🔥🔥🔥🔥🔥
Zeline fokus pada acara makan malam serta persiapan pernikahan dadakan Mesya dan tunangannya. Malam ini di rumah Mesya diadakan makan malam sebelum esok harinya pemberkatan pernikahan dilaksanakan.
Mesya yang akan menikah namun Zeline yang merasakan gundah gulana. Ibu Mesya berdiri disamping Zeline mengamati setiap pergerakan pekerja yang sedang mondar mandir menata kebun belakang rumah Mesya untuk dijadikan tempat makan.
"Zel, kau tidak pergi bekerja?" tanya Rani, ibu Mesya
Zeline menoleh, menatap wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan fashionable di sebelahnya.
"Aku bukan pekerja kantoran, tante. Jadi, kapanpun aku mau libur, aku bisa. Lagian, aku tidak tega melihat tante sibuk sendirian mengurus hal ini," jawab Zeline
"Baiknya kamu, Zel. Terima kasih ya. Dimana Fini sama Vera?"
"Fini sedang bertemu kliennya. Vera juga sudah punya jadwal yang tidak bisa di cancel. Tapi nanti malam mereka akan datang kemari,"
"Lebih baik tante masuk, beristirahat. Tante butuh tenaga ekstra untuk nanti malam. Urusan dekorasi ini, biar Zeline yang urus," kata Zeline sembari mendorong pundak Rani untuk masuk kedalam rumah
Rani berbalik, kedua telapak tangannya mencubit gemas pipi Zeline.
"Nanti malam, suruh kekasihmu datang kemari," kata Rani dan Zeline mencebikkan bibirnya
"Zeline single, Tante. Kekasih siapa yang harus Zeline bawa nanti malam. Sudah tidak ada waktu untuk menyewa kekasih bayaran. Zeline sedang sibuk mengurusi dekorasi kebun," canda Zeline
"Selalu saja merendah! Sudah, tante mau ke dalam dulu ya. Kamu jangan lupa makan siang," Zeline mengancungkan jempolnya
Mesya dan Pradipta sedang sibuk mengurusi dekorasi hotel. Untuk kalangan atas, menikah dengan waktu yang singkat bukanlah hal yang sulit. Uang mampu mengendalikan semuanya. Seperti halnya pernikahan Mesya dan Pradipta, hanya butuh waktu satu minggu dan semua urusan selesai.
Zeline mengamati ponselnya, sudah dua hari terakhir, Fello tidak memberikan kabar apapun. Pria itu menghilang seperti ditelan bumi. Biasanya, pria itu dengan iseng akan mengirimkan chat singkat yang mampu membuat Zeline tersenyum. Entahlah, Zeline sudah terbiasa akan kehadiran notifikasi darinya beberapa minggu terakhir ini.
Mungkinkah Fello tersinggung dengan lontaran kalimat vulgar yang dilayangkan Mesya, Fini dan Vera beberapa hari yang lalu. Memang semenjak itu, Zeline malu untuk sekedar memberi kabar terlebih dahulu. Terakhir kali, hanya undangan milik Mesya dan Pradipta yang dikirimkan oleh Zeline. Dan chat itu hanya di baca. Menyebalkan!
"Kamu ini, belum pernah mati tapi kenapa gentayangan terus dipikiran aku?" gumam Zeline sambil menatap foto profil whatsapp Fello
🔥🔥🔥🔥🔥
Perjalanan panjang yang memakan waktu kurang lebih 20jam nonstop, New York - Jakarta, Indonesia. Ricard memilih untuk menaiki jet pribadinya, ia tidak sanggup berlama-lama di pesawat komersil.
Setelah membereskan segala pekerjaan yang telah menjadi deadline dan mengatur ulang jadwal temu dengan klien atau jadwal rapat, Ricard memilih untuk segera terbang ke Jakarta. Tempat dimana wanita yang memenuhi isi kepala Ricard bernaung.
Ricard memilih untuk memakai detektif untuk melacak keberadaan Zeline. Itu karena ia akan memberikan kejutan untuk wanita itu. Selama hampir 2 hari, Ricard sama sekali tidak menghubungi Zeline. Disamping ingin memberikan kejutan, alasan lainnya yaitu padatnya pekerjaan Ricard yang menyebabkan pria itu lembur.
