Setelah memenggal kepala Oni yang menghampiri gubuknya, Tetsuya langsung pergi ke desa untuk mengecek keadaan di Desa dan hasilnya... ia disambut oleh darah, Desa menjadi sangat gelap, lebih gelap dari saat awal ia datang.
Tetsuya telah berkeliling sebagian dari desa sambil memeriksa rumah-rumah, namun ia hanya melihat Mayat dan Darah, banyak terlihat bekas kerusakan pada dinding-dinding rumah, semua properti rusak, dan hancur.
Namun, semua mayat yang ada di Desa adalah mayat laki-laki, sama sekali tidak ada mayat perempuan.
Tetsuya juga telah mengecek darah, dan itu masih hangat, yang artinya pembantaian di Desa baru saja terjadi.
' Apa itu terjadi saat aku dan Inoda-san pergi ke Gubuk? Kalau begitu, Inoda-san... '
Tetsuya yang saat ini tengah berjongkok di salah satu rumah terlihat sedang berdoa dengan mata terpejam, ia mendoakan mayat para penduduk desa. Sebelum akhrinya berdiri, dan berbalik. Wajahnya penuh amarah, amarah yang sangat besar, namun itu dalam kendali Tetsuya sepenuhnya.
Tetsuya kemudian berkata dengan niat membunuh yang dapat membuat siapa saja tercekik dibuatnya.
" Akan kusiksa kalian didalam Neraka Es, Oni! "
.
.
.
Tetsuya saat ini berdiri di tengah desa, ia terlihat telah mengeluarkan pedang nichirinnya dan mengarahkannya ke atas langit, bilah putihnya bersinar di bawah terangnya bulan. Kemudian Tetsuya terlihat sedikit menghembuskan nafas dinginnya, dan memejangkan matanya, ia kemudian berkata.
" Kori no Kokyu, Hachi no Kata... ( Pernafasan Es, Bentuk Kedelapan ) "
" Arare. ( Tetesan Hujan Beku. ) "
Setelah itu, tidak terjadi apa-apa, dan Tetsuya kembali menyarungkan pedang nichirinnya. Ia tidak pergi dari tempatnya, dan tetap berdiri seperti menunggu sesuatu, sebelum tiba-tiba turun hujan.
*Tap*
*Tap*'
Tetesan Hujan perlahan-lahan semakin deras, namun itu bukan hujan biasa, melainkan Hujan Es. Ini adalah salah satu dari 9 Bentuk Pernafasan Es milik Tetsuya, Arare ( The Frozen Raindrops. ).
Walaupun Hujan Es itu turun ke tanah, namun ia sama sekali tidak mengenai Tetsuya, secara ajaib, butiran-butiran Es yang turun kearah Tetsuya langsung berubah arahnya, seperti menghindari tubuh Tetsuya itu sendiri.
Namun, Tetsuya masih belum pergi, ia tetap berdiri di desa, sambil bergumam.
" Muncullah, dimana kau bersembunyi, brengsek. "
...
Sementara itu, Ginjou, Oni yang merupakan anak buah dari Kioo terlihat sedang berjalan kearah Desa untuk menghampiri Tetsuya. Tubuh kekarnya membuat tanah bergetar setiap ia melangkahkan kakinya.
Dua buah Kapak terlihat diikat menyilang dipunggungnya.
Dan didepannya saat ini, terlihat dua Oni yang sangat pendek, tinggi mereka tidak lebih dari 1 meter, mereka seperti kucing yang berada didepan majikannya. Penampilan kedua Oni itu seperti seorang anak berumur 3 tahun, namun dengan wajah seperti katak.
Tubuh mereka berwarna Hijau muda keabu-abuan dan sangat menjijikan, lapisan lendir terlihat menyelimuti tubuh mereka. Mereka terlihat seperti monster daripada Oni.
" Bagaimana? Apakah kalian menemukannya? "
Mendengar pertanyaan dari Ginjou, Kedua Oni itu menjawab dengan seringai.
" Genryou sudah memeriksanya-ja, namun Genryou tidak menemukannya-ja. "
Salah satu dari Oni kembar itu menjawab sambil melompat-lompat kecil, ia menyebut dirinya Genryou, dan menambahkan ja disetiap perkataannya. Setelah itu, perkataan Genryou disambut oleh Oni kembar satunya, yang ekspresinya tidak jauh berbeda dari Genryou.
