Pria berjanggut itu menepuk bahu Wu Shan sambil berkata pelan. "Ayo masuk dan lihat dulu, jangan menyulitkan Liang Shi."
Wu Shan kemudian menjeda aktivitasnya dan berkata, "Jika ini ternyata hanyalah tipuan bodoh, dan malah membuatku menunggu begitu lama, maka jangan salahkan aku…."
"Aku akan menghancurkan tempat ini. Wu Shan, kita sudah membicarakan hal itu berkali-kali." Liang Shi sama sekali tidak terkejut saat ia menarik Wu Shan yang masih mengangkat senjatanya di udara. "Sudahlah. Ayo, kita masuk dan bermain dulu."
"Hari ini Bapak telat sekali membuka toko." Ujar Xu Zixin yang merasa kecewa.
Fang Qi hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh dan menjawab, "Aku terlalu lelah kemarin."
"Apa bagusnya tempat ini? Kami menunggu di luar selama setengah jam!" Keluh gadis berpakaian hijau yang datang bersama Xu Zixin.
Sementara itu, mata Liang Shi dan Xu Zixin tampak berbinar saat melihat bagian dalam warnet.
Awalnya, mereka masih khawatir akan kekurangan komputer, tetapi sekarang mereka menemukan ada sebelas komputer di dalam warnet!
"Ada banyak sekali!" Teriak Xu Zixin yang merasa terkejut.
"Kemarin aku baru mendapatkan beberapa komputer baru." Ujar Fang Qi. Ia tidak akan memberitahu yang lain ataupun membahasnya.
"Pantas saja hari ini terlambat buka." Orang-orang yang ada di luar pintu akhirnya mengerti alasan Fang Qi terlambat membuka warnetnya. Kini mereka tidak menyalahkannya lagi.
Liang Shi bahkan meminta maaf kepada Fang Qi. "Aku benar-benar minta maaf. Kamu punya begitu banyak hmm… komputer. Pasti butuh waktu yang lama dan kerja keras!"
Dari ucapan Liang Shi, terlihat betul kalau ia masih asing dengan kata komputer.
Sebenarnya, Fang Qi sama sekali tidak merasa lelah karena sistemnya lah yang bertanggung jawab atas segalanya. Akan tetapi, setelah mendengar apa yang Liang Shi katakan, ia tidak punya pilihan selain mengangguk. "Tidak apa-apa."
Kemudian, Liang Shi dan Xu Zixin pun duduk dan bermain game.
"Zixin, lebih baik kamu main terlebih dahulu." Kata gadis yang datang bersama Xu Zixin yang tampaknya sedang merasa kecewa setelah melihat ukuran warnet yang begitu kecil. "Aku tidak terlalu suka bermain game. Aku akan melihatmu main saja."
Sementara itu, kedua pria yang ada di belakang Liang Shi juga berkata, "Kami juga akan melihatmu bermain terlebih dahulu. Mungkin ini semua hanya tipuan. Liang Shi, jangan biarkan dirimu ditipu!"
...
Seorang pria berbaju ungu gelap sedang mengikuti seorang pria berbaju hitam sampai ke warnet Fang Qi.
"Apa kamu yakin Zixin akan datang ke tempat seperti ini?" Tanya seorang laki-laki yang bertubuh gagah.
"Pangeran Xue, aku bersumpah bahwa Zixin memang datang ke tempat ini." Ujar laki-laki berbaju hitam dengan suara rendah. "Orang-orang ku melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri." Imbuhnya.
"Kenapa Zixin datang ke sini sendirian? Kenapa ia tidak berlatih di sekolah Lingyun?"
"Aku tidak tahu." Jawab laki-laki berbaju hitam dengan nada yang terdengar canggung.
Pria tampan itu kemudian mendorong pintu dan berjalan masuk ke dalam warnet. Seperti yang diharapkan, ia melihat Xu Zixin sedang duduk di kursi yang paling dekat pintu.
