"Aneh sekali.. kerikil seberat reruntuhan bangunan..." pikir Stormy.
Stormy pun berjalan entah ke mana.
Hingga ia bertemu dengan Nera, Alvina, dan Alfred.
"Stormy? Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Nera.
Stormy hanya melihat ke arah kakinya itu.
"Mengerikan.. apa itu?" Tanya Alvina.
"Dengar.. aku tertindih sebuah kerikil seberat reruntuhan bangunan. Ini sangat tidak masuk akal." Kata Stormy.
"Biarkanlah aku menyembuhkan kakimu itu." Kata Nera sambil memegang luka kaki itu.
"Argh.. sakit.." kata Stormy.
"Bersabarlah dahulu... nature healing." Kata Nera. Seketika itu juga kaki Stormy sembuh.
"Terima kasih.." kata Stormy.
"Lebih baik kau mencari teman-temanmu dan mengumpulkannya di tempat yang aman." Kata Alvina.
"Di mana itu?" Tanya Stormy.
"Kau lihat cahaya biru itu?" Tanya Alfred.
Stormy berusaha untuk melihat cahaya itu.
"Pohon itu? Pohon biru itu?" Tanya Stormy.
"Benar. Di sana sudah banyak orang berlindung. Anehnya pohon itu tidak hancur sama sekali." Kata Alfred.
"Baiklah, aku akan ke sana." Kata Stormy sambil meninggalkan mereka.
"Bodohnya.."
"Siapa itu?" Tanya Alfred.
"Demi melayani tuan kita."
Gadis berambut kecoklatan pun muncul di depan mereka.
"Gadis pembawa bambu?" Tanya Alfred kebingungan.
Memang ia membawa sebuah tongkat bambu.
"Lebih baik kalian menyerah saja. Kakak kelas kalian sedang sekarat tahu." Katanya.
"Justru karena itu! Kita akan berjuang demi kakak kelas kami! Bisa-bisanya dia berjuang hingga sekarat, kita menyerah begitu saja?" Kata Alfred dengan lantang.
"Baiklah.." kata gadis itu.
"Bagaimana jika ku tunjukkan kekuatanku terlebih dahulu?" Tanya gadis itu.
Gadis itu merentangkan ke tangannya ke salah satu burung yang sedang terbang di udara, seketika itu juga burung itu terjatuh.
"Mati?" Kejut Nera.
"Bukan.." kata gadis itu.
Gadis itu merentangkan tangannya. Dia pun melayang. Lalu ia menurunkan dirinya kembali ke atas tanah.
"Terbang?" Tanya Alvina.
"Kalian tak kunjung paham ya.." kata gadis itu.
Gadis itu memegang sebuah daun, lalu melemparkannya ke arah Nera. Saat daun itu mengenai Nera, Nera pun terjatuh.
"Berat sekali!" Keluh Nera.
"Yang benar saja Nera?" Tanya Alfred.
Saat Alfred hendak mengangkat daun itu, daun itu seberat sebuah batu yang amat besar. Akhirnya Alfred berhasil mengangkat daun seberat batu itu. Tubuh Nera terluka, seperti tertimpa batu.
"Apa yang telah kau lakukan?" Tanya Alvina.
"Mudah.. aku memberatkan daun itu seberat batu." Kata gadis itu.
"Rasakan ini!" Kata Alfred sambil menerjang gadis itu. Ia memukul kepala gadis itu sekuat tenaga. Tetapi gadis itu tidak apa-apa.
"Lemah..." kata gadis itu.
Gadis itu memukul Alfred dengan tongkat bambunya. Alfred terlempar sangat jauh, hingga ia menghantam sebuah tembok hingga hancur.
"Kuat... sekali.." kata Alfred, lalu ia tak sadar diri.
"Roots!" Teriak Nera.
Akar-akar tumbuhan pun mengikat gadis itu.
"Perkenalkan.. aku adalah the weigher.." kata gadis itu sambil memutuskan semua akar-akar kuat milik Nera. Ia memutuskannya seperti memutuskan benang-benang saja.
"Singkatnya, aku membuat pukulan temanmu sekuat pukulan kapas, dan aku memukulnya sekuat pukulan raksasa. Aku membuat akar-akar temanmu sekuat benang." Kata gadis itu.
"Dan jika aku mau. Aku bisa membuat tubuhmu seringan kapas, dan jantungmu seberat batu. Jadi, jantungmu akan terlepas dari tubuh ringanmu itu, san kau akan mati.." kata gadis itu.
"Atau aku akan meringankan tubuhmu dan memberatkan lenganmu, jadi lenganmu akan terlepas dari tubuh ringan itu." Kata gadis itu.
"Kuat sekali dia... siapa dia?" Tanya Alvina.
"Maaf, tapi.. aku akan membuat kakak kelasmu menderita sedikit." Kata gadis itu.
Ia menghentakkan kakinya ke atas tanah.
"Apa ini? Terasa sangat berat?" Kejut Alvina.
Sementara itu, Amiko masih mengangkat kota itu.
"Aaargh.." teriaknya.
"Sudah kubilang.. kau bisa mati jika begini terus." Kata Jaxon.
"Apa ini? Kotanya bertambah berat... sangat berat... terlalu berat.." pikir Amiko.
Lengan Amiko mulai retak, dan lengannya itu mengeluarkan cucuran darah.
"Aku sedang memberatkan kota ini, seberat.. menambahkan gunung di kota ini." Kata gadis itu.
"JANGAN!" Teriak Alvina.
"Jika kau ingin membebaskan kakak kelasmu dari penderitaan, kalahkanlah aku." Kata gadis itu.