Ia lebih memilih tidur selama perjalanan panjangnya. Ricard hanya pergi sendiri, sedangkan perusahaannya ia titipkan sementara pada Steven. Namun tetap, Ricard akan mengontrol dari kejauhan.
"I'm so tired!"
Ricard tidak tahan untuk tidak memberikan kabar apapun pada Zeline. Ia mengirimkan foto bangun tidurnya, yang ia yakini Zeline tidak akan tahu jika ia tertidur didalam jet pribadinya.
Dengan kenekatan serta modal kepercayadirian yang tinggi, Ricard memberanikan diri untuk datang menemui Zeline. Wanita yang baru beberapa minggu terakhir dekat dengannya. Diantara banyaknya, wanita yang ia kenal dari aplikasi online itu, hanya Zeline yang tidak pernah memintanya secara langsung untuk datang menemuinya. Hanya teman-temannya yang beberapa kali, menggoda Ricard untuk segera datang menemui Zeline.
Zeline selalu berpikir jika tiket pesawat New York - Jakarta bukanlah hal yang murah. Ia wanita yang cukup pengertian, tidak banyak menuntut. Apalagi yang Zeline tahu, Ricard hanyalah seorang karyawan biasa. Bukan tipe wanita matre yang diketahuinya.
🔥🔥🔥🔥🔥
"Bagaimana? Tante suka? Kau suka, Mes?" tanya Zeline saat memperlihatkan hasil arahan dekorasi di halaman belakang rumah Mesya
"Ini lebih dari yang aku suka, Zel!" pekik Mesya berlari ke bawah tenda hias dan mencoba duduk di salah satu kursi
"Suasana santai dan intim. Tante suka sekali. Terima kasih, Zeline," ucap Tante Rani
Zeline hanya tersenyum lebar melihat respon baik atas kerjanya setengah hari penuh tadi. Lelah, namun ia bahagia. Di tambah, pria yang sedari kemarin menjadi pikirannya mengirimkan sebuah pesan.
Pria itu tidak pernah terlihat tidak tampan. Meskipun baru bangun tidur sekalipun, wajah Fello selalu terlihat menawan. Jangan salahkan Zeline, jika ia memang begitu memuja pria berwajah tampan.
"Mes, ayo bersiap-siap!" Zeline mengajak Mesya untuk mempersiapkan diri
Mesya harus bersyukur memiliki sahabat yang bisa banyak membantunya. Untuk urusan make up dan dekorasi, tentu saja Mesya memiliki Zeline sebagai pakarnya. Sedangkan untuk urusan foto, Mesya memiliki Vera sebagai fotografer pribadinya. Dan untuk urusan makanan serta minuman serahkan pada Fini.
Gaun merah terang dipilih Mesya untuk acara makan malam nanti. Gaun yang memperlihatkan lekuk tubuh Mesya sehingga terlihat begitu seksi dan elegan.
Fini datang dengan memakai dress putih simple beukuran pendek diatas lutut yang begitu pas di tubuhnya.
Berbeda lagi dengan Vera, wanita itu memilih memakai gaun abu blink yang cukup seksi karena menampilkan separuh pahanya.
Meskipun ketiga sahabat Zeline sudah memprotes habis-habisan mengenai gaun yang dipakai Zeline tapi wanita itu tetap pada pendiriannya. Zeline memilih untuk memakai Black dress lengan panjang yang slim fit. Dress itu begitu simple karena tidak ada ornamen apapun. Meskipun sangat sederhana, Zeline tetap terlihat seksi karena memang tubuhnya yang begitu proposional.
"Jangan protes lagi! Aku nyaman memakai dress ini!" ucap Zeline
Acara makan malam dan doa bersama akan dilangsungkan 30 menit lagi. Mesya sama sekali tidak menampakkan raut wajah gugup ataupun cemas, yang ada wanita itu selalu menebar senyum. Apakah orang yang akan menikah selalu begitu? Atau hanya Mesya yang berlaku seperti itu.
