Reka berlari ke ruangan pegawai di hotel itu, meskipun dia merasakan sakit diantara ke dua kakinya, tapi dia tak menghiraukan hal itu. Melihat penampilannya yang berantakan dan bajunya yang robek, teman-temannya menghampirinya.
"Re... kamu.. kamu.. apa kamu baru saja di.. perkosa? " tanya salah seorang temannya gugup.
Reka langsung menangis, melihat hal itu mereka sudah paham. Siapa pelakunya? " Kata salah seorang teman cowoknya.
"Aku gak tau, dia berada di kamar 612. kata Reka dalam tangisnya.
Mereka semua langsung terdiam.
Kamar itu di sewa pertahun oleh seorang pengusaha. laki-laki itu datang sekali sebulan untuk memantau perusahaannya di kota ini.
"Apa kamu ingin melaporkannya ke polisi? " kata salah seorang temannya sedikit ragu memberikan saran itu, karena dia yakin itu tak ada gunanya.
"Apa itu bisa menjeratnya? " tanya Reka berharap, dia ingin laki-laki itu mendapatkan hukuman setimpal.
"Aku ragu... dia sangat berkuasa.. sementara kita.... " jawab temannya itu sedih.
"Aku ingin mencoba" Kata Reka.
Dia melaporkan hal itu pada polisi. Tapi polisi memintanya melakukan Visum, dengan semua keberanian yang di kumpulkan, Reka melakukan itu, sayangnya tak dapat tanda-tanda kekerasan di area itu, dia ingat dia pingsan saat itu, jadi dia tak menyadari apa yang dilakukan pria itu, jadi dia tak melakukan perlawanan, sehingga laki-laki itu melakukannya tanpa kekerasan.
Reka juga mengatakan tentang wajahnya yang membiru, tapi ada saja jawaban yang membuat Reka terdiam, akhirnya dia mempermalukan dirinya sendiri dengan melaporkan hal itu.
Dengan perasaan sedih dia kembali ke kosnya, pikirannya sangat kacau, apa yang akan di katakannya pada Fatih dan kedua orang tuanya. mereka pasti akan menyalahkannya.
Akhirnya Reka memutuskan untuk pulang, meskipun besok masih sekolah. Di rumahnya dia menumpahkan semua kesedihannya. dalam diary nya. Diary ini telah menjadi saksi bisu perasaannya selama bertahun-tahun, baik sedih, senang, panik, dan sebagainya.
Reka kembali membaca diary itu, air matanya mengalir, dia membaca tukisan-tulisannya kembali, saat dia mulai jatuh cinta pada Fatih, saat hatinya amat gembira ketika Fatih menyatakan cintanya, kerinduannya pada Fatih, dan perasaan sayang yang teramat sangat pada pemuda itu.
Saat ini dia menulis, ketakutannya akan kehilangan kekasihnya itu, karena dia yakin Fatih tak akan bisa menerimanya .
Tiba-tiba saja pintu kamarnya di ketuk dan seseorang langsung membuka pintu itu, Reka buru-buru menghapus air matanya. Ibunya yang awalnya berdiri tersenyum padanya akhirnya kaget melihat kondisi putrinya. Wajahnya putrinya membiru. dia baru melihat hal ini karena waktu Reka pulang kedua orangtua nya masih berada di ladang.
"Ada apa dengan wajahmu? " Tanya ibunya kaget, lalu dia berlari mendekati putrinya.
Begitu dekat, dia juga melihat ada bekas berwarna merah hampir ke biru-biruan di sekitar leher Reka, dari balik baju Reka.
"Kamu kenapa? " Kata ibunya sangat cemas. Reka tak berani menceritakannya, ayahnya yang mendengar suara hisreris ibunya juga sudah berada di pintu kamarnya. Reka semakin takut untuk bercerita.
Akhirnya setelah lama di desak, dia menceritakan semuanya, Ibu dan ayahnya sangat syok, ibunya malah hampir pingsan, sementara ayahnya sepertinya berusaha menahan tangisnya. Ayah Reka keluar kamar itu dengan tertatih, diam seribu bahasa, dan akhirnya menjatuhkan diri duduk di kursi yang ada di ruang tamu, laki-laki separuh baya itu sepertinya sedang berusaha menenangkan hatinya.
Reka tak tau meski berbuat apa-apa lagi, dia tak ingin kembali ke ibu kota kabupaten itu. dia hanya menghabiskan waktunya mengurung diri di kamar, kedua orang tuanya berusaha membangkitkan kondisinya lagi, agar Reka tetap menjalani harinya, tapi sayangnya gadis itu amat terpukul. Dia yakin kalau Fatih tak akan bisa bersifat seperti ke dua orang tuanya menerima kenyataan ini.
......
Hari itu, Fatih pulang, dengan wajah gembira dia pergi ke rumah Reka, tapi Reka malah tak mau bertemu dengannya, gadis itu belum siap menghadapkan wajahnya kepada kekasihnya itu.
Akhirnya setelah di bujuk Reka keluar, Fatih tampak heran dengan sikap Reka, biasanya gadis itu sangat bersemangat saat bertemu dengannya, tapi kali ini malah sangat kacau seperti itu.
"Re.. ada apa? " Tanya Fatih. Reka tampak hampir menangis.
Fatih membawanya ke bangku yang ada di halaman rumah Reka yang terletak di bawah sebuah pohon yang rindang, agar mereka bisa leluasa ngobrol.
Reka tak tau harus mengatakan semuanya, atau menyimpannya sendiri, akhirnya setelah pertimbangan yang panjang, dia menceritakan semuanya, karna Fatih berhak tau atas itu, meskipun nantinya Fatih tak bisa menerimanya lagi.
"Aku diperkosa tiga minggu yang lalu" Jawab Reka tertunduk. Fatih langsung berdiri karena kaget.
"Apa katamu? kau.. bagaimana mungkin? Aku berusaha tidak menyentuhmu selama hubungan kita dan kau malah memberikan semuanya pada laki-laki lain? " Kata Fatih marah.
"Apa maksudmu aku memberikan pada laki-laki lain? Aku diperkosa " kata Reka dengan suara agak tinggi, untung saja letak rumah sangat jarang, jika tidak suaranya bisa di dengar oleh tetangganya.
Tapi sayang nya.. saat itu seseorang sedang melintas d halaman depan, mendengar kalimat itu, orang tadi bersembunyi di balik tumbuhan pagar di rumah Reka.
Fatih terdiam beberapa saat lalu berkata..
"Aku tak bisa bersamamu lagi, maafkan aku". Reka terpukul mendengar itu, tapi dia tak ingin memaksa agar Fatih tak meninggalkannya.
"Aku mengerti, maafkan atas semua salahku" Jawabnya tertunduk, air matanya membasahi pipinya, tapi dia lega mengatakan itu semua.
Mereka berdua dikagetkan oleh suara ranting yang patah, dan terdengar langkah kaki seseorang sedang berlari, Fatih segera melihat ke luar, tak ada siapapun.