Saat memeluknya tiba-tiba saja aku mengetahui nama gadis itu begitu saja. Dia, 'Zeanya' atau di masa depan kami memanggilnya dengan panggilan sayang 'Zeze', dia adalah anak pertamaku dengan Ali si masa depan. Meski dia telah berkali-kali menyatakannya tapi aku selalu menyangkalnya dan baru hari ini aku merasa begitu yakin bahwa dia memang anak kami. Wajahnya merupakan perpaduan antara aku dan Ali meski wajah Ali lebih dominan.
Aku begitu terkejut saat Zeanya tiba-tiba menghilang dari hadapan kami setelah menyerahkan sebuah kotak kepada Ali. Aku merasakan tubuhku lemas hingga hampir terjatuh kalau saja Ali tidak menopangku dan mendudukkanku di gazebo. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dengan menghilangnya Zeze di depan mataku.
"Jangan bersedih. Kita akan bertemu dengannya di masa depan, dia datang untuk menyatukan kita saat ini," Ali menepuk-nepuk bahuku.
Aku hanya mengangguk sembari menatapnya dan melihat ada sebuah rasa kehilangan yang sama di mata Ali.