" Itu benar-da, Itu benar-da. "
Mendengar itu, Ginjou tidak terkejut, dan hanya menjawab dengan enteng.
" Begitukah? Kalau begitu minggir dan singkirkan wajah menjijikan kalian itu dariku. "
Ucap Ginjou yang terlihat akan segera pergi ke Desa dan mencari orang yang sudah membunuh Otengu sendiri, dia berencana akan membunuhnya dengan tangannya. Sementara itu, Genryou dan Ganryou yang dihina oleh Ginjou sama sekali tidakmarah, bahkan mereka masih menyeringai seperti bukan apa-apa.
" Gegege, tapi Genrou dan Ganryou membawa tubuh Otengu-ja, apa kau mau lihat-ja? "
Tanya Genryou, yang membuat Ginjou hanya berkata dengan jijik.
" Hah? Apa kau mau melakukan itu lagi, bodoh? Pergi sana, dasar Kanibal menjijikan. "
Namun, tepat setelah Ginjou mengatakan itu, tiba-tiba benda putih jatuh dari langit dan menghantam kepalanya, dan langsung pecah berkeping-keping.
" Ouch, apa itu??? "
Kemudian, butiran-butiran Es mulai turun lebih deras, dan meghujani Ginjou dan si kembar. Membuat mereka kebingungan sekaligus kesakitan.
" Oi, Oi apa apaan ini? Hujan Es? "
Ginjou terlihat biasa saja dan tidak kesakitan, namun ia bingung. Jarena ini pertama kalinya ia melihat dan merasakan Hujan Es. Sementara itu, Si Kembar, Genryou dan Ganryou melompat-lompat kesakitan.
" Tapi in- "
Tiba-tiba, saata Ginjou membuka mulutnya untuk yang kedua kali, ia merasakan sebuah pandangan dengan niat membunuh tertuju kepadanya, namun segera menghilang, yang membuat Ginjou meneteskan keringat dingin.
" A-apa itu, Barusan. "
Ginjou kemudian melihat kebelakang, namun yang ia lihat hanyalah tingkah laku bodoh si kembar, dan tidak ada yang aneh dari hal itu. Ia terus melihat sekeliling namun tidak ada seorangpun dan niat membunuh tadi hilang sepenuhnya.
" Tatapan macam apa itu? "
Kemudian Hujan Es berhenti tiba-tiba, yang membuat Ginjou bertambah bingung.
...
Sementara itu, bersamaan dengan berhentinya Hujan Es turun dari langit, Tetsuya kemudian membuka mata safirnya. Ia kemudian, kembali menarik nafas. Tetsuya kemudian berbalik dan memandang Gunung dibalakangnya.
Sambil berkata dengan padangan tajam menuju suatu titik.
" Ketemu kau. "
...
Di tempat yang sedikit jauh, terlihat seorang pria dengan kimono dan Haori putih duduk Seiza memunggungi seorang wanita. Wanita dibelakangnya memiliki penampilan yang cantik dan anggun, senyumnya mempesona dan misterius.
Mata Ungunya terlihat sangat indah walau berada di dalam gelap, dan ia menggunakan Haori putih dengan sedikit warna merah muda dan hijau.
Kemudian terdengar suara yang sangat lembut dan menenangkan hati dari Pria itu.
" Begitulah, apa kau sudah mengerti tugasmu kali ini, Shinobu? "
Pria itu memanggil wanita itu dengan nama Shinobu. Shinobu yang mendengar pertanyaan dari pria didepannya, menjawab tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.
" Hai, Oyakata-sama. "
Pria itu dipanggil Oyakata-sama oleh Shinobu, dengan nada penuh hormat dan kepatuhan.
" Misi kali ini tidak akan sulit, namun, karena jarak yang cukup jauh mungkin akan sangat terlambat. Tapi itu lebih baik daripada membiarkan Oni-Oni itu hidup dan memangsa manusia lagi. "
Shinobu hanya diam saat mendengarkan Oyakata-sama berbicara.
" Kalau begitu pergilah, dan jaga dirimu. "
" Hai. "
Setelah diberi perintah untuk pergi, Shinobu langsung menghilang dari tempat dalam sekejap. Oyakata-sama yang menyadari itu, mengalihkan tatapannya kearah Bulan Purnama, walaupun ia tidak dapat melihat keindahannya karena tidak ada cahaya di matanya.
" Ini malam yang indah. "
Maaf menunggu lama, abis UTS lupa ngasih tau.