Baixar aplicativo
73.95% JEJAK WAKTU / Chapter 71: BAB 70. BERSAMANYA

Capítulo 71: BAB 70. BERSAMANYA

"Apa kau sudah gila!" seru mereka berdua secara bersamaan.

"Apa kau cari mati?!" bentak seseorang yang dipanggilnya kangmas "Apa kau pikir ini rekreasi, jadi kau bawa wanita itu bersamamu!"

"Saya tahu apa yang saya lakukan, kakang." (*Kakang = panggilan untuk kakak laki-laki)

"Kau selalu seperti itu." sela pria lain, yang lebih tua. "Kau membuatku khawatir, Le." (*Tole = panggilan untuk anak laki-laki)

"Saya mohon maaf.." sahut Aryo pada pria yang sedang mengobatinya.

Aku mendekati mereka.

"Apa Aryo baik-baik saja, Tuan?" tanyaku.

"Aku tidak tahu bagaimana hubunganmu dengan Aryo, tapi jika itu membahayakannya maka aku tidak akan segan-segan membuatmu menyingkir dari dia!" tukasnya kepadaku.

"Saya mengerti." sahutku. "Jika memang keberadaan saya membahayakan Aryo, maka saya sendiri yang akan menyingkir, tanpa perlu anda singkirkan."

Aku sangat mencintai lelaki itu. Dan dia sudah terluka parah karenaku. Karena mencari Papa dan Dhayu. Semoga mereka baik-baik saja.

Bagaimanapun juga memiliki Papa seperti Tuan van Jurrien adalah sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Sekalipun dia menyebabkan kekacauan hubunganku dengan Daniel dan Aryo, tapi dia tidak pernah ingin aku menderita. Hingga saat di Batavia dia memberi kesempatan kami untuk bersama. Tapi di sisi lain, dia terlanjur memiliki perjanjian dengan Daniel. Dia tidak mampu mengambilku kembali dari Daniel. Dia memiliki posisi terlalu rendah untuk orang seperti Daniel.

Dan Dhayu, dia seperti sahabat bagiku. Dia orang pertama disini yang dekat denganku. Dia orang pertama yang paham siapa sebenarnya aku. Aku masih ingat bagaimana anak buah Daniel memperkosanya didepanku saat aku tidak bersedia disentuh oleh Daniel. Dia sudah banyak menderita karenaku.

Semoga Dhayu baik-baik saja.

Dua pria tadi berunding tentang strategi mereka selanjutnya, mengingat akan ada pasukan yang dikirim kemari dalam jumlah besar.

Persenjataan mereka tidak berimbang. Bagaimana Aryo bisa menang?

Aryo memanggilku saat aku beranjak meninggalkan ruangan itu.

"Tetaplah disini." kata Aryo kepadaku.

Aku mengangguk. Dua pria yang ada dihadapannya tampak tidak senang.

"Apa kau yakin membicarakan hal ini didepannya?" tanya pria yang lebih tua.

"Dia istriku, paman. Aku mempercayainya." sahut Aryo sambil memandang kearahku dan tersenyum.

Bahkan dalam keadaan seperti inipun dia masih tampak tampan dan mempesona.

Aku mendekati Aryo. Diraihnya tanganku untuk duduk disebelahnya.

"Paman, apa paman juga bisa memeriksa kandungannya. Dia sudah mengalami banyak hal." kata Aryo sambil menggenggam tanganku.

Pria tua itu mengambil nafas panjang.

"Ini bukan bidangku, tapi kalau hanya memeriksa keadaan bayinya, insyaallah aku masih bisa."

Pria itu memintaku untuk terlentang diatas balai-balai yang sebelum ditempati oleh Aryo. Aryo duduk disebelahku sambil membenahi pakaianku yang kusobek di beberapa bagian untuk membalut luka Aryo.

Pria itu kembali menarik nafas panjang.

"Apa dia tidak memiliki pakaian lain, Le?" tanyanya pada Aryo.

"Hanya ada sepotong jarik.." kata Aryo sambil bangkit dari duduknya, "Sebentar saya ambilkan dulu, paman."

Sementara Aryo mengambil jarik, orang yang dipanggil paman, menarik pergelangan tanganku dan memeriksa nadiku. Kemudian dengan meminta persetujuan Aryo dan aku, dia menyentuh perutku.

Dia menarik nafas panjang, sebelum berkata," Le, aku perlu bicara denganmu."

Dia bangkit dari tempat duduknya dan mengajak Aryo keluar.

Aku kembali duduk.

Pria yang dipanggil kangmas tiba-tiba mengajakku bicara.

"Nduk...emm..Noni.."

"Panggil saja saya sebagaimana anda memanggil istri Aryo, Kangmas." kataku dalam bahasa Jawa.

Untunglah pengucapanku sudah sangat baik.

"Eemmm... Nduk, kamu tentu tahu bahwa kami memerangi bangsamu."

"Iya.. Saya tahu."

"Berada di pihak manakah kamu?" tanyanya

"Saya membenci kekerasan, tapi saya lebih tidak menyukai penindasan dan penjajahan. Saya akan mendukung perjuangan Aryo. Suatu saat bangsa ini akan bebas dari penjajahan. Suatu saat bangsa ini akan menjadi negeri yang merdeka. Memimpin bangsanya sendiri."

Pria itu mengangguk-angguk.

"Ya... Ya... Kami berjuang untuk itu."

"Kalian mungkin kalah dalam persenjataan. Kalian seringkali kalah karena kalian tidak bersatu. Jika kalian tidak mudah dipecah belah, kalian akan menang."

Pria itu melihatku dengan pandangan terkejut.

"Kau memahami politik, cah ayu?" tanyanya

"Saya tidak memahaminya. Sekolah saya hanya jurusan arkeologi. Saya lebih tertarik pada benda-benda purbakala. Dan sejarah modern tidak banyak saya sentuh. Tapi setidaknya saya sedikit tahu tentang sejarah kalian, sejarah kita." kataku menjelaskan.

Wajahnya tampak bingung.

"Kau bersekolah?" tanyanya, "Ya, pasti sekolah keputrian untuk putri para bangsawan. Aku pernah mendengarnya."

"Tidak. Saya sekolah di sekolah umum. Di universitas, seperti para pria."

"Apakah ada sekolah seperti itu di Belanda?"

Aku mengangguk. Sepertinya aku tidak perlu lagi menjelaskan lebih banyak, karena hanya akan menyebabkan kesalahpahaman.

"Negeri ini sudah kalah jauh rupanya." katanya lagi.

"Eemmm... Tidak juga." kataku. "Aku akan memberikan bantuan apapun untuk perjuangan Aryo. Mungkin itu tidak banyak. Mungkin waktuku juga tidak lama. Aku hanya ingin mendampinginya sampai saat itu tiba."

Pria didepanku menatapku tajam. Dia sepertinya tidak paham dengan apa yang kukatakan.

"Syukurlah jika kau benar-benar tidak akan mengkhianati suamimu."

Dia menyebut suamiku, dia mengakuiku sebagai istri Aryo. Hatiku senang sekali.

"Apa benar pria itu tidak menyentuhmu? Eemmm... Maksudku, apakah itu memang anak Aryo?"

"Saya bisa memastikannya." jawabku tegas. "Daniel beberapa kali memaksaku, tapi dia belum pernah berhasil menggauliku."

"Ya Allah... Semoga kau baik-baik saja, nduk."

Aryo kembali bersama pria yang sebelumnya memeriksaku. Wajahnya tampak bingung. Ada ketakutan di wajahnya. Aku pun bingung melihatnya

"Ada apa?"


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C71
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login