Gelora 💗 SMA
Usai memancarkan lendir-lendir kelelakianku, tubuhku menjadi lunglai dan tak berdaya. Tenagaku seakan habis terkuras seperti baterai ponsel yang lowbat. Kondisi badan ini lemah dan hanya bisa pasrah terhadap kemungkinan buruk yang bakal terjadi berikutnya.
Antara sadar atau tidak sadar, aku merasakan ada sesuatu benda asing yang berusaha menerobos liang duburku. Benda itu bersikeras mengorek-orek liwatku dengan paksa hingga lubang itu menganga lebar. Dan tak lama kemudian setelah liang ini menganga aku merasakan ada benda tumpul yang keras menghujam dan merobek lubang pembuanganku.
Aacckkhh ... perih sekali. Seperti ada tusukan sembilu yang menyayat-nyayat lapisan kulit analku. Apa yang sesungguhnya terjadi? Aku benar-benar tidak tahu. Aku hanya merasakan kehangatan tubuh Pak Armando yang menindihi dan menyekap tubuhku, gerakan tubuhnya naik turun seiring dengan tusukan-tusukan laknat di wilayah liang anusku yang keluar masuk seperti orang yang sedang memompa.
Untuk sekian lamanya aku dihujani dengan rasa kesimpang siuran yang tak jelas. Sakit, perih dan penuh dengan tekanan. Rasanya seperti ingin buang air besar. Apakah ini yang dinamakan penyodomian? Mengapa tidak ada sedikit pun kenikmatan yang kurasa. Aku hanya mendapatkan sebuah hujaman demi hujaman layaknya tindakan penyiksaan. Ah ... brengsek!
Tetiba Pak Armando memeluk tubuhku dengan sangat rapat, cengkraman tangannya di dadaku terasa sangat kuat. Sekujur tubuhnya mendadak bergetar dan mengejang dahsyat. Gerakan tubuh Pak Armando di bagian bawahnya juga terasa bertempo lebih cepat.
Keparat!
Dia menjerit nikmat, ough ... ah ... ah ... bersamaan dengan meluapnya cairan kental yang membanjiri rongga-rongga analku.
Croot ... Croot ... Crooot!
Ada beberapa kali tembakan! Aku merasa lubang itu penuh dengan cairan hangat yang mengalir deras ke usus besarku dan menyisakan rasa pedih.
''Maafkan saya, Polo ...'' bisik Pak Armando di kupingku, suaranya terdengar ngos-ngosan seperti habis berolah raga berat. Aku juga merasa ada ratusan buliran keringat yang jatuh dari tubuh Pak Armando. Rasanya lengket dan panas.
Perlahan tubuh Pak Armando menjauhi aku. Lalu dia mengelap tubuhku dengan sebuah kain. Mungkin handuk atau apa, aku tidak tahu. Selanjutnya dia merapikan kondisi pakaianku yang terkoyak. Dan terakhir dia mengenakan celanaku kembali setelah sebelumnya dia mengelap dan membersihkan area liang anusku yang tercecer dengan noda cairan lengket miliknya.
''Saya sayang kamu,'' ujar Pak Armando sembari mengecup keningku. Lalu dia melepaskan ikatan tali di kakiku. Saat itu aku ingin sekali berontak dan menendang tubuh laki-laki jahanam itu, tapi kondisi tubuhku tak berdaya, aku sangat lemas, lemas sekali.
''Saya tahu ... setelah kejadian ini kamu pasti akan membenciku, Poo ...'' Manusia berpenampilan malaikat, tapi berhati iblis ini mengoceh lagi sembari melepaskan ikatan tali di kedua tanganku. Ingin rasanya aku meninjunya dengan pukulan smack down, tapi apa daya tenagaku tak bersisa.
''Sekali lagi maafkan saya, Poo ... saya melakukan ini karena saya suka dan ingin memilikimu.'' Pak Armando melepas lakban yang menempel di mulutku. Saat lakban ini terlepas dari mulutku, rasanya ingin mengumpat dan berkata kasar kepada laki-laki di hadapanku ini. Namun, entah mengapa bibirku terasa kelu. Aku tidak mampu berucap apalagi berseru.
''I Love You, Poo ...'' Pak Armando mengecup bibirku, kemudian pria tampan ini melepaskan kain yang menutupi mataku. Saat itu pulalah aku mencucurkan air mata yang dari tadi tergenang di kelopak mataku. Usai menangis mataku mendadak nanar, pandanganku berkunang-kunang, aku merasa bumi ini berputar-putar, hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri. Aku pingsan dan tidak tahu apa-apa lagi.