Pria itu lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil yang tampak mewah dari sakunya seraya menghampiri Xu Zixin. Pria itu berdehem sejenak sebelum memanggil Xu Zixin. "ZIxin!"
Tetapi Xu Zixin tidak menanggapi panggilannya.
Pria itu kemudian memanggilnya lagi. "Zixin!"
Setelah itu, akhirnya Xu Zixin mengalihkan pandangannya dari layar komputer untuk mencari sumber suara. Ekspresi wajah Xu Zixin langsung berubah menjadi terkejut saat melihat pria bertubuh gagah yang memanggilnya barusan. "Mengapa kamu bisa ada di sini?"
"Mengapa kamu berada di tempat seperti ini? Oh, dan mengapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu keluar dari Menara Seni Bela Diri?" Pria tampan itu justru balik bertanya seraya menyerahkan kotak kecil yang ada di tangannya kepada Xu Zixin. "Ini adalah Tianxin Elixir yang sangat bagus untuk kultivasimu. Aku ingin memberimu satu begitu aku mendapatkannya kemarin."
"Aku tidak harus memberitahumu kapan aku meninggalkan Menara Seni Bela Diri dan kemana aku akan pergi." Jawab Xu Zixin yang merasa risih karena pria tersebut selalu mengikutinya seperti lalat.
Setelah mendengar jawaban Xu Zixin barusan, wajah pria tampan itu menjadi semakin canggung.
"Aku mengkhawatirkanmu… ." Ujar pria tersebut, ia tampak begitu gelisah. Pria itu kemudian menunjuk ke sekeliling ruangan sembari berkata, "Lihat semua orang yang ada di sini. Bagaimana aku bisa membiarkanmu berada di tempat yang kumuh dan tidak jelas seperti ini?"
"Apa kau bilang? Tempat yang kumuh? Xue Ming, biar aku memberitahumu, kamu tidak punya hak untuk melarangku hanya karena keluarga kita dekat!" Ujar Xu Zixin yang tidak terima dengan ucapan Xue Ming barusan. Jika bukan karena Xu Zixin, Xue Ming sendiri tidak akan sudi masuk ke dalam tempat ini. "Pergi dari sini!" Usir Xu Zixin.
"Uh… ." Xue Ming membeku sesaat, karena ia tidak yakin mengapa Xu Zixin menendangnya. Meskipun emosinya tidak baik, tetapi ia tidak pernah memperlakukannya seperti ini. "Tapi, Zixin..."
"Apa? Kamu masih berani memanggilku Zixin? Pergi kamu! Oh, aku tidak bisa menerima barang mahal seperti Tianxin Elixir. Lebih baik kamu simpan untuk dirimu sendiri." Ujar Xu Zixin.
"Sudahlah, Zixin. Untuk apa kamu marah pada pria seperti dia?" Kata gadis yang ada di sebelah Xu Zixin. "Abaikan saja."
Setelah itu, Xu Zixin hanya mendengus kesal lalu kembali ke tempat duduknya. Kemudian ia berkata kepada Fang Qi. "Pak, tolong usir orang ini."
"....." Xue Ming terdiam dan benar-benar terkejut dengan perlakuan Xu Zixin padanya. Apa yang sedang terjadi?
Selain itu, mengapa Shen Qingqing juga ada di sini?
Sementara itu, Fang Qi pun tampak kebingungan. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Apakah kamu adalah pemilik warnet ini?" Tanya pria tampan itu seraya menatap sosok Fang Qi. Setelah menyadari bahwa Xu Zixin telah meminta pemilik tempat ini untuk mengusirnya, ekspresi wajah Xue Ming berubah menjadi suram. "Ini urusan pribadi di antara kami. Aku sarankan agar kamu tidak ikut campur! Kalau tidak, aku akan menghancurkan tempatmu yang kumuh ini!"
