Yukina, Ardolph, Denzel, Junko, Name, dan Nomu berlari ke arah pohon biru itu.
"Masih jauhkah?" Tanya Yukina.
"Ya.." kata Denzel.
Tiba-tiba,
"AWAS!" Teriak Name.
Sebuah peluru meluncur, menembak kaki Ardolph.
"Ah.. apa ini?" Teriak Ardolph.
Yukina pun melihat sekeliling.
"Mayumi?" Kejutnya.
"Ya.. dasar lemah dan bodoh." Jawabnya.
Yukina pun terkejut akan perkataannya.
"Apa maksudmu? Lemah dan bodoh?" Tanya Denzel.
"Seperti ini!" Kata Mayumi sambil menembakkan peluru ke arah Yukina. Yukina terkena peluru itu, tepat di dada.
"YUKINAAAA!" Teriak Ardolph.
"Kak.. kak.." kejut Name.
"APA YANG TELAH KAU LAKUKAN? DIA KAN SAUDARAMU!!!" Teriak Denzel.
"Saudara?! Tch.. dia tak layak menjadi saudaraku!" Teriak Mayumi.
"Yukina, ayolah.. bangunlah! BANGUNLAAH!" Teriak Ardolph.
Tetapi Yukina tak merespon.
"Seharusnya, saat ini pedang Yukina berfungsi dan menangkis peluru itu, tetapi.. mengapa?" Tanya Ardolph.
"Dia terlalu lemah, hingga tak bisa menangkis peluru anti-sihirku itu." Kata Mayumi.
"Kau! JANGAN KATAKAN DIA LEMAH!" Teriak Denzel.
"BERISIK!" Balas Mayumi sambil menembakkan peluru ke arah Denzel.
"Hologram shield!" Teriak Denzel untuk melindungi dirinya.
Tetapi, saat peluru mendekati perisai sihir Denzel, perisai itu lenyap.
"Peluru anti-sihir.." pikir Denzel.
Peluru itu sangat cepat, hingga Denzel tak bisa menghindar.
Tetapi,
"Aah.. aku tidak merasakan apa-apa? Mengapa? Bukannya aku tertembak?" Tanya Denzel.
Saat ia melihat ke depan, ia terkejut.
Junko sudah berdiri di depannya, dan peluru itu mengenai dada Junko.
"Junko?" Kejut Denzel.
"Denzel... aku... mencintaimu.. selamanya.. meskipun aku akan... ma.. . ti.." kata Junko.
Junko pun terjatuh.
"Junko? JUNKKOO!" Teriak Denzel.
"YUKINAAA!" Teriak Ardolph.
"Kak.. kak Yukina?" Tanya Name.
Tetapi Yukina tak merespon.
"KAKAAAAK!!" Teriak Name sambil menangis.