Entah bagaimana hari - hari berikutnya ayah Nabila makin sering terlambat menjemput Nabila. Dan Indah pun semakin dekat dengan anak kecil itu, melihat dari kedekatan mereka, Tenan - Tenan sekantornya pun makin sering menjodohkan dia dengan ayah Nabila.
Dan hari itu entah bagaimana Ayah Nabila mengajak Indah untuk ikut makan siang,awalnya tenth sana Indah menolak, namun rayuan wajah lucu Nabila membuatnya luluh.
"Bunda, disini nasi gorengnya enak banget,Bila suka banget ,Bunda coba juga ya, bunda pasti suka" kata Nabila sambil tersenyum Mani's dan duduk dipangkuan Indah.
Indah pun hanya tersenyum dan mengelus kepala Nabila sayang, dan tanpa Indah sadari, sikapnya itu membuat seseorang tersenyum lembut sembari menatapnya.
"Indah..." Sapa seseorang dari belakang dan menepuk pundaknya. Seketika Indah pun menoleh dan melihat kawan kuliahnya dulu yang menyapanya.
"Desi....ya ampun apa kabar jeng,lama ndak pernah ketemu" balas Indah dengan girang
" Baik,,..ini....anak kamu,,ya ampun lucunya,siapa namanya dek?" Tanya Desi pada Nabila.
"Nabila" jawab Nabila sambil mencium tangan desi. "Tante ini temannya Bund ya?" Tanya Nabila lagi. "Iya sayang,tante ini teman Bunda kamu,..mas ini suaminya Indah ya,,kok ndak ngundang sih waktu nikahan? Kan aku mau datang jeng?" Kata Desi semangat.Indah hanya tersenyum tak enak kepada ayah Nabila.
"Des,,kamu ndak ada janji sama siapa gitu?" Tanya Indah agar kawan kuliahnya segera pergi.
"Oh..iya duluan ya,,," kata Desi sambil berlalu.
Selepas kepergian Desi ,suasana canggung yang terjadi diantara mereka,yang terdengar hanya celoteh manja Nabila.
Sepanjang malam Indah terus kepikiran ayah Nabila juga Nabila, mungkin Indah akan bahagia kalau dy bisa menjadi bagian dari hidup Nabila dan ayahnya.tapi Indah ragu apakah ayah Nabila punya pemikiran yang sama dengan dirinya.
Tapi sesungguhnya Indah gengsi kalau,seorang Indah yang selama ini menjadi pujaan banyak lelaki sewaktu dia kuliah, menjadi pujaan pemuda dilingkungan rumahnya, mendapat seorang duda dengan seorang anak. Ayah Nabila memang tampan, Nabila juga lucu, namun gengsi itu lebih besar bertahta dihati Indah.
Dan keputusan Indah ,dia harus menjauh dari ayah Nabila juga Nabila.
Mulai dari keluar dari TK tempat dia mengajar,dan menutup komunikasi dengan ayah dan anak itu.
Hari - hari Indah berjalan damai dengan kegiatan barunya yang mengajar di sebuah SD, dan disana masalah menikah tidak begitu sering dibicarakan karena tidak cuma dirinya yang belum menikah.
Namun di hati kecilnya Indah benar - benar sangat kesepian. Tak dipungkiri dia ingin seperti yang lain, membina keluarga sendiri dengan lelaki yang dicintai dan mencintainya lalu punya anak yang lucu, mungkin dua atau tiga tidak masalah.
Semakin dia menghayalkan itu semakin hatinya bersedih.