"Sepertinya kamu salah paham." Kata Fang Qi dengan wajah serius. "Aku hanya ingin mengatakan satu hal. Tempatku ini sebenarnya sangat mewah, tidak kumuh."
Setelah mendengar ini, pria tampan itu mulai tertawa seolah ia baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu. Ia kemudian memandang sosok Fang Qi dari atas ke bawah, kemudian mencibir, "Apakah kamu tahu apa artinya kelas atas?"
Pria itu kemudian melirik papan tulis yang ada di dekat pintu dan menambahkan, "Apa kamu pikir hanya karena kamu memeras banyak uang, maka bisa disebut kelas atas?"
"Meskipun aku tidak tahu apa maksudmu, tetapi menurutku kamu sangat bodoh." Balas Fang Qi sambil menunjuk komputer yang ada di belakangnya. Ia kemudian melanjutkan kalimatnya. "Di kampung halaman kami, ada pepatah yang mengatakan bahwa kemewahan adalah sesuatu yang sederhana."
"Kemewahan yang sederhana?" Xue Ming sama sekali tidak memahami ucapan Fang Qi barusan, karena tempat ini sangatlah kecil dan tidak terlihat mewah sama sekali.
"Tolong beritahu aku, bagaimana tempat ini bisa disebut dengan tempat mewah yang sederhana?" Ujar pria itu seraya melihat layar yang ada di hadapan Xu Zixin. "Apa yang sedang ia lakukan? Apakah ia menonton sesuatu?"
'Mengapa Xu Zixin datang ke tempat ini dan tidak berlatih?' Pikir Xue Ming.
"Ia tidak menonton apapun." Jawab Fang Qi. "Ia sedang bermain game." Imbuhnya.
"Bermain game?" Pria tampan itu memandang Fang Qi dengan tatapan bingung.
Fang Qi hanya tertawa dan bertanya, "Apa hubungan Nona Xu Zixin dengan Anda? Apakah Anda menyukainya?"
"Ehmm..." Pria tersebut kemudian menegakkan punggungnya dan berkata dengan bangga. "Keluargaku dan keluarga Zixin sangatlah dekat, dan kami berdua belajar di sekolah Lingyun. Kami adalah pasangan yang cocok untuk satu sama lain."
Fang Qi dan semua orang yang mendengar ucapan Xue Ming barusan kompak tertawa. Seorang gadis seperti Xu Zixin pasti memiliki banyak orang yang mengejarnya, dan pria ini tampaknya menjadi salah satu dari mereka.
Karena itulah, Fang Qi kemudian menepuk bahu lelaki itu dan berkata, "Anak muda, bukan seperti itu kalau kamu ingin mendapatkan seorang perempuan."
"Mendapatkan hati…seorang perempuan?" Xue Ming tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Fang Qi.
"Ngomong-ngomong, kamu harus mempunyai hobi yang sama dengannya." Kata Fang Qi sambil menunjuk monitor Xu Zixin.
"Ini?" Balas Xue Ming dengan nada mencibir. "Apa bagusnya?"
"Ada pepatah terkenal di kota asalku yang mengatakan bahwa, Kamu bukan ikan, jadi bagaimana kamu bisa memahami kebahagiaannya?" Ujar Fang Qi. "Jika kamu bukanlah dirinya, bagaimana kamu tahu apa yang ia sukai?"
Setelah mendengar ini, Xue Ming berpikir sejenak sebelum berseru dalam benaknya, 'Kamu bukan ikan, jadi bagaimana kamu bisa memahami kebahagiaannya? Pepatah itu memiliki makna yang sangat dalam. Apa mungkin pemiliknya sebenarnya bukan orang biasa?'
"Jika kamu bisa membuatnya mengagumimu melalui hobinya, maka masa depannya ada di tangamu." Ujar Fang Qi sembari melihat Xue Ming yang tampak sedang berpikir. Fang Qi kemudian memutuskan untuk meneruskan kalimatnya selagi Xue Ming sedang berpikir. "Kamu baru saja tidak menyukai hobinya, bahkan mengkritiknya. Siapa pun pasti akan marah. Lalu, kamu masih berharap ia akan menyukaimu?"
