadis itu berhenti bernyanyi sesaat, dan melihat ke arah Aerum.

Udara mulai kembali secara normal.

"Perasaanmu... rupanya ikut bernyanyi bersamamu." Kata Aerum.

Gadis itu melihat Aerum dengan seksama,

"Kamu mendengarnya?" Tanya gadis itu.

Aerum tersenyum,

"Aku ahli dalam mendengar perasaan penyanyi." Katanya.

.

.

"Sayang sekali... kamu memiliki suara yang bagus... tetapi kamu kurang bisa mengendalikannya... itu karena.... semua orang di sekitarmu selalu berkata untuk berhenti." Kata Aerum.

Gadis itu menunduk.

"Benar ya?" Tanya Aerum.

Gadis itu diam saja.

"Mengapa kamu berhenti? Atau... ada sesuatu?" Tanya Aerum.

Gadis itu menggelengkan kepalanya,

"Tidak! Aku tidak mau mendengarkanmu!" Katanya.

Gadis itu mulai bernyanyi lagi dengan suara yang sangat kecil.

Udara kembali menipis.

"Rasa ini lagi... layu... dilupakan... dihina..." kata Aerum.

.

.

.

"Mengapa dia bisa mengetahui semuanya?" Pikir gadis itu.

.

.

.

"Kamu... pasti... ingin... menjadi... penyanyi.. yang.. hebat.... aku... juga... bisa.... melihatnya." Kata Aerum.

.

.

.

"Jangan dengarkan omong kosongnya." Pikir gadis itu.

.

.

.

"Kamu... aku yakin.... jika... dengan.. sedikit.... berlatih... dengan dirimu.... kamu bisa... menjadi.... penyanyi... dan... penyanyi... adalah... penyelamat.... bisa... dibilang... sebagai.... pahlawan juga." Kata Aerum.

.

.

.

"Dia... tch."

.

.

.

.

.

"Apa-apaan dia ini?" Pikir gadis itu.

"Padahal... tidak ada yang pernah berkata-kata seperti itu... dia pasti berbohong!" Pikir gadis itu sambil mengingat masa-masa dulunya.

.

.

.

.

"Aku ingin menjadi penyanyi terhebat!"

Seluruh kelas menertawakannya.

"Lihat saja nanti" pikirnya.

.

.

"Seluruh kelas menertawakanku... mana mungkin dia berkata jujur, pasti gadis berambut putih itu berbohong!" Pikir gadis itu.

.

.

.

"Coba keraskan suaramu sekeras-kerasnya, agar mereka dapat mendengarmu."

"Coba kecilkan suaramu sekecil-kecilnya, agar terkesan lembut."

"Seorang perempuan yang baik berkata begitu kepadaku, lalu aku mengikutinya." Pikirnya.

.

.

"Tetapi... tetap saja... sekelas menertawakan diriku saat aku tampil, termasuk perempuan baik itu.

Saat perempuan baik itu yang bernyanyi, semua bersorak... "

"Jadi... semua pujian dan arahan itu pasti adalah tipuan!" Pikir gadis itu

"Semuanya tipuan! Omong kosong!" Sambungnya di dalam pikirannya.

"Bagaimana cara bernyanyi? Aku sudah lupa cara yang baik... karena tidak ada yang mengingatkanku caranya." Pikir gadis itu.

.

.

.

.

.

Gadis itu terus bernyanyi dengan suara kecil. Udara seakan-akan telah menghilang. Aerum menahan nafasnya.

"Aku coba serang mungkin. Karena perkataan tidak mempan padanya." Pikir Aerum.

Aerum menggerakkan tangannya, dari kedua tangannya cahaya bersinar.

Aerum memutar tangannya, sebuah bola cahaya muncul, tetapi tak lama cahaya itu hilang.

"Tidak bisa ya?" Pikir Aerum.

Aerum melihat kedua tangannya, sudah sangat kering dan layu, seperti tangan nenek-nenek tua yang berwarna gosong dan busuk.

Aerum melihat ke arah Nera, rupanya keadaan Nera lebih parah, kulitnya sudah mengering hingga kepada mukanya.

"Terpaksa... nafas terakhirku... ini kesempatan terakhir." Pikir Aerum.

.

.

.