Ponsel Zeline berdering. Tidak biasanya Fello menelponnya, pria itu lebih memilih video call dibanding menelpon. Ia menelponpun kali ini dengan nomor ponsel pribadinya. Sungguh, Zeline tidak tahu berapa banyak pulsa yang akan keluar dari ponselnya ketika melakukan sambungan internasional seperti ini.
"Kau dimana?"
Zeline mengerenyitkan dahi saat mendengar pertanyaan Fello untuknya.
"Aku?"
"Ya, kau dimana sekarang? Dirumah Mesyakah?"
Zeline mengangguk tanpa sadar.
"Zeline, Kau masih disana?"
Zeline tersadar, bagaimana mungkin pria itu tahu kalau dia mengangguk menjawab tadi.
"Iya. Aku dirumah Mesya. Bagaimana kau tahu keberadaanku?"
Ricard tertawa diseberang sambungan telepon mereka.
"Kemarilah. Aku di depan. Aku tidak mengenal siapapun disini. Ramai sekali. Aku menanyaimu tapi tidak satupun yang tahu, mereka malah mengajakku berfoto. I'm not celebrity!"
Zeline melotot terkejut. Kepalanya masih berusaha mencerna ucapan Fello barusan.
"What!" Teriakan Zeline membuat sekelilingnya menatap Zeline penasaran
"Ada apa, Zel?" tanya Vera khawatir melihat wajah Zeline pucat pasi
"Kau apa? Bisa kau ulangi ucapanmu?" Zeline tidak menggubris pertanyaan Vera melainkan ia kembali ke Fello
"Aku di depan rumah Mesya. Aku tidak tahu harus kemana. Disini begitu ramai. Bisa kau menjemputku kemari?"
Sontak saja Zeline menjatuhkan ponselnya. Tubuhnya mendadak lemas dan ia berusaha mengatur detak jantungnya yang bergemuruh riuh bertalu-talu. Mungkin ia sedang berhalusinasi. Mana mungkin Fello yang tinggal di New York bisa berada di depan rumah Mesya sekarang. impossible!
Fini dan Vera mendekati Zeline yang terlihat masih shock. Mereka berdua memegangi tangan Zeline dan menanyakan apa yang terjadi. Zeline hanya bungkam dan melepaskan pegangan Fini dan Vera di lengannya.
"Aku pergi ke depan sebentar," ucap Zeline gugup
Zeline berjalan perlahan dengan detak jantung yang tak karuan, pikirannya sudah porak poranda. Ia yakin, Fello pasti sedang mengerjainya. Di halaman depan berjejer mobil-mobil mewah yang dibawa oleh tamu undangan Mesya dan Pradipta. Terlihat ada segerombolan wanita yang tengah memakai gaun malam berdiri begitu berisik di depan salah satu mobil di dekat pagar rumah Mesya.
Zeline mendekati kerumulan wanita tersebut. Ia meminta diberi jalan agar bisa melihat apa yang tengah diperhatikan, ah~ bukan, direbutkan para wanita itu. Jika ini adalah tokoh kartun, kedua mata Zeline sudah melompat keluar melihat sosok pria yang tengah tersenyum dihadapannya.
Seorang pria tampan memakai blazer hitam serta dalaman kemeja putih tengah menatap Zeline. Melempar senyuman manis. Zeline seakan kekurangan oksigen, kakinya lemas, kepalanya pening. Ia menepuk pipinya berulang kali memastikan ia sedang bermimpi atau tidak.
Pria itu melangkah mendekat, berdiri di depan Zeline dan mengulurkan telapak tangannya. Zeline hanya diam terpaku.
"I'm Fello. Hello, Zeline. Akhirnya kita bisa bertemu," Fello meraih telapak tangan Zeline dan mencium punggung tangannya dan menyodorkan sebuket mawar merah
Sontak, Zeline kembali terkejut dan ingin pingsan saat itu juga.
'Tidak mungkin! Ini pasti mimpi,' batin Zeline
🔥🔥🔥🔥🔥
Ending di work ini berbeda dengan ending di dalam Novel yah 🙈🙈
jangan lupa komen yaahh ❤️