Setelah mendengar ucapan Fang Qi barusan, kedua mata Xue Ming tampak berbinar. Pria itu kemudian mengacungkan jempolnya pada Fang Qi seraya berkata, "Mendengarkan ucapan Bapak seperti sedang membaca buku! Anda mengatakan sesuatu yang sangat masuk akal!"
"Jadi, sekarang Nona Zixin sedang menyukai game ini?"
Fang Qi kemudian membuka game Resident Evil dan memasang alat game VR pada Xue Ming. "Rasakan sendiri, tapi jangan lupa membayar."
"Resident Evil?"
Layar komputer yang ada di hadapan Xue Ming berubah menjadi gelap. Ia kemudian merasakan bahwa semua yang ada di sekitarnya tiba-tiba berubah menjadi seperti yang ada di dalam layar komputer. Ia seolah bisa menyentuh semuanya yang terlihat begitu nyata.
Xue Ming sekarang seolah tidak berada di dalam dunia yang selama ini ia tinggali. Di tempat ini ada berbagai macam senjata yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Selain itu, di sini ada zombie mengerikan yang belum pernah ia temui sebelumnya. Di tempat ini ada begitu banyak bahaya. Hal tersebut membuat Xue Ming menjadi tertarik dengan game ini.
Sekarang, Xue Ming akhirnya mengerti apa yang dimaksud Fang Qi dengan 'bermain'.
"Apakah ini benar-benar hanya permainan?!"
"Bukankah kamu sudah mati beberapa kali? Jika bukan di dalam game, bagaimana kamu bisa hidup kembali?"
"Benar, benar!" Ujar Xue Ming seraya mengangguk dengan gembira. Ini benar-benar permainan!
Sebagai seorang laki-laki dari keluarga kaya, ia merasa harus bermain game yang tidak pernah didengar atau dipikirkan oleh orang lain!
"Ini benar-benar kemewahan yang sederhana! Lihat, aku membunuh semua monster yang ada di sini! Kalau begitu, Zixin pasti akan jatuh cinta padaku!"
Fang Qi hanya menggelengkan kepalanya setelah melihat ekspresi Xue Ming. "Ia mudah sekali ditipu."
"Tapi..." Fang Qi kemudian menyentuh hidungnya. "Bermain game ini bukan tipuan, kan?"
Fang Qi lalu melihat beberapa orang yang sedang berdiri di luar.
"Haruskah kita masuk?" Seorang prajurit yang mengenakan satu set baju besi hitam berkata dengan suara rendah. "Mereka sudah di dalam begitu lama dan belum keluar."
"Haruskah kita masuk untuk melihatnya?"
"Lihat, ada orang lain yang masuk!"
Tak lama kemudian, ada enam orang yang kembali memasuki warnet milik Fang Qi. Mereka adalah empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan yang tampaknya berusia sekitar 16 atau 17 tahun.
Bocah laki-laki berbaju putih tersebut kemudian berkata, "Song Qingfeng dan yang lainnya menyebutkan kata 'super' beberapa kali. Aku sudah mengeceknya, dan ini adalah satu-satunya tempat dengan nama super!"
Mereka kemudian melihat ke sekeliling. Di sini ada orang-orang yang sudah duduk menghadap sebuah layar. Pada layar tersebut ada sesuatu yang tampak bergerak, benar-benar terlihat sangat aneh.
"Apa yang mereka lakukan di tempat ini?" Tanya segerombolan anak-anak tersebut. Mereka masih tidak tahu apa yang bisa dilakukan tempat seperti ini.
Toko ini berbeda dengan toko lain yang pernah mereka kunjungi.
Mereka tidak punya pilihan lain selain memanggil pemilik toko untuk mencari tahu.