Baixar aplicativo
93.35% OVERLORD INDONESIA / Chapter 239: Dia Seorang Pria

Capítulo 239: Dia Seorang Pria

Climb sangat menginginkan cahaya matahari. Itu bukan sebuah kebohongan atau salah pengertian. Itu adalah

pemikiran yang lahir dari kebenaran yang sejati dari Climb.

Namun-

"Karena aku adalah seorang pria."

Climb tersenyum.

Benar sekali. Climb ingin selalu di sisinya. Matahari yang bersinar dengan terang di langit, seorang pria yang

tak pernah bisa berdiri di sampingnya. Meskipun begitu, dia ingin naik lebih tinggi agar dia bisa menjadi

perwujudan yang bisa lebih dekat dengan matahari, tak perduli apapun batasannya.

Dia tidak ingin berharap untuk selalu tetap menjadi seseorang yang harus mengangkat wajahnya untuk melihat

dia.

Ini adalah pemikiran sepele dari seorang anak laki-laki, tapi bagaimanapun sangat cocok untuk seorang anak

laki-laki.

Dia ingin menjadi seorang pria yang cocok dengan wanita yang sangat diinginkannya, meskipun mereka tak

pernah bisa bersama.

Pemikiran ini adalah mengapa dia mampu menahan kehidupan tanpa teman, latihan yang keras, dan

pelajarannya yang harus memotong waktu tidurnya.

Jika seseorang ingin menyebutnya orang bodoh dan menghinanya, maka biarkan saja mereka.

Mereka yang benar-benar tidak mencintai orang lain takkan pernah bisa mengerti perasaannya.

---

Sebas memicingkan matanya saat dia mengamati dengan tulus. Seakan jika dia mencoba untuk memahami

segudang makna dibalik jawaban pendek Climb. Dia lalu menganggukkan kepala puas.

"Aku sudah memutuskan bagaimana melatihmu dari balasanmu."

Dia menghentikan Climb saat dia mencoba untuk mengutarakan rasa terima kasihnya.

"Namun, maafkan aku harus bilang bahwa kamu tidak memiliki bakat. Melatihmu dengan sungguh-sungguh

akan memakan banyak waktu, waktu adalah yang tidak aku punya. Aku ingin melatihmu agar hasilnya bisa

terlihat jelas tapi... ini akan berat."

Climb menelan ludah. Kilauan di mata Sebas membuat punggungnya gemetar.Alasan dia tidak langsung merespon karena dia merasakan kekuatan di mata itu. Itu adalah kekuatan yang tidak

mungkin ada, kekuatan yang melebihi bahkan Gazef yang sedang serius.

"Aku akan bilang padamu dengan jujur, kamu mungkin bisa mati."

Itu bukan candaan.

Climb merasakan firasat bahwa dia berbicara yang sebenarnya. Dia tidak perduli apakah dia mati atau tidak.

Namun, itu hanya masalah jika itu adalah untuk Renner. Dia tidak ingin kehilangan nyawa hanya karena

masalah yang egois.

Itu bukan karena dia menjadi ketakutan. Tidak, mungkin itu adalah alasan yang sebenarnya.

Climb menelan air ludahnya lalu ragu-ragu. Keadaan sekitar didominasi oleh keheningan sesaat, cukup hening

sehingga bisa mendengar suara di kejauhan.

"Apakah kamu selamat atau tidak itu terserah padamu.. Jika kamu memiliki sesuatu yang kamu sayangi, sebuah

alasan untuk merangkak maju dan mempertahankan hidupmu, kamu akan baik-baik saja."

Bukankah dia akan mengajarinya martial art ?

Mesipun pertanyaan itu muncul di otaknya, itu bukan masalah saat ini. Memahami apa arti ucapan Sebas, dia

menerima itu dan memberikan balasan.

"Aku sudah siap. Aku serahkan pada anda."

"Apakah maksudmu kamu memiliki kepercayaan diri untuk tidak mati ?"

Climb menggelengkan kepala, bukan itu.

Itu karena di hatinya, Climb selalu membawanya sebagai alasan untuk bertahan hidup, meskipun dia harus

merangkak di lantai.

Sebas mengangguk dalam-dalam, seakan dia telah membaca apa yang ada di dalam hati Climb dengan melihat

ke matanya.

"Aku mengerti. Kalau begitu aku akan mulai latihannya disini."

"Disini ?"

"Ya, hanya akan memakan waktu beberapa menit. Tolong angkat senjatamu."

Apa yang coba dia lakukan ? Dengan pikiran yang dipenuhi dengan kegelisahan dan kebingungan terhadap hal

yang tidak diketahui dan secercah samar harapan dan rasa ingin tahu, Climb menghunus pedangnya.Suara dari pedang yang bergeser dari sarungnya terdengar ke seluruh lorong sempit.

Sebas diam-diam menatap saat Climb mengambil sikap menengah.

"Kalau begitu aku akan mulai. Berkonsenstrasilah."

Dan pada langkah selanjutnya.

Dengan Sebas sebagai pusatnya, kelihatannya seakan pedang es keluar di segala penjuru.

Climb tidak bisa bicara lagi.

Sebuah pusaran nfasu membunuh berputar di sekeliling dengan Sebas sebagai pusatnya.

Energi yang sangat padat dan warnanya yang menjadi kelihatan menabraknya seperti ombak yang mengamuk,

membuat hatinya serasa seperti akan meledak dalam sekejap. Dia mengira bahwa dia mendengar sebuah suara

seperti teriakan jiwa saat dihancurkan. Kedengarannya seakan datang tepat dari sampingnya, sebuah tempat

yang jauh, atau mungkin dari mulutnya sendiri.

Saat dia digulung oleh arus hitam nafsu membunuh, Climb merasa kesadarannya menjadi putih. Ketakutannya

sangat besar bahwa otaknya akan melepaskan kesadarannya agar bisa mengabaikan situasi ini.

"...apakah hanya ini nilai dari seorang 'pria' ? Ini baru pemanasan."

Di dalam kesadaran Climb yang semakin hilang, suara kecewa Sebas terdengar sangat keras.

Arti dari kalimat ini masuk dalam-dalam jauh ke otak Climb, jauh lebih dalam dari pisau apapun. Itu sudah

cukup untuk membuat dia melupakan ketakutan untuk sesaat yang telah menabraknya dari depan.

Thump. Detak jantung semakin keras.

"Haaa!!"

Climb melepaskan udara nafas yang besar.

Matanya basah dengan air mata dan meskipun sudah sangat ketakutan sehingga ingin lari, dia menahannya.

Tangan yang menggenggam pedang itu gemetar dan pucuk dari pedang itu berguncang seakan sudah menjadi

gila. Getaran yang mengalir melalui sekujur tubuhnya menyebabkan kaos rantainya berbunyi dengan keras.

Namun, Climb menggeretakkan gigi-giginya yang gemetaran dan mencoba untuk bertahan dari Sebas yang haus

darah.Melihat penampilan yang tidak mengenakkan, Sebas menyeringai dan pelan-pelan membentuk sebuah tinju

dengan tangan kanannya yang tepat di depan mata Climb. Setelah beberapa kali berkedip, tinju yang seperti

bola itu sempurna.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C239
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login