Tak terasa pernikahanku dengan Ali telah berjalan dua bulan dan orang-orang di sekitarku mulai bertanya tentang kehamilanku. Biasanya aku hanya tersenyum atau akan menjawab dengan tegar, tapi saat sedang sendiri aku akan merasa galau. Bagaimana tidak? Riski yang menikah satu minggu setelahku saja sudah hamil sedang aku belum ada tanda-tanda kehamilan sama sekali bahkan tadi pagi aku kembali mendapatkan menstruasi. Akak merah tak dapat menahan tangisku saat mendapati bercak merah di celana dalamku.
"Sudah, gak usah menangis, Allah menyuruh kita untuk pacaran dulu, Wife," Ali memelukku sambil mengelus punggungku.
"Tapi aku ingin segera hamil dan punya anak dari kamu." aku menghapus air mata dengan punggung tanganku.
"Kita baru menikah dua bulan, Wife. Masih banyak waktu." Ali tersenyum. "Aku juga tidak akan menuntutmu untuk segera hamil.