"Kamu... jangan dengarkan kata-kata orang lain, seperti yang baru saja kamu nyanyikan sebelumnya! Tetapi.. jangan abaikan semuanya, perkataan-perkataan pahit itu mungkin bisa membuatmu menjadi lebih baik dan kuat dibandingkan mereka yang mengatakannya! Aku yakin, kamu itu kuat, lihat, kita sudah mengering seperti ini! Dan juga..." kata Aerum yang lalu mulai tak sadar diri.

Aerum memejamkan kedua matanya, lalu ia mulai berkata-kata lagi,

"Kamu bisa, menjadi penyanyi, dan menyelamatkan semua orang... dengan perasaanmu. Kamu pernah mengalami kepahitan itu, dan mungkin kamu bisa mengubah kepahitan di dalam hidupmu menjadi kemanisan bagi orang lain! Aku yakin, ada beberapa orang yang menikmati nyanyianmu itu! Aku yakin! Aku sangat yakin!" Kata Aerum dengan nafas terakhirnya. Lalu ia kehabisan nafas dan tak sadar diri. Nera dan Aerum tergeletak di atas tanah, mereka terlihat seperti sudah meninggal, tetapi sebenarnya mereka belum meninggal.

.

.

.

Gadis itu mendengarkannya. Ia berhenti bernyanyi.

"Siapa yang menikmati nyanyianku..." pikir gadis itu.

Lalu ia mulai mengingat teman-teman penjahatnya.

.

.

Saat dia bernyanyi, Hoshi selalu menari-nari, gadis berambut putih yang suka membawa jarum juga terlihat senang, lelaki aneh dengan muka aneh dan badan besar suka menari-nari juga bersama dengan Hoshi dan gadis berambut putih itu, sepertinya... semuanya menikmatinya.

"Begitu..." pikir gadis itu.

"Ada yang... mendengarkan perasaan ini selama ini..." pikir gadis itu.

"Berarti... ini hanya aku.. yang kurang bersungguh-sungguh...." pikir gadis itu.

Udara mulai kembali.

Gadis itu mulai mengganti nyanyiannya dengan perasaan yang berbeda, selama ini ia bernyanyi dengan mengingat sakitnya masa-masa lalunya, tetapi sekarang ia bernyanyi sambil mengingat orang-orang yang menikmati nyanyiannya.

"Bagaikan dibawah mentari, itulah perasaanku saat bersamamu~"

"Hangat, menyenangkan, cerah, semuanya membahagiakan ~"

"Jadi... jangan ambil... jangan curi matahari hidupku... biarkan aku merasakannya sekali lagi~"

"Semuanya menari-nari, semua bernyanyi, semua tertawa, itulah matahari hidupku~"

"Matahari hidupku~ Matahari hidupku~"

"Matahari hidupku berbeda dengan matahari biasa~"

"Meskipun hujan melanda, matahari hidupku tetap terlihat~"

"Meskipun ada badai, matahari hidupku tetap bersinar demiku~"

"Meskipun cuaca tidak menentu, matahari hidupku tetap akan ada bersamaku~"

Ia bernyanyi dengan lembut, tetapi tetap terdengar. Suaranya sangat merdu, meskipun ada beberapa bagian yang fales, tetapi tetap indah.

Udara kembali menjadi segar, pohon yang dibuat oleh sihir Nera kembali bersemi, kulit Aerum dan Nera menjadi segar lagi.

Aerum membuka kedua matanya,

"Huh...?" Pikir Aerum.

Aerum melihat ke arah Nera. Kulit Nera sudah baik-baik saja.

"Nera... syukurlah." Kata Aerum.

"Lagunya... indah.." bisik Nera yang masih menutup kedua matanya.

"Benar... judulnya adalah 'Matahari hidupku'." Jawab Aerum.

"Aku ingin mendengarnya lagi." Kata Nera perlahan.

Gadis itu mendengar perkataan Aerum dan Nera, ia tersenyum.

"Rasanya... seperti.... hangat sekali. Aku ingin menikmatinya lagi." Kata Nera.

"Kalau dia mau bernyanyi lagi.." kata Aerum.

Gadis itu merasa senang, lalu ia mulai bernyanyi lagi dengan perasaan yang baru saja ia gunakan tadi.

Aerum dan Nera menikmati nyanyiannya itu.

Gadis itu terlihat bahagia.

"Sepertinya..." pikir Nera.

"Kita sudah menang." Pikir Aerum.